Mianhae, Gomawo, Saranghae Part 6



Author                                     : Chindy Agryesti

Facebook                                : Chindy Agryyesti Horvejkul

Twitter                                     : @Chindy404

Cast                            
           
  •  Cho Kyuhyun
  •   Yoon Haera

Genre                          : AU!, Romance, Little Hurt.

Rating                          : PG15

Length                         : Chapter



Anneyong readers...
Kembali dengan saya di part 6 ini.
Sebelumnya gomawo buat readers yang selalu setia menunggu ff ini.




Happy Reading All..


Recommended song :

. 2AM – I Wonder If you Hurt Like Me ‘atau’ S4 – Mungkin.
. Suzy – I Still Love You.
. Lee Jung – Sad Love


Mencintaimu adalah hal terindah terindah dalam hidupku, meskipun itu menyakitkan. Namun selamanya akan tetap seperti itu. Saranghae Cho Kyuhyun.
(Haera Quotes)


Cinta itu datang dengan sendirinya, memenuhi hati dan pikiranku. Membuatku menjadi namja paling bodoh yang telah menyia-nyiakan cinta mu yang begitu tulus.

(Kyuhyun Quotes)


Story beggin.




Haera POV

Kaukan selalu tersimpan dihatiku.
Meski ragamu tak dapat kumiliki.
Jiwaku kan selalu bersamamu.
Meski kau tercipta bukan untukku.


Cairan bening telah terjun bebas dari mataku. Apa yang harus kulakukan saat ini?
Pikiranku terarah pada satu tempat.
Apotek! Aku buru-buru keluar dari kamar dan berjalan meninggalkan kamar apartement ini. Kulihat Alice yang berada di ruang tamu, tampak heran melihat sikapku yang berjalan tergesa-gesa.

“Kau mau kemana Haera-ya?” Tak kuhiraukan pertanyaan itu. Aku langsung melesat keluar dari apartement dan pergi ketempat yang menjadi tujuanku.
Setelah aku mendapatkan sesuatu yang kucari. Aku kembali ke apartement. Disana ku dapati Alice yang masih setia berhadapan dengan televisi.

“Kau darimana?” Seru Alice. Aku menggeleng, meremas kuat kantong jaketku yang didalamnya terdapat benda yang tadi telah kubeli di Apotek.

“Haera-ya...” Merasa panggilannya tak dihiraukan olehku, Alice memanggilku kembali.

“Aa..ni a..aku hanya..ketoko seberang.. Aku ingin kembali ke kamar.” Kilahku lalu berjalan memasuki kamarku dengan tergesa-gesa.
Aku masuk ke kamar mandi yang berada didalam kamarku. Aku merogoh benda minim bernama Testpack itu. Kemudian aku meninggalkan benda itu di kamar mandi membiarkan alat itu bekerja sementara aku melepaskan jaket yang kupakai dan meletakkannya ditempat tidurku. Aku menghembuskan nafas pasrah ketika aku mulai memasuki kamar mandi. Didalam hati ini, aku tidak siap melihat hasilnya. Namun kuberanikan diri untuk melihat hasilnya. Mataku terbelalak sempurna, melihat tanda positif tertera pada benda itu. Tenagaku seakan menghilang dari tubuhku. Bahkan untuk menangis saja, aku sudah tidak mampu. Dunia seakan runtuh menimpaku. Tubuhku bagaikan terombang-ambing di samudra luas menghadapi kenyataan ini.
Aku hamil! Aku mengandung anak namja itu.
 Kenapa dunia begitu kejam padaku? Aku tidak akan sanggup menghadapi ini semua!
Tuhan! Mengapa kau memberikanku hidup seperti ini! Dimana engkau! Mengapa kau sungguh kejam kepadaku! Aku benci hidupku! Aku benci! Apa yang harus kukatakan pada keluargaku nanti!
Aku berjalan gontar keluar dari kamar mandi. Tangisan sudah tak mampu kubendung lagi. Aku terkulai lemas bersandarkan pada tempat tidurku. Tangan kiriku masih memegang benda itu. Air mata tiada hentinya mengalir.

“Eomma! Appa! Apa yang harus kulakukan saat ini? Hidupku sudah hancur! Hancur!” Racauku.

Mengapa mencintaimu begitu menyakitkan? Banyak luka yang kuterima karena dirimu! Kau! Orang yang tak pernah kumuliki namun selalu sukses menggoreskan luka dihatiku. Tuhan! Jika kau tidak mengizinkan aku bahagia namun kumohon, jangan berikan aku kesakitan seperti ini terus-menerus. Lebih baik kau cabut nyawaku dari pada aku harus menjalani hidup seperti ini.
Mengandung anak yang tak pernah kuharapkan, tanpa sosok seorang suami disisiku. Bagaimana mungkin bisa aku menghadapi ini semua! Tuhan kau tak adil! Kau memberikan kebahagiaan pada semua orang, namun kenapa kau hanya memberikan penderitaan kepadaku!

“Eomma..” Teriakku frustasi, meremas keras rambut dengan kedua tanganku.

“Bantu aku keluar dari kenyataan ini!”

Masih adakah penderitaan yang harus kuterima yang lebih menyakitkan dibanding ini!
Aku tak yakin, aku bisa melanjutkan hidupku lagi!


***


Author POV

Tuhan memberikan rasa sakit kepada seseorang bukan karena tuhan jahat. Melainkan itulah cara tuhan mengajarkan kepada kita, bagaimana cara untuk bertahan.
Tuhan telah mempersiapkan semua yang terbaik. Hanya percaya, bahwa dibalik rasa sakit itu, akan ada keindahan pada waktunya nanti.


1 jam, 2 jam berlalu.
Lama Yoon Haera dengan posisi seperti itu. Duduk terkulai dilantai, bersandar pada tempat tidur dan memandang lurus ke arah depan dengan tatapan kosong. Cairan bening tak hanya membasahi wajahnya saja, namun juga wajahnya. Bentuk rambutnya sudah tak tertata lagi. Wajahnya merah sembab dan sesekali terdengar suara seunggukan dari bibirnya. Keadaannya sungguh kacau saat ini terlebih lagi dengan perasaannya.

“Haera-ya, Kau tidur?” Panggil Alice dari luar kamar Haera.

“Kau ingin ikut aku ke__” Alice tidak melanjutkan kata-katanya lagi. Matanya beralih menatap Haera. Ia terkejut sesaat setelah membuka pintu kamar itu mendapati keadaan Haera yang kacau.

“Haera-ya, ada apa denganmu? Neo gwaenchana?” Alice berjalan mencoba menghampiri Haera yang tak bergeming sedikitpun dari posisinya. Alice berjongkok mensejajarkan posisinya disebelah Haera. Mata Alice terbuka lebar melihat benda kecil yang tergeletak dilantai sebelah kaki kiri Haera. Ia mencondongkan tubuhnya mencoba menggapai benda itu. Tanda positif tertera jelas pada benda yang tengah dipegang Alice.

“Haera-ya.. A
.. pa maksudnya ini?” Haera bungkam. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hanya matanya yang seolah-olah menjawab dengan jatuhnya cairan bening dari mata indah Haera.

“Haera-ya bisa kau jelaskan ini padaku? Ini pasti bukan punyamu kan?” Haera membisu!

“Haera-ya ini milik siapa?” Suara Alice yang tadinya rendah kini mulai meninggi karena Haera yang masih saja diam. Hanya uraian air mata didapati oleh Alice.

“Alice...” Haera mulai membuka suaranya.

“Mengapa tuhan itu kejam sekali terhadapku?” Pandangan Haera masih tertumpu didepannya tanpa menatap sedikitpun kearah Alice yang berada disebelahnya.

“Jadi benar ini milikmu?” Lagi. Haera kembali diam. Alice menganga tidak percaya.




Alice POV

Hari ini, hari libur. Aku bermaksud akan mengajak Haera ke Restaurant.
Aku berjalan menuju kamar Haera karena sudah cukup lama ia tidak keluar dari kamarnya, setelah sikapnya yang sempat aneh menurutku.
“Haera-ya, Kau tidur?” Tak ada jawaban dari dalam. Apa mungkin ia benar-benar tidur? Ku tekan kenop pintu kamar ini.

“Haera-ya, Ada apa denganmu? Neo gwaenchana?” Seruku melihat Haera yang tengah terduduk dilantai. Ku hampiri dirinya. Dan ku sejajarkan tubuhku disebelahnya. Mataku terbuka sempurna melihat sebuah benda kecil disebelah kakinya. Kuraih benda itu dan tanda positif jelas tertera.

“Haera-ya, bisa kau jelaskan ini semua? Ini pasti bukan milikmu kan?” Hanya air mata yang dikeluarkannya.

“Haera-ya, ini milik siapa?” Volume suaraku sedikit meninggi karena ia yang tak kunjung menjawab pertanyaanku.

“Alice..” Ia memanggil namaku lirih.

“Mengapa tuhan begitu kejam padaku?”

“Jadi ini benar milikmu?” Dia terdiam. Jatuh air matanya cukup memberiku jawaban. Aku menganga. Tak terasa air mataku mengalir begitu saja melihat kenyataan yang menimpa sahabat
-ku.




Author POV

“Alice, apakah kebahagiaan itu memang bena-benar ada?” Tanya Haera pada Alice disebelahnya. Alice sedih melihat sabahatnya. Lagi-lagi penderitaan menghampiri hidup sahabatnya.

“Ceritakan padaku! Siapa ayah dari anak itu!” Titah Alice dengan nada tertahan.

“Haera-ya, kau harus menceritakannya padaku!”

“Siapa ayahnya?” Cecar Alice yang membuat Haera semakin membisu.

“Haera-ya, ceritakanlah padaku.” Tersirat nada meminta diucapan Alice.

“Siapa ayahnya?”

“Dia... ” Ucapan Haera menggantung.

“Orang itu! Orang yang pernah bisa aku lupakan... Orang selalu mengisi seluruh hatiku..”  Ungkap Haera terbata-bata.

“Jangan kau bilang
... orang itu adalah Cho Kyuhyun, namja brengsek  yang selalu membuatmu menangis!” Haera mengangguk lemah. Tubuh Alice ikut terduduk dilantai. Ia terkejut!

‘Sebegitu besarkah cintamu padanya Haera-ya..’ Batin Alice.

“Alice, apa yang harus kulakukan?” Air mata Haera kembali mengalir. Alice memeluk erat sahabatnya. 

“Kapan kau melakukan itu?” Ucap Alice hati-hati.

“Eughh.. Eugghh.. Saat aku di Seoul.”

“Wae? Mengapa kau tidak pernah menceritakannya kepadaku?”

“A..ku.. Hanya.. Ingin menganggap itu semua tidak pernah terjadi. Apakah salah jika aku ingin melupakan itu semua?”


***



Diam.
Melamun.
Menangis.
Itulah keadaan yang menjadi hobby seorang Yoon Haera tiga bulan terakhir pasca mengetahui dirinya kini tengah hamil dan mengandung benih yang disemaikan oleh Cho Kyuhyun. Ia memutuskan untuk membesarkan
jabang bayi itu seorang diri tanpa meminta pertanggung jawaban dari siapa pun. Ada terselinap rasa bahagia dihati Yoon Haera. Bisa mengandung anak dari namja yang sangat ia cintai meskipun dengan jalan seperti ini. Kandungannya kini berusia empat bulan. Perutnya belum begitu membuncit. Ia masih tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya, walau keadaannya kini tidak seperti dulu lagi. Dan tepat lima bulan Haera telah meninggalkan negara-nya, Korea.




Kyuhyun POV

Saat kau jauh dari mataku, baru ku mengerti apa itu rindu.
Saat ku teteskan air mataku, baru kumengerti betapa berartinya dirimu bagiku.

Saat kau meninggalkan ku, baru ku mengerti betapa besar rasa cinta yang ku punya untukmu
.


Lima bulan aku tidak bertemu dengannya. Entah ini cinta atau sekedar rasa khawatir yang berlebihan. Tak seharipun aku bisa bernafas tanpa bayang-bayangnya. Bayangan dirinya selalu menemaniku hari-hariku lima bulan ini. Aku selalu berharap ia akan baik-baik saja disana.

Ddrrtt... Drrtt..

Ponselku bergetar. Aku menggapai ponsel kesayanganku yang tergeletak di meja. Ku buka satu pesang baru saja kuterima.
“Kyuhyun-ah, luangkan waktumu malam nanti, ne? Kita berkumpul ditempat biasa.” Ku letakkan kembali ponselku dimeja. Aku menyandarkan tubuhku pada kursi yang kududuki. Ku pejamkan mata berharap beban pikiranku dapat berkurang.

Ddrrrtt..
Lagi-lagi ponselku bergetar, namun bukan pesan yang kuterima melainkan satu panggilan dari yeojachingu-ku, Shin Ji Hyun.

“Ne, Ji Hyun-ah waeyo?” Ucapku datar.

“Oppa, temani aku membeli baju untuk konfrensi pers besok, ne?” Pinta Ji Hyun dengan manjanya.

“Jam berapa?”

“Saat jam makan siang. Oppa bisa kan?”

“Ne...” Jawabku singkat.

“Gomawo nae yeobo...” Aku terhenyak mendengar panggilan yang dilontarkan oleh Ji Hyun.
Yeobo? Ya mungkin itulah yang akan menjadi panggilan dari Ji Hyun padaku nanti. Kami telah mempersiapkan rencana pernikahan sejak lima bulan lalu ketika kami memulai lagi hubungan ini. Meski Appa-ku menentang keputusan ini, namun aku sudah terlanjur melamarnya. Berbanding terbalik dengan Appa Ji Hyun yang sudah mulai menerima Hubungan kami.




Author POV

“Hari ini Presdir muda Korea Cho Kyuhyun resmi mengakui sedang menjalin hubungan dengan putri Presdir Shin selama dua tahun. Dan kabar gembira berasal dari dua keluarga tersebut pasalnya, mereka akan segera meresmikan hubungan mereka dua bulan mendatang. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Korea dengan bersatunya dua keluarga besar itu...”
 Air mata kembali meluncur  bebas dari mata Haera. Ia terdiam memandang  tayangan televisi bertaraf internasional itu. Tas yang ia pegang jatuh begitu saja kelantai dan beralih meremas dadanya.

“Sakitt..”

 Tangannya memukuli dadanya. Hati siapa yang tak sakit mendapati kenyataan orang yang sangat ia cintai akan menikah dengan orang lain padahal saat ini ia tengah mengandung anak namja itu.




Haera POV

Sungguh sakit menghadapi kenyataan bahwa ia, orang yang sangat kucintai telah memiliki orang yang dicintainya. Namun selama itu dapat membuatmu bahagia. Aku hanya bisa berdoa. Tuhan akan selalu memberikan kebahagiaan padamu. Meskipun hati dan perasaanku terluka. Itu tidak masalah. Karena kebahagiaanmu juga kebahagiaanku.



Air mata terus beruraian dari mataku. Tubuhku masih mematung menatap layar televisi.

“Haera-ya, tidak biasanya kau menon__” Alice menggantungkan kata-katanya matanya beralih mengikuti tatapanku pada televisi. Mulut Alice menganga dan kulihat ia menitikkan air mata. Mengapa kini ia ikut menangis juga?

“Sahabatku, kau harus kuat, ne?” Ujar Alice.




Author POV

‘Neodo na cheoreom ireohke appeunji. Neodo na cheoreom nunmul haneunji’

Terdengar lagu ballad indah itu berasal dari ponsel Haera menandakan satu panggilan masuk menyadarkannya.

“Haera-ya, bagaimana kabarmu?”

Hatinya bergemuruh hebat mendengar suara lembut eomma-nya. Tubuhnya bergetar menahan tangis.
“Ne eomma, nan gwaenchana. Bagaimana dengan eomma?”

“Disini eomma juga baik-baik saja. Mana janjimu? Kau bilang kau akan sering-sering pulang. Ini sudah lima bulan dan kau tidak pernah sekalipun pulang.”

“Mianhae eomma, disini aku sangat sibuk.”

“Sebegitu sibukkah kau? Sehingga untuk menghubungi eomma-mu tidak pernah.”

“Mianhae..”

“Yasudah tidak perlu dibahas. Haera-ya ada yang ingin eomma sampaikan padamu?”

“Mwoga?”

“Oppa-mu akan melaksanakan pernikahan minggu depan.”

“Menikah? Mengapa tiba-tiba?”

“Ini tidak tiba-tiba. Hanya saja kau yang seperti menghilang lima bulan ini. Geuraseo, Eomma harap besok kau bisa pulang, ne? Bantu Eomma untuk mempersiapkan pernikahan oppa-mu?”

“Lagi pula kau belum mengenal calon kakak iparmu kan? Cepat pulang dan biar eomma kenalkan mu pada dia.” Sambung Nyonya Yoon.

“Geundae eomma...”
“Dan satu lagi, Eomma tidak terima penolakan, arratchi? Pokoknya besok kau sudah harus tiba di Seoul, arra?!”

Plip..





Haera POV

Tuhan bahagiakan dia. Jaga dia senantiasa.
Jangan biarkan dia terluka karena aku sangat mencintainya.
Tuhan andaikan cintaku tidak mampu membuatnya disisiku, maka hapuslah perasaan ini dari hatiku...
Dan jika memang aku bukan kebahagiaannya, berikanlah dia cinta yang baru agar dia senantiasa bahagia.
Dalam doa kutitip rindu untuknya...



Hari ini aku memenuhi permintaan Eomma. Aku pulang ke negara itu. Ke negara yang sebenarnya enggan untuk kudatangi lagi. Namun semua ini demi Eomma, aku bersedia melakukan apapun. Meski dengan cara harus melukai perasaanku secara tidak langsung.

“Haera-ya, kau yakin akan kembali ke Seoul?” Aku mengangguk lemah.

“Haruskah aku juga ikut denganmu?”

“Tidak perlu. Aku pasti akan baik-baik saja. Aku yakin aku bisa melewati ini semua.”

“Kau janji, kau harus baik-baik saja apapun yang terjadi, ne?” Aku tersenyum. Alice memelukku sebelum aku pergi.

“Hubungi aku jika kau butuh tempat cerita.” Kulepaskan pelukan Alice kemudian melangkahkan kaki menuju pesawatku.

“Kau harus tetap tersenyum Haera-ya...” Kudengar kalimat terakhir itu diucapkan Alice padaku.


***



Dingin angin malam menusuk kulitku. Beberapa helai rambutku berterbangan akibat hembusan angin.

“Aaa~!!” Teriakku mencoba membuang semua bebas hatiku. Bukan kelegaan yang kudapati malah air mata yang kini sudah membasahi pipiku.

“Tuhan kenapa kau begitu kejam padaku?!” Ku luapkan semua emosiku ditepi sungai Han yang sepi ini. Tak kuhiraukan cuaca yang bertambah semakin dingin. Yang kuinginkan saat ini, aku bisa mengurangi perih dihatiku.
Hatiku terlalu lelah menghadapi semua kenyataan ini.
Sudah satu jam aku berdiam diri ditepi sungai Han ini. Hanya menangis yang dapat kulakukan. Aku bangkit berdiri dari dudukku dan bergegas menuju rumahku tercinta.
Kini aku telah tiba dihalaman rumah ini, aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku mempersiapkan diri bahwa aku pasti bisa melalui semua ini.

“Aegi, tolong kuatkan eomma, ne?” Kuelus lembut perutku yang belum begitu membesar. Dan melangkahkan kaki menuju pintu utama.

 Maafkan aku jika saat ini aku masih mengharapkanmu. Bukan maksud hatiku terus mengikuti jejak hidupmu. Melupakanmu, hal tersulit yang tidak mampu kulakukan. Ajari aku membencimu agar dapat aku melupakanmu. Ajari aku merelakanmu agar aku dapat melangkah tanpa bayang-bayangmu. Kutahu cinta tak bisa dipaksakan. Begitupun perasaanku yang tak dapat kuhindari bahwa rasa itu masih ada untukmu. Meski ku tahu memilikimu hanyalah harapan semu, namun izinkan aku mencintaimu walau hanya sebatas dalam khayalanku.




Author POV

Ttok tok tok..

Haera mulai mengetuk pintu rumahnya.

“Haera-ya, akhirnya kau pulang juga chagi. Bogoshipeo!” Sambutan hangat dari sang eomma didapati Haera. Haera tersenyum dan membalas pelukan eomma-nya yang begitu hangat.

“Kau terlihat pucat sekali.”

“Ah mungkin hanya kurang istirahat saja.”

“Geurae? Kajja masuk. Kau pasti sangat lelah.” Tebakkan Nyonya Yoon memang 100% benar. Haera lelah terlebih lagi dengan hatinya. Sangat lelah!

“Appa dan Oppa eoddiseo?” Kata Haera menanyakan Appa dan Oppa-nya.

“Mereka belum pulang. Mungkin sebentar lagi.”

“Lebih baik kau cepat keatas. Cepat-cepat istirahat, ne?”




Kyuhyun POV

Ku dengar, akhir minggu ini Ji Hoon hyung akan melaksanakan pernikahan dengan yeojachingu-nya, Han Soo Yeon. Yeoja yang telah menjadi yeojachingu-nya sejak Senior High dulu hingga saat ini.

Flashback

“Kyuhyun-ah.. Igeo. Kau harus datang, ne?” Ji Hoon hyung menyodorkan sesuatu kepadaku.

“Ige mwoya? Hah? Kau akan menikah hyung?” Aku melihat ternyata undangan pernikahan yang ia sodorkan padaku.

“Ne...” Jawabnya singkat.

“Aku iri melihat hubungan kalian hyung.”

“Ck! Apa yang harus kau iri-kan dariku? Bukankah sebentar lagi kau juga akan menyusulku.” Aku terdiam!

Ya sudah, aku hanya ingin menyampaikan itu saja. Aku tidak bisa lama-lama. Aku harus kembali ke kantor. Nanti pokoknya kau harus datang, ne!” Pinta Ji Hoon hyung padaku.

Flashback end.



Saat aku bertemu dengan Ji Hoon hyung terpancar jelas raut bahagia diwajahnya. Pasti ia bahagia bisa memiliki orang yang sangat ia cintai. Namun berbeda denganku. Dua bulan menjelang pernikahanku. Tak ada perasaan bahagia yang kurasakan. Ada apa sebenarnya dengan diriku?




Author POV

Bulan kini telah berganti matahari. Tugas sang bulan pun kini telah digantikan oleh sang mentari. Kicauan burung tak henti-hentinya bersenandung ria menyambut matahari yang baru muncul dari ufuk timur. Perlahan sinar matahari itu pun menembus jendela kamar seorang yeoja yang masih terhanyut didalam mimpinya. Sinar mentari yang masuk mengelitik mata sang empunya membuat yeoja itupun tersadar dari tidurnya.

“Euugghh...” Lenguhan terdengar dari yeoja itu. Ia menerjapkan matanya membiasakan sinar matahari yang masuk ke matanya dan mengumpulkan kesadarannya. Yoon Haera, yeoja cantik itu bangun dari posisi tidurnya dan duduk ditepi ranjangnya. Tangan kanan yeoja itu bergerak kearah perutnya dan mengelus lembut. Haera bergumam “Maafkan eomma, ne? Untuk saat ini biarlah kau tetap menjadi rahasia sampai nanti waktunya tiba.”

“Eomma sangat menyayangimu aegi, kau harus tahu!” Gumamnya lirih.

“Haera-ya kau sudah bangun?” Teriak Nyonya Yoon dari luar kamar Haera.

“Sudah eomma..”

“Cepat turun, ayo kita sarapan bersama.”


At dining room

“Kau makan dengan baik?” Tanya Tuan Yoon pada putrinya sesaat mereka telah berkumpul dimeja makan.

“Ne, appa.” Jawabnya singkat tanpa candaan-candaan yang biasa ia lontarkan pada sang ayah.

“Kau sakit?” Yoon Ji Hoon bersuara.

“Anni! Nan gwaenchana.”

“Jinjja? Tapi kau terlihat pucat.”

“Mungkin hanya kurang tidur saja.”

“Kau terlihat lebih gemuk sekarang?”




Haera POV

“Kau terlihat lebih gemuk sekarang?”

Deg! Jantungku seakan terhenti mendengar ucapan Ji Hoon oppa. Aku terdiam! Tidak tahu jawaban apa yang harus kukatakan.

“Akhir-akhir ini aku memang makan sangat banyak. Dan seperti yang aku bilang, disana Alice membuka restaurant.” Sangkalku.

Mianhae eomma, appa, Oppa. Aku harus berbohong pada kalian lagi. Aku terlalu takut mengakui ini semua! Akan seperti apa reaksi kalian mengetahui ini semua. Aku belum siap! Aku takut kalian akan membenciku.

“Tapi kau lebih bagus dengan tubuh yang berisi seperti itu. Setidaknya kau tidak terlihat seperti kekurangan makan.” Kulihat Appa dan Eomma hanya tertawa ringan.




 Author POV

Suasana rumah keluarga Yoon menjadi lebih sepi setelah kepergian Tuan Yoon dan putranya. Haera dengan malasnya beranjak dari sofa yang ia duduki karena suara ketukan pintu yang mengganggunya. Ia berjalan menuju kearah pintu. Didorongnya pintu itu kemudian menampakkan sesosok yeoja cantik berdiri dibalik pintu yang sekarang telah ia buka. Mereka saling pandang kemudian yeoja itu melemparkan senyum kepada Haera.

“Anneyong Haseyo...” Sapa yeoja itu dengan ramah.

“Ah, Ne anneyong haseyo.” Balas Haera.

“Han Soo Yeon imnida. Kau pasti Yoon Haera? Yeodongsaeng  Ji Hoon oppa, geuraetchi?” Tebak yeoja cantik bernama Han Soo Yeon itu.

“Ah, ne Yoon Haera imnida.” Kata Haera memperkenalkan dirinya.

“Haera-ya, siapa yang datang?” Teriak Nyonya Yoon dari dalam dan berjalan kearah dua yeoja cantik itu.

“Oh~ Soo Yeon-ah Wasseo?” Han Soo Yeon tersenyum ke arah Nyonya Yoon yang sebentar lagi akan menjadi Eommonim-nya.

“Ayo kita masuk.” Ajak Nyonya Yoon.

Ketiga yeoja itu kini duduk diruang tamu.
“Haera-ya, ini Han Soo Yeon calon kakak iparmu.” Kata Nyonya Yoon pada Haera.

“Ne...” Balas Haera.

“Soo Yeon-ah kau pasti sudah sering mendengar tentang Haera, ne?”

“Ne, Eommonim. Ji Hoon oppa sudah sering menceritakannya padaku.”

“Tadi malam ia baru saja pulang setelah sekian lama tak ada kabar darinya.” Haera mengerucutkan bibirnya.

“Neo neomu yeppeoseo Haera-ya.” Puji Han Soo Yeon kepada Yoon Haera. Ia hanya tersenyum mendengarnya.

“Eonni kau juga cantik. Geundae.. Sepertinya aku sudah tidak asing melihat wajah eonni. Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?”

“Ternyata ingatanmu sangat bagus. Kita sekolah ditempat yang sama Haera-ya. Seoul Senior High School.”

“Jinjja?” Ucap Haera tak percaya.

“Ne, jinjja. Aku seangkatan dengan oppa-mu dulu.”

“Ah pantas saja wajah eonni sudah tidak asing bagiku.” Han Soo Yeon hanya terkekeh pelan.





Haera POV

Cintaku padamu mengajarkanku bahwa cinta itu tak harus memiliki. Cintaku hanya ada padamu, hatiku selalu tetap milikmu. Meskipun kau tidak pernah menganggap ada diriku, namun selamanya kau akan tetap menjadi tumpuan dalam hidupku..


Pantas saja, melihat wajah Soo Yeon eonni sudah tidak asing bagiku. Ternyata dia adalah sunbae-ku dulu. Aku senang melihat mereka yang sebentar lagi akan menikah. Mereka sangat serasi. Terlebih lagi. Soo Yeon eonni orang yang baik dan terlihat jelas eomma sangat menyukai Soo Yeon eonni.

Bersama dengan eomma, saat ini Soo Yeon eonni sedang mengurusi tanaman ditaman. Taman yang bahkan sudah ada sebelum aku lahir. Sudah menjadi hobbi eomma memelihara taman itu setiap harinya. Pasti sangat menyenangkan bisa melakukan itu bersama calon eommonim. Aku iri melihat kebersamaan mereka. Aku hanya bisa menonton tanpa bisa merasakannya.
Dapat Memanggil ibu dari orang yang kita cintai dengan sebutan ‘Eommonim’. Pasti itu sangat membahagiakan.
Mempersiapkan segala keperluan pernikahan.
Memilih gaun pengantin.
Memilih cincin pernikahan.
Semua itu tentu hal yang sangat membahagiakan yang saat ini tengah dirasakan oleh Soo Yeon eonni.
Aku hanya bermimpi! Jika aku mengharapkan hal itu terjadi padaku. Itu takkan pernah terjadi! Yoon Haera sadarlah! Siapa yang mau menikahi yeoja hina sepertimu?! Siapa?!
Aku bergegas dari balik pintu menuju kamarku. Aku tidak ingin mereka melihatku menangis.
Takdirkah ini? Menjalani hidup ini dengan segala kepahitan?
Aku tidak tahu apa arti hidupku ini,  namun cinta mengajarkanku menjadi seorang pribadi yang kuat. Yang tetap bertahan hidup meski tak ada lagi alasanku untuk hidup..



TBC~


Keep RCL. Ok?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Chindy Agryesti Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting