Author : Chindy
Agryesti.
Facebook : Chindy Agryyesti
Horvejkul
Twitter : @Chindy404
Cast :
- Cho Kyuhyun
- Yoon Haera
Genre
: AU!, Romance.
Rating :
PG15
Length : Chapter
Mianhae.. lama bgt ya.
Sory, author sibuk bgt beberapa minggu ini jadi
publish part 6-nya agak lama dari biasanya. Yang masih seorang pelajar pasti
tahu kan kenapa alasannya? Yap, Author sibuk karena minggu kemarin baru selesai
UAS. Yang mau terus menanti FF-ku, minta doanya supaya nilai-nilai Author
memuaskan jadi setidaknya Author masih terus nulis.
Oh iya dan satu lagi, mian sebelumnya untuk typo yang
terus bertebaran. Author bukanlah tipe orang yang teliti dan telaten terhadap
sesuatu jadi maklumi aja ya. Karena bisa dibilang, Author termasuk orang yang
ceroboh dan masa bodo terhadap hasil pekerjaaan Author. Jadi jangan heran
disetiap part selalu ada typo. Mian. Cukup sekian cuap-cuapnya.
Happy reading…
Aku
pergi karena aku mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
–Yoon
Haera –
Saat
kau telah pergi dari hidupku, baru kumengerti apa itu cinta.
—Cho
Kyuhyun—
Cinta menjadi sebuah misteri dalam hidup. Yang tak akan
pernah kita ketahui akan seperti apa akhirnya.
—I Got Your back part 6—
Began :
Author POV
Haera menerjapkan kedua kelopak matanya secara perlahan. Mencoba membiasakan cahaya terang yang menusuk retina kedua belah matanya. Sesaat, lenguhan kecil ia keluarkan sebelum ia sadar sepenuhnya dari alam mimpi. Kepalanya terasa berat untuk digerakkan, dan ia merasa ada yang berputar-putar dikepalanya. Lantas ia memegangi pucuk kepalanya dengan tubuh yang sedikit kaku. Ia mengingat alasan kenapa kepalanya sangat pening pagi ini. Itu pasti karena ia kehujanan semalam.
Pintu diseberang tempat tidur Haera terbuka, seorang yeoja
setengah baya berjalan masuk mendekati yeoja muda itu ditempat tidur. Haera memaksa tubuhnya bergerak, mengubah
posisinya menjadi duduk.
“Eomma..” Kata Haera parau.
“Kau sudah bangun? Eomma ingin mengajakmu turun. Ayo kita sarapan
bersama. Jong Hyun menanyaimu karena tadi malam ia tak bertemu denganmu,”
“Baiklah,”
Sebelum bergabung, Haera merapikan diri terlebih dulu. Setelah Ia siap dengan pakaian kerjanya saat ini. Dan baru Haera beranjak dari kamar untuk memulai sarapan paginya. Nyonya Hwang dan juga Jong Hyun, mereka berdua telah menanti Haera dimeja makan. Yeoja muda itu langsung duduk dikursi sebelah Nyonya Hwang.
Sebelum bergabung, Haera merapikan diri terlebih dulu. Setelah Ia siap dengan pakaian kerjanya saat ini. Dan baru Haera beranjak dari kamar untuk memulai sarapan paginya. Nyonya Hwang dan juga Jong Hyun, mereka berdua telah menanti Haera dimeja makan. Yeoja muda itu langsung duduk dikursi sebelah Nyonya Hwang.
“Lebih baik hari ini kau tak usah berangkat ke kantor dulu.
Tadi malam kau baru kehujanan, Eomma tidak ingin kau sakit. Kau beristirahatlah
hari ini,”
“Tapi hari ini ada pertemuan dengan pihak Cho Corp,” Bantah Haera. Nyonya Hwang kembali mengeluarkan
suaranya. “Kau bisa mengundurnya lain waktu,”
“Tidak enak jika harus mengundurnya secara sepihak terlebih
lagi hanya karena aku,” Nyonya setengah
baya itu mendesah. Meski telah bertahun-tahun mengenal Haera, tapi ia tak sedikitpun pernah mengerti jalan pikiran putri-nya. Haera terlalu sulit dipengaruhi. Ia selalu berpegang
teguh pada pendiriannya. Tanpa ada seorang pun yang dapat
menggoyahkannya.
“Terserah kau. Tapi ingat jangan sampai terlalu lelah,”
Celoteh Nyonya Hwang.
***
Beberapa orang dari bagian Taehan Group termasuk Haera. Mereka telah duduk dimasing-masing kursi untuk mengikuti rapat kali ini. Namun rapat belum juga bisa dimulai sebab mereka harus menanti seseorang lagi, seseorang yang sangat penting tentunya. Cho Kyuhyun, Presdir Cho Corp belum juga tiba hingga saat ini, padahal waktunya sudah lebih 10 menit dari yang ditentukan.
Mendengar suara decit pintu, semua orang didalam ruangan menoleh kearah pintu. Mengharapkan kedatangan orang itu.
Namun tak seperti yang diharapkan, orang itu bukanlah Presdir Cho
Corp yang sedang mereka nanti melainkan sang
Assistant Cho Kyuhyun. Namja bernama Park Tae Hyun itu melangkah besar menuju
mimbar.
“Rapat hari ini terpaksa harus kami undur. Kami kira Presdir Cho hanya datang terlambat, tapi sepertinya tidak begitu. Hari
ini ia tidak akan datang, karena ia sedang sakit. Mohon pengertiannya dan
terima kasih.” Ujar namja itu.
Degg! Sakit? Cho Kyuhyun sakit? Hati yeoja itu mendadak
seperti terhuyung kedalam deburan ombak. Namja itu sakit. Rasa bersalah entah
datang dari mana dan kini sepenuhnya telah memenuhi
diri Haera.
Haera POV
Ia sakit? Benarkah itu? Apa ia sakit karena tadi malam? Jika
benar, pasti akulah yang menyebabkannya sakit. Aku yang telah membuatnya
hujan-hujanan. Dan pasti aku juga penyebabnya. Ia sakit
karena aku. Bodoh. Saat itu aku hanya memikirkan perasaanku saja tanpa berpikir
akan keadaannya. Ia mengkhawatirkanku namun aku, sama sekali tak terlintas
dibenakku untuk mengkhawatirkannya. Egois? Apa aku egois? Mungkin saja...
Pikiran ini makin tak dapat kukendalikan, menerobos pertahanan diri yang kubangun, dan melewatinya tanpa batas. Tak semestinya aku memikirkannya. Tak boleh.
Pikiran ini makin tak dapat kukendalikan, menerobos pertahanan diri yang kubangun, dan melewatinya tanpa batas. Tak semestinya aku memikirkannya. Tak boleh.
“Mianhae.. Mianhae..” Ujarku. Beberapa kali aku membungkukkan
badan.
“Sekali lagi aku minta maaf,” Kataku lagi sambil
membungkukkan badan. Orang didepanku tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Tapi
bagiku itu bukanlah sesuatu yang harus ku pusingkan.
Hingga detik ini, sedikitpun aku belum melihat wajah orang yang kutabrak tadi,
tanpa ada niat untuk melihat wajahnya, aku telah
memutar tubuh, dan berniat akan melangkah namun tubuhku tertahan oleh sebuah
tangan yang tertengger lenganku.
“Neo? Yoon Haera?” Mendengar suara yeoja itu menyebut dengan
lengkap namaku. Segera aku memutar tubuh lalu melihat wajahnya. Aku mematung.
Mulutku menganga tanpa kusadari. Lidah ini terasa kelu. Sulit untukku mengeluarkan suara. Seperti ada sesuatu yang mengganjal
ditenggorokkanku. “Eo-nn-i?” Jawabku tertahan.
Kedua jemariku berpagut menjadi satu, saling mempermainkan jari satu dengan yang lainnya. Rasa terkejut, kaget, ragu, gugup, bimbang semua itu seperti bahan-bahan mentah yang bergabung menjadi satu, membentuk suatu adonan. Dan adonan itulah perasaanku saat ini. Aku terkejut, tapi selain dari pada itu perasaan ragu ikut hadir dalam diriku.
“Haera-ya, eonni senang
bisa bertemu lagi denganmu? Eonni benar-benar tak menyangka. Eomma pasti akan
senang melihatmu,” Satu kata itu? Eomma. Aku belum bisa menemuinya, aku tak
ingin.
“Kau tau selama ini Eomma sangat merindukanmu. Ia mengkhawatirkanmu,”
***
Aku melangkah tanpa niat memasuki rumah besar milik yeoja paruh baya yang telah menganggap-ku sebagai putrinya sendiri meski
sesungguhnya kami hanyalah sebatas orang asing yang dipertemukan oleh waktu. Baru aku akan
mengetuk pintu, pintu telah lebih dulu terbuka dari dalam. Kim Ahjumma, pelayan
dirumah ini keluar dengan tangan membawa
gunting rumput.
“Nona sudah pulang?” Sapanya. Aku menggumam, “Heum,” Yeoja
berumur 40-an itu lantas meninggalkan-ku dan mulai
mengerjakan tugasnya ditaman. Dan aku, memasuki rumah ini. Tak ada ciri-ciri
terdapat orang didalam rumah ini. Sepi. Ini bukanlah sesuatu yang perlu aku
hiraukan, malah aku berpikir akan lebih baik jika aku bisa sendiri untuk
beberapa saat. Tanpa bertele-tele lagi, detik ini aku telah berada diruangan
favoritku, kamar. Hampir 30 menit aku menghabiskan waktu itu didalam kamar
mandi. Lalu saat ini, aku meneliti
wajahku dipantulan cermin. Selang
beberapa detik pikiran ini telah tenggelam ke saat-saat pertemuanku dengan
yeoja yang kupanggil Eonni tadi siang.
“Eomma sangat merindukanmu,”
“Eomma mengkhawatirkanmu,” Potongan-potongan kalimat yang
terucap dari bibirnya terngiang jelas ditelingaku seolah ada yang
membisikkannya padaku.
“Aku tahu perbuatannya sudah sangat keterlaluan tapi saat kau
pergi, dia telah menyesali segalanya,”
“Dia menutup dirinya pada siapapun termasuk padaku, kakaknya
sendiri,”
“Kembalilah padanya, bantu dia kembali seperti dulu,”
Kalimat itu. Mencekal nafasku, tidak hanya nafas tetapi
hidupku. Kembali? Sulit bagiku melakukannya.
Author POV
Tubuh Haera berjongkok menyetarakan dengan tinggi nakas
disebelah tempat tidurnya. Tangannya terulur membuka laci nakas paling bawah. Terdapat beberapa tumpukan buku dan barang lainnya. Tapi
matanya tertuju pada sebuah buku kecil berukuran setengah dari A4. Disampul
coklat tuanya, terdapat beberapa huruf merangkai satu kata “Memories”. Ia menutup laci yang tadi
dibukanya dan duduk ditepi ranjang. Telah dibukanya Cover buku berwarna coklat
itu, dan mulai memasuki halaman pertama. Seorang yeoja
cantik berbalut gaun putih ditubuhnya menjadi pembuka dihalaman pertama.
Jemarinya bergerak mengusap kertas bergambar itu. Halaman kedua masih dengan
orang yang sama, tapi yeoja itu
tak sendirian. Disampingnya berdiri seorang namja tampan lengkap dengan tuxedo
dan dasi kupu-kupu dilehernya. Yeoja itu tersenyum, tidak dengan namja itu. Ia
menunjukkan ekspresi dingin dan datar diwajahnya. “Kau pasti sangat membenciku
saat itu,”
Satu foto terakhir dihalaman paling belakang, gambar 5 orang berkumpul dan tercetak diatas kertas. 2 orang difoto
itu terdiri dari namja dan yeoja paruh baya. Mereka duduk disofa sedangkan 3
orang muda lainnya berdiri dibelakang sofa. Semua tersenyum terkecuali satu
namja muda yang berdiri disana. Ia terus memamerkan ekspresi yang
sama dengan foto-foto sebelumnya. Ekspresi dingin dan datar.
“Apa sampai saat ini rasa benci
itu masih ada?”
***
“Eoh? Nunna? Untuk apa kau datang kesini?” Tanyan Kyuhyun heran mendapati kakak perempuannya datang secara tiba-tiba menyambanginya ditempat kerja.
“Ada yang ingin kuberitahu padamu,”
“Apa itu?”
“Tentang Haera,” Tatapan namja itu langsung diarahkan pada Cho Ahra yang telah duduk disofa. Lalu ia
bangkit dari kursi kerjanya dan ikut
duduk di sebelah Nuna-nya. “Apa?” Tanyanya agak tercekat.
“Kemarin aku bertemu dengan Haera. Ia sudah kembali ke Seoul,”
Ungkap Nuna-nya.
“Arra,” Sahut Kyuhyun singkat. Mata yeoja didepannya melotot sedetik kemudian, mendengar jawaban singkat dari namja itu.
“Kau.. Kenapa kau tidak memberitahu kami?” Cecar Cho Ahra.
“Untuk apa? Dia saja pasti membenciku,” Sahut Kyuhyun lemah.
“Kau bodoh! Sejak kapan kau
mengetahui ia telah kembali ke
Seoul? Kau sudah pernah bertemu dengannya?”
“Dia adalah salah satu relasi Cho Corp. Taehan Group, dia
bekerja disana,”
“Mwo?! Tapi kau malah merahasiakan itu semua dari kami?” Desis Ahra.
“Dia membenciku. Jadi apa gunanya aku memberitahu kalian,”
“Ini semua akibat ulahmu sendiri. Tak salah
jika ia membencimu. Kau memang pantas dibenci oleh wanita sebaik dirinya,”
Tutur Ahra sebelum berlalu. Kyuhyun bungkam, ia hanya memandangi kepergian Nuna-nya.
“Kau memang pantas dibenci,” Ia berujar seorang diri, mengulang
kembali perkataan yang tadi dilontarkan Cho Ahra.
Author POV
“Da hanbeonman (Sekali ini saja). Jebal (Kumohon). Maafkan
aku,”
“Kau pasti sudah mendengar semuanya dari Ahra Nuna. Semua
yang dikatakan Nuna itu benar, seperti itulah keadaanku selama ini. Sejak.. Kau
pergi dari hidupku,” Aku Cho Kyuhyun.
Haera tak lagi melanjutkan langkah. Ia terhenti
diposisinya, tapi tak sedikitpun menatap Kyuhyun. Bahkan
membalikkan tubuhnya pun juga tidak. “Kau
tak perlu terus berbohong,” Serunya.
“Mungkin kau membenciku, aku terima.
Aku sadar kesalahanku tak termaafkan lagi. Tapi kumohon jangan menghindar dari
keluargaku. Mereka semua menyayangimu. Mereka bahkan sempat membenciku telah
membuat kau pergi,”
“Aku bukan siapa-siapa mereka, dan mereka bukan siapa-siapaku, jadi untuk apa aku memikirkan mereka?”
“Kau salah jika beranggapan demikian,
karena..”
“Sampai detik ini pun kau masih tetap istriku!”
Ujar Kyuhyun mantap. Tubuh Haera mendadak membeku. Tak sedikit pun ada pergerakkan dari tubuhnya.
“Sekali kau berbohong, kebohongan itu akan seperti rumput
yang selalu merambat,” Balas yeoja bermarga Yoon tersebut.
“Tapi aku tak sedang berbohong,” Haera berusaha tak menghiraukan namja itu, dan malah
melangkah pergi meninggalkan Kyuhyun. Namun dengan pergerakan cepat, Kyuhyun melangkah
besar, dan langsung mencegat langkah yeoja tersebut
dengan meraih tengkuknya. Sedetik setelahnya, Kyuhyun langsung
mempertemukan bibirnya dengan bibir milik Haera dengan penuh penekanan. Sudah terlalu
lama namja tampan itu menyimpan perasaannya untuk Yoon Haera. Yeoja yang mendadak hilang dari kehidupannya tanpa pamit, setelah keberadaannya di sia-siakan oleh
seorang pria bodoh bernama Cho Kyuhyun.
Kyuhyun menekan tengkuk Haera dalam-dalam,
melumat bibir yeoja itu dengan sedikit paksaan. Sebelah tangan yang
lain memegangi tangan Haera, yang berusaha
memukul-mukul dada Kyuhyun minta di
lepaskan. Sekeras Haera ingin
melepaskan diri, sekeras itu
pula Kyuhyun menautkan bibirnya.
“Hidupku sudah tersiksa semenjak kau pergi. Kumohon jangan
siksa aku lagi,” Lirihnya. Seusai ia melepaskan tautan bibir mereka.
“Biarkan aku memperbaiki semua kesalahanku,” Pinta Kyuhyun. Haera termangu
dengan pandangan kosong.
“Jangan mengganggap ini semua hanya kebohonganku. Aku tulus.
Aku ingin memperbaiki semuanya,”
Tanpa sepengetahuan dari kedua manusia ditengah taman itu.
Seorang yeoja cantik menahan dalam-dalam emosinya. Gurat
kemarahan tercipta jelas diwajah cantik itu. Wajah cantik sebagai pembungkus
untuk hatinya yang belum tentu secantik wajahnya. Tangannya mengepal
keras-keras, matanya memicing tajam memandangi dua insan didepannya.
“Oppa.. Neo nal kkeoya,”
Haera POV
Jugeodo mot punae..
Naega eotteohke
neol punae..
Garyeo geodeun,,
Tteonaryeo geodeun.. nae
gaseum gochyeo nae..
Sebuah lagu mengalun indah berasal dari ponselku diatas tumpukan map. Satu
panggilan masuk dan menanti jawabanku.
“Yeobseyo.. Eomma? Waeyo?”
“Haera-ya, malam ini bisa kita makan malam diluar?”
“Eum.. Tentu,”
“Hari ini kau tidak bawa mobil bukan? Biar nanti Eomma yang menjemputmu bersama Jong Hyun,”
“Arraseo,” Balasku sebelum mengakhiri pembicaraan mengenai makan malam nanti.
Ponsel. Aku meletakkannya kembali diatas meja tepatnya diatas
tumpukan map tempat tadi. Tanganku kembali
beraktivitas dengan benda bernama Ballpoint bersama dengan
tumpukkan kertas yang tersaji dimejaku. Lagi. Ponselku kembali berdering. Kali ini berbeda, hanya sebuah getaran yang
tercipta. Bukan sebuah panggilan melainkan hanya sebuah pesan yang masuk. Dengan nomor yang tak kukenali, tak sabar aku
membukanya.
'Yoon
Haera-shi? Anneyong? Bisa kita bertemu hari ini pukul 4 sore di ZooCoffe.’
Tanpa kumengerti apa maksud isi pesan tersebut, aku memutuskan akan menghubunginya dan berbicara langsung.
Namun itu tak terjadi, pasalnya nomor yang sama sekali tak
kukenali itu sudah tak aktif.
Tepat pukul 04.00 aku meninggalkan kantor untuk memenuhi permintaan orang tak kukenal itu. Walau begitu, aku memilih untuk tetap menemuinya. Aku menyetop taksi yang kebetulan lewat didepanku menuju tempat yang telah ia minta. Tak seberapa lama aku berada didalam taksi, taksi yang kutumpangi telah terhenti disebuah Cafe ternama di Seoul. ZooCoffe. Langkahku menjadi ragu, ketika akan memasuki ruangan berkaca didepanku. Melalui kedua sudut mata ini, aku melirik dari kaca tembus pandang disisiku, mencari orang yang sekiranya kukenal yang telah membuat janji sepihak tadi yang dikirimkan padaku. Tapi tak ada. Didorong oleh rasa penasaran, tubuh ini menerobos masuk ke dalam Cafe dan pandangan memutari sekeliling Cafe dengan kedua bola mataku. Tangan seseorang terangkat dengan wajah menatap kearahku. Tubuhku membeku seketika, lidahku kelu tanpa alasan. Bola mata ini terjaga pada orang itu untuk meyakinkan bahwa aku kini hanya sedang salah lihat. Tapi itu semua tidak seperti yang kuharapkan. Ini semua adalah kenyataan. Aku benar-benar dipertemukan orang itu lagi. Yeoja itu..
Author POV
Meski ada perasaan enggan untuk menghampiri orang itu, Haera
tetap mengikuti kehendaknya. Meski itu berlawanan dengan perasaannya.
“Eoh? Kau sudah datang,” Sapa yeoja itu dengan intonasi ramah
yang terkesan dipaksakan dan dengan senyum yang dibuat-buat.
“Silahkan duduk,” Haera melirik salah satu bangku kosong dan
menempatinya.
Berselang beberapa detik kemudian, Song Ji Eun, yeoja dihadapan Haera itu mulai membuka pembicaraan diantara mereka.
Berselang beberapa detik kemudian, Song Ji Eun, yeoja dihadapan Haera itu mulai membuka pembicaraan diantara mereka.
“Lama tidak bertemu Haera-shi..”
“Kupikir ini pertemuan kita kembali sejak 6 atau 7 tahun
lalu.” Lanjutnya kemudian. Yang bisa disebut sebagai sapaan , salam atau entah apalah itu.
“Hm. Sepertinya begitu..” Balas Haera agak tercekat karena rasa terkejutnya belum sedikit pun menghilang. Namun
sebisanya ia melenyapkan perasaan itu.
“Bagaimana kabarmu selama ini? Sepertinya kau hidup dengan
baik?” Tanya lagi Song Ji Eun yang lebih cocok dibilang pernyataan dibandingkan
pertanyaan.
“Seperti yang kau lihat. Aku baik,” Sahutnya sesantai
mungkin.
“Ah begitukah?” Ucapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
“Apa yang kau ingin bicarakan?” tanya Haera tanpa ingin
bertele-tele lagi. Ia pikir obrolan tadi sudah cukup untuk dijadikan basa-basi
semata. Sesaat, yeoja diseberang Haera tersenyum simpul
seorang diri.
“Sepertinya kau sudah tak sabar ingin
mendengarnya. Baiklah aku tidak akan bertele-tele lagi. Aku hanya ingin
menyampaikan sesuatu padamu.” Ji Eun mempause-kan ucapannya, menelan salivanya
sejenak.
“Jauhi Kyuhyun Oppa! Jangan pernah ganggu hubungan kami lagi.
Kuyakin kau tidak ingin kan disebut sebagai wanita perusak
hubungan orang? Lagi pula sudah cukup kau mengganggu hubunganku dengan Kyuhyun
Oppa dulu. Biarkan kami menjalin hubungan dengan tenang.”
“Apa maksudmu Ji Eun-shi?”
“Kuyakin kau tidak bodoh? Baik akan aku perjelas. Pergi dari
hidup Kyuhyun Oppa, jangan ganggu hubungan kami lagi.”
“Ya walaupun aku sangat tahu, ini adalah sesuatu yang tak
semestinya kukatakan padamu. Karena tanpa harus kuberitahu, kau pasti sudah tau
bahwa sampai kapan pun Kyuhyun
Oppa hanya akan mencintaiku, hanya ada aku dihatinya, bukan kau atau siapa pun.
bukankah kau tahu itu? Tapi meski demikian, aku tetap tidak suka melihat kau
muncul lagi didepan Kyuhyun-ku, jadi enyalah. Pergilah. Kau tahu betapa
bahagianya Kyuhyun oppa saat kau pergi dulu? Aku hampir tak mengenali dirinya
saat itu, karena untuk pertama kalinya aku melihat ekspresi bahagia yang sekali-kalinya pernah ia tunjukkan
padaku. Jadi biarkan Kyuhyun oppa tetap bahagia. Kau mencintainya bukan? Pergi
adalah cara terbaik.”
“Dan satu lagi. Dengan sifatnya yang sekarang ini mungkin kau
akan berspekulasi bahwa Cho Kyuhyun telah menyesali semua perbuatannya padamu.
Tidak, itu sama sekali bukan. Ia hanya merasa bersalah pada Eomma-nya yang
begitu menyayangimu karena telah membuatmu pergi. Kuharap kau bisa mengerti Haera-shi.” Song Ji Eun menyambar tas
tangan-nya dan langsung meninggalkan Haera seorang diri di kursi Cafe. Haera menatapi punggung Ji Eun dengan pikiran kosong.
Sedetik kemudian, senyum kecut tercipta disudut bibirnya.
“Aku tahu dengan amat sangat jelas,” gumamnya, masih dengan
senyuman kecut dibibirnya.
Haera berjalan tak bersemangat menapaki jalanan yang
dipijakinya. Merangkai langkah satu demi satu menuju ke rumah Nyonya Hwang
sepulang kantor. Acara makan malamnya bersama Nyonya Hwang
telah ia batalkan. Ia berjalan sambil menatapi batu-batu kecil yang
bergelinding akibat tendangan kakinya. Haera mengeratkan blazer hitam
ditubuhnya, menghalau rasa dingin yang semakin menyengat pada kulitnya. Angin
malam terus berhilir membuat dingin semakin kerasan.
Geuraedo saranghae neoreul saranghae..
Dareun geon mollado naega neol wonhae..
Dagagaryeo halsurok gakkawoman jilsurok..
Dagagaryeo halsurok gakkawoman jilsurok..
Domangchineun niga nal oeropge haneungeol..
Terdengar senandungan kecil bersumber dari bibir mungil Yoon Haera. Alunan nada lembut tercipta darinya. Suara lembut itu merangkai kata - kata yang terlibat dalam nada pada sebuah lagu. Lagu yang mewakili perasaannya saat ini. Lagu ballad yang menjadi lagu favoritnya.
Terdengar senandungan kecil bersumber dari bibir mungil Yoon Haera. Alunan nada lembut tercipta darinya. Suara lembut itu merangkai kata - kata yang terlibat dalam nada pada sebuah lagu. Lagu yang mewakili perasaannya saat ini. Lagu ballad yang menjadi lagu favoritnya.
Terus Haera melantunkan lagu yang telah ia hafal. Sesekali ia memejamkan kelopak matanya, meresapi semua perasaannya yang tersirat dalam lagu yang ia nyanyikan. Hingga tak ia sadari, setitik cairan bening telah dihasilkan oleh kedua matanya.
“Aku tahu. Sangat tahu,” gumamnya lirih
bersamaan dengan setetes cairan bening jatuh diatas jalan aspal yang
dipijaknya.
“Bodoh!” Ia berucap lagi merutuki dirinya sendiri. Bodoh.
Karena ia merasa terlalu bodoh, sempat mempercayai dan termakan oleh ucapan
namja yang seharusnya sudah ia tahu, bahwa namja itu takkan pernah
mencintainya. Bukankah perbuatannya dulu telah membuktikan namja itu takkan
pernah melihat kearahnya. Ia bukanlah apa-apa baginya, ia hanya butiran debu
yang mengotori hidup Kyuhyun. Begitulah spekulasi Haera. Tak seharusnya ia
langsung goyah oleh permintaan maaf namja itu beberapa hari lalu. Tak
semestinya ia ragu akan spekulasinya.
6 tahun Haera telah berusaha merelakan cintanya, mencoba merajut hidup tanpa bayangan namja itu lagi. Setidaknya Haera berhasil hidup dengan baik walau perasaannya tidak baik. Perasaan itu yang tak pernah mau menghilang dari hatinya.
Dari dulu hingga saat ini, bagi Haera mencintai seorang Cho Kyuhyun adalah hal menyakitkan sekaligus hal termenyedihkan dalam hidupnya. Telah ia putuskan, sekali lagi akan berusaha membuang semua perasaaannya.
6 tahun Haera telah berusaha merelakan cintanya, mencoba merajut hidup tanpa bayangan namja itu lagi. Setidaknya Haera berhasil hidup dengan baik walau perasaannya tidak baik. Perasaan itu yang tak pernah mau menghilang dari hatinya.
Dari dulu hingga saat ini, bagi Haera mencintai seorang Cho Kyuhyun adalah hal menyakitkan sekaligus hal termenyedihkan dalam hidupnya. Telah ia putuskan, sekali lagi akan berusaha membuang semua perasaaannya.
Kyuhyun POV
“Sajangnim, ada tamu untuk Anda,” Lapor Sekertarisku.
“Dimana?”
“Dia telah menunggumu di ruangan Anda,”
“Baiklah. Gomawo,”
Tamu dipagi hari seperti ini? Saat ini belum genap pukul 08.00 pagi tapi sudah ada yang bertamu diruanganku. Astaga.. Pasti ada yang salah dengan orang itu. Ia datang bertamu sebelum orang yang ingin ditemuinya datang. Aneh sekali.
Aku menekan kenop pintu. Setelah pintu berhasil kubuka, aku
melemparkan tatapan mengelilingi keseisi ruangan. Darahku mendadak mendidih. “Kau?
Sedang apa kau disini Ji Eun-shi?” Tanyaku tanpa
basa-basi sebagaimana biasanya cara seseorang
menyambut tamunya dengan hangat. Dengan yeoja didepanku ini, sepertinya tak perlu melontarkan kalimat pembuka untuk berbasa-basi.
Dia bangkit dari sofa melangkah mendekatiku. “Ji Eun-shi. Kau memanggilku
dengan panggilan itu.” Sahutnya, dan termenung seolah tengah berpikir.
“Kemana panggilan sayangmu yang dulu itu?” Ia lanjut menyambung langkah semakin meminimalisirkan jarak diantara kami, menatapku
dengan tatapan meminta.
“Ji Eun-ah.. Berapa kali harus aku ulangi. Hubungan kita
telah berakhir,”
“Ani. Itu hanya pendapatmu saja. Dan itu hanya keputusanmu
sepihak. Memang apa pernah aku mengiyakan ide bodoh itu? Tidak pernah bukan?
Jadi sampai detik ini kau masih namjachingu-ku,” Secara tiba-tiba ia
menyandarkan kepalanya pada dadaku dengan kedua tangan melingkari pinggangku.
“Kumohon jangan seperti Ji Eun-ah. Kau bisa mencari pria yang
seribu kali lebih baik dariku. Kau tak boleh seperti ini terus, kau hanya
menyia-nyiakan waktu dihidupmu saja,” Dengan sedikit paksaan aku berhasil
melepaskan tubuhnya.
“Wae? Kenapa? Kenapa kau bisa berkata bahwa aku hanya
menyia-nyiakan waktu di hidupku?”
“Aku hanya tak ingin kau terus berharap disaat aku tak
mungkin lagi mengabulkan harapanmu,”
“Kenapa Oppa tak bisa mengabulkannya? Bukankah dulu kau
pernah bilang bahkan jika kau harus menukar nyawamu untukku, kau akan
melakukannya bukan?” Ia bersungut membahas satu janji yang pernah ku ucapkan untuknya. Itu benar, tapi waktu telah memutarkan
segalanya.
“Itu.. Karena dulu kau yang memiliki hatiku sepenuhnya.”
“Dan tidak untuk saat ini,” Sambungku lirih.
“Lalu siapa yang memiliki hatimu saat ini?”Sambungnya cepat.
“Yeoja itu. Yoon Haera, dia yang memiliki hatiku
sekarang. Aku mencintainya, aku mencintai istriku,”
Matanya memicing, manatapku dengan pandangan terluka. Namun
sedetik kemudian, senyum mirim muncul diwajahnya. Aku tak mengerti apa yang
dipikirannya. Sebelumnya ia menatapku terluka setelahnya ia malah tersenyum.
“Aku mencintaimu lebih dari apapun didunia ini. Jadi jangan harap aku bisa menerima kenyataan itu. Kau
hanya milikku Oppa, tetapi jika aku tak bisa memilikimu, maka siapapun tak boleh memilikimu,” Kulihat dua bulir
cairan bening telah meluncur membasahi pipinya tepat sebelum ia membawa
tubuhnya pergi.
TBC..
3 komentar:
Wow ada rintangan rupanya
Kenapa harus ada cwe itu T.T
ji eun ji eun ji eun! mati kau! knp dia hrus muncul cobaaa.. disaat haera sudah mulai percaya sama kyu.. ahhh! jauhkan ji eun!
Posting Komentar