Author : Chindy
Agryesti.
Facebook : Chindy Agryyesti Horvejkul
Twitter : @Chindy404
Cast :
- Cho Kyuhyun
- Yoon Haera
Genre : AU!, Romance.
Rating : PG15
Length : Chapter
Aku pergi karena aku mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
–Yoon Haera –
Saat kau telah pergi dari hidupku, baru
kumengerti apa itu cinta.
—Cho Kyuhyun—
Cinta sejati tak akan
terpisah karena jarak, tak akan berubah karena waktu, dan tak akan hilang hanya
karena amarah.
—I Got Your Back part
7—
Begin :
Author POV
Dari dalam mobil, mata Song Ji Eun
memicing tajam menanggapi satu pemandangan tersaji yang berhasil menyulut
emosinya. Meski dari kejauhan, ia yakin tak ada yang salah dengan
penglihatannya. Yoon Haera, yeoja itu lengkap dengan pakaian kantor, memasuki
gedung tempat dimana Cho Kyuhyun bekerja. Itulah pemandangan yang telah sukses
menyulut emosinya seketika. Padahal sebenarnya, hal yang dipikirkan Song Ji Eun
sangat berlawanan dengan yang sesungguhnya. Haera menginjakkan kakinya di Cho
Corp bukan sekedar untuk bersantai, atau hanya bermain-main. Sebab yang
sebenarnya, Haera berada disana untuk menyelesaikan rapat yang sempat tertunda
kemarin. Tapi hal itu berlainan dengan pemikiran yeoja didalam mobil sana.
“Ternyata
kau tidak mengerti juga Haera-shi. Lihat dan tunggu apa yang kemudian akan
terjadi pada hidupmu selanjutnya,”
***
Haera mendapat tugas perjalanan untuk memantau bagaimana keadaan lokasi yang akan dijadikan lahan baru bagi perusahaan. Ia telah ditunjuk sendiri oleh Presdir Taehan Group – Nyonya Hwang— untuk turun tangan langsung dalam proyek kerja sama dengan Cho Corp ini. Hal itu juga terjadi pada Cho Kyuhyun. Kyuhyun selaku Presdir Cho Corp akan turun tangan ke lapangan untuk proyek besar satu ini.
Yang itu berarti, membuat kedua
manusia itu akan melakukan perjalanan bersama meski dalam status pekerjaan.
Tapi setidaknya itu dapat membuat intensitas pertemuan mereka menjadi lebih
banyak lagi.
Haera kesulitan ketika akan
memasukkan kopernya kedalam bus, melewati pintu bus yang lebarnya tak seberapa.
Setengah mati ia berusaha mendorong semampunya untuk membuat koper miliknya
masuk. Namun tak segampang itu. Hingga sebuah tangan kekar mencekal koper
miliknya dan mengangkat melewati pintu bus yang menjadi masalah bagi Haera. Ia
termangu didepan pintu bus, menyadari siapa orang yang menolongnya barusan. “Direktur..”
Seruan Hye Sung, sekertarisnya dari jendela bus membuyarkan semua yang hinggap
diotaknya. Haera mulai melangkah melewati tangga bus. Didalam bus. Ketika Haera
telah menaiki bus ia tidak melihat bangku kosong, semuanya terisi penuh oleh
pegawai dan barang-barang yang mereka bawa. Hanya ada satu tempat duduk yang
tersedia di samping Cho Kyuhyun dikursi urutan paling depan. Menghiraukan
masalah pribadi mereka, Haera mengalah dan duduk bersebelahan dengan Kyuhyun.
Perasaan ragu sekaligus bimbang menghampiri dirinya. Mati-matian ia menghindari
diri dari manusia bernama Cho Kyuhyun. Tapi saat genting seperti ini. Apa harus
perasaan pribadi turut bercampur.
Kyuhyun POV
Ia sudah menaiki bus, setelah melihat
keadaan bus ia menjadi seperti orang ling-lung yang mencari sesuatu namun tak
didapatinya. Ia berjalan ragu kearah kursi kosong disebelahku dan kami duduk
bersebelahan.
Perjalanan menuju lokasi proyek tidak terlalu macet, dengan begitu dapat memperlancar perjalanan bus besar yang akan menuju kota Namwoon ini. Dimana disanalah letak proyek yang harus aku tangani.
Perjalanan menuju lokasi proyek tidak terlalu macet, dengan begitu dapat memperlancar perjalanan bus besar yang akan menuju kota Namwoon ini. Dimana disanalah letak proyek yang harus aku tangani.
Tiba-tiba kurasakan sesuatu ada yang
menimpa dibahuku. Kepalaku bergerak kesamping melihat apa yang ada dibahuku.
Dengan kelopak mata tertutup, ia memposisikan kepalanya bersandar pada bahuku.
Aku tersenyum. Ia tertidur dengan wajah begitu damai dan tenang. Entah dari
mana asalnya keberanianku muncul. Perlahan tanganku bergerak menyentuh
jemarinya.
Bus telah berhenti. Segera satu per
satu orang telah menuruni bus. Termasuk aku. Ia sudah lebih dulu terbangun
sebelum bus tiba ditujuan. Ekspresi terkejut langsung kudapati diwajahnya,
tatkala ia menyadari bahwa jarak diantara kami begitu dekat sebab ia mungkin
belum sadar bahwa kepalanya tengah bersandar dibahuku. Tak sampai detik kedua,
ia buru-buru menegakkan kembali kepalanya. Dan saat itu, aku melihat ekpresi
terkejut bercampur dengan rasa gugupnya.
“Anneyong haseyo. Selamat datang
Presdir,” Seseorang berumur sekitar 40 tahun-an datang mendekat menuju
rombongan kami lalu menyambutku dengan ramah.
“Ye. Anneyong Haseyo.”
“Kau pasti Presdir Cho Corp , geuchi?
Choi Ji Hyuk imnida. Penanggung jawab atas proyek disini,”
“Ah ye.. Cho Kyuhyun imnida. Dan ini
beberapa perwakilan dari Taehan Group.” Lantas namja bermarga Choi tersebut
menyapa orang-orang dari Taehan Group dan saling berkenalan dengan mereka,
sebelum akhirnya lanjut berbicara lagi padaku.
“Aku sedikit terkejut saat Tuan Cho
mengabariku bahwa kau sendiri yang akan turun tangan untuk proyek ini. Aku tak
menyangka akan bertemu langsung dengan Presdir Cho Corp yang sangat popular
sepertimu. Berarti tak asal bicara orang-orang yang pernah membicarakanmu.
Selain kau pekerja keras, kau juga sangat tampan,” Ujar orang itu. Tercipta
sebuah senyum diwajahku.
“Kau berlebihan tuan Choi,”
“Kau pasti ingin melihat-lihat disekitar sini
bukan? Mari kuantar,”
Haera POV
Aku berjalan berdampingan dengan
namja bernama Tuan Choi Ji Hyuk disebelahku dan juga dengan orang itu. Kami
berjalan memutari lahan proyek yang saat ini sedang dilakukan proses
pembangunan. Ia berjalan seraya menjelaskan bagian-bagian dari denah gambar
yang ia tunjukkan pada kami –Aku dan orang itu—. Kami terus berjalan
menghampiri setiap sudut lahan meski masih dalam proses pembangunan. Tapi
memang itulah tugas utama kami dikirimkan kesini, untuk secara langsung melihat
dan mengawasi proses pengerjaan proyek ini. Yang harus menahanku selama 2 hari
dikota Namwoon ini.
Salah seorang pekerja memanggil Tuan
Choi dengan begitu mendesak. Membuat kami bertiga –Aku, Tuan Choi dan orang itu—
menoleh. Sang pekerja itu dengan cepat menyebutkan perihal yang berhasil
membuatku ikut penasaran dengan ekpresi genting yang ia tunjukkan. “Bangunan
disebelah kanan sana runtuh akibat hujan badai tadi malam dan salah seorang
pekerja ada yang terluka akibat runtuhan itu,” Lapornya. Tanpa aba-aba lagi,
aku mengikuti langkah tuan Choi dari belakang, ke tempat dimana yang tadi
disebutkan pekerja itu.
Tembok yang tadi kulihat masih
berdiri kokoh, telah berubah menjadi reruntuhan batuan. Diatas runtuhan
tersebut terdapat sebercak darah segar. Yang kuyakini milik pekerja bangunan
yang tertimpa runtuhan ini. Mendadak, perutku merasa mual mencium bau anyir
darah yang masuk ke indera penciumanku. Rasa mual itu lama-kelamaan menjalar
disekujur tubuh menjadi rasa pusing dikepalaku. Semua terasa sedang
berputar-putar disekelilingku. Aku mendengar satu seruan meneriaki namaku tapi
tak sedikit pun aku mengerti maksud akan teriakan itu. Sampai akhirnya, secara
tiba-tiba tubuhku didorong oleh seseorang dan jatuh tersungkur lumayan jauh
dari asal tempatku tadi berdiri. Sedetik selanjutnya, runtuhan bangunan berangsur-angsur
jatuh dari atas. Aku sadar, alasan mengapa aku didorong menjauh dari tempatku
tadi. Ternyata untuk alasan ini, orang itu mendorongku hingga terjatuh. Mungkin
saja aku akan bernasib sama seperti pekerja bangunan yang terluka itu.
Aku menoleh. Mendapati orang yang
menolongku, juga tersungkur diatas tanah.
“Kenapa harus dia?” Satu pertanyaan
itu mengisi kekosongan pikiranku setelah mengetahui dia yang ternyata telah
menyelamatkanku –lagi—.
“Kalian tak apa-apa? Presdir?
Haera-shi?” Tanya Tuan Choi dengan nada panik. “Gwaenchana,” Balasku singkat.
Dibantu oleh Hye Sung, aku bangkit berdiri.
Author POV
“Presdir Gwaenchana?” Park Tae Hyun
selaku Assistant Kyuhyun nampak panik setelah melihat Cho Kyuhyun terjatuh
ketika menolong Direktur Taehan Group, Haera.
“Eum.. Gwaenchana,” Balas singkat
namja tampan tersebut.
“Lebih baik sekarang kalian
beristirahat saja dulu. Akan lebih bahaya lagi jika kalian terus disini,” Tutur
Choi Ji Hyuk yang langsung dibenarkan oleh para manusia disana. Semua orang
kembali menaiki bus guna melanjutkan perjalanan menuju tempat penginapan.
Jarak antara penginapan dan lokasi
proyek tak seberapa jauh. Dengan hanya memakan waktu sekitar 10 menit untuk
tiba ditempat penginapan.
“Direktur, benarkah kau tak apa-apa?
Kau menjadi pucat sejak insiden tadi,” Hye Sung sekali lagi menanyakan keadaaan
Haera yang sejak tadi, ia perhatikan telah terjadi perubahan pada diri
Direktur-nya.
“Jinjja. Gwaenchana,” Balas Haera singkat
sebelum kembali terdiam.
“Sepertinya kita sudah sampai. Kajja
kita turun Direktur,” Ajak Hye Sung.
***
“Eoh? Jam segini mengapa cucu Halmeoni yang tampan ini belum tidur?” Jong Hyun melangkah kecil menghampiri Halmeoni-nya yang sedang menonton televisi diruang tengah. Nyonya Hwang mengangkat tubuh kecil Jong Hyun duduk dipangkuannya. Dan memeluk cucunya itu dari belakang.
“Eomma. Jong Hyun merindukan Eomma.
Kenapa Eomma belum juga pulang?” Tanya Jong Hyun polos.
“Malam ini Eomma tidak bisa pulang.
Eomma sedang ada pekerjaan diluar kota.”
“Kenapa Eomma tidak mengajak Jong
Hyun?” Menanggapi ucapan polos cucunya, yeoja setengah baya itu tersenyum.
“Eomma sedang bekerja disana, jadi
tidak bisa mengajak Jong Hyun,” Jelas Nyonya Hwang.
“Tapi Jong Hyun ingin ikut. Jong Hyun
merindukan Eomma,” Rengeknya.
“Yasudah bagaimana kalau sekarang
kita menelpon Eomma-mu. Tapi setelah itu, Jong Hyun harus tidur supaya bisa
cepat bertemu dengan Eomma besok,” Jong Hyun mengangguk cepat.
Nyonya Hwang meraih ponsel diatas
nakas disebelah sofa yang didudukinya. Tangannya bergerak diatas ponsel lalu
menempatkan benda persegi panjang itu disalah satu telinganya. Sementara
dilain sisi. Haera terus berusaha memejamkan matanya, meski sebenarnya tidak
sedikitpun ia merasa mengantuk. Suasana sunyi menemaninya dikamar seorang diri.
Semua orang mungkin telah terlelap kealam mimpi, ia pun ingin melakukan
demikian tapi matanya terlalu sulit untuk bisa diajak berkompromi.
Ponsel milik Haera berdering. Ia bergerak meraih benda bernama ponsel ditempat tidur.
Ponsel milik Haera berdering. Ia bergerak meraih benda bernama ponsel ditempat tidur.
“Yeobseyo..”
“Haera-ya kau belum tidur?” Terdengar
suara lembut Nyonya Hwang dari ujung ponselnya.
“Belum. Ada apa Eomma?”
“Jong Hyun dia bilang dia merindukanmu,”
Merasa bosan didalam kamar sendirian, Haera memutuskan mencari udara segar
diluar. Ia melangkah menuju teras penginapan dan duduk disalah satu kursi.
“Jong Hyun belum tidur?”
“Belum. Dia ingin bicara padamu,”
“Eomma..” Suara cadel yang
dirindukannya akhirnya dapat ia dengar juga.
“Chagi.. Waeyo? Kenapa jam segini kau
belum tidur?”
“Eomma bogoshipeo..” Haera mengulum
sebuah senyum.
“Nado..”
“Jong Hyun ingin dibacakan cerita
oleh Eomma,”
“Tapi malam ini Eomma tidak bisa
membacakan cerita untuk Jong Hyun. Kau bisa minta Halmeoni membacakannya
untukmu. Ini sudah malam. Setelah ini, Jong Hyun harus tidur, arra? Sekarang
berikan ponselnya pada Halmeoni,”
“Apa semuanya lancar-lancar saja?”
Giliran suara Nyonya Hwang yang didengarnya lagi.
“Ye. Semuanya lancar.”
“Baguslah
kalau begitu. Ini sudah malam, beristirahatlah sana. Jaga kesehatanmu,”
“Arrayo,”
Pip..
Sambungan telepon telah diputuskan
lebih dulu oleh Nyonya Hwang. Haera memasukkan ponsel ke dalam kantung Sweater
tipis yang digenakannya. Dan termenung dalam kebisuan seraya memandangi langit
malam.
“He'em.” Dengan reflek kepala Haera
bergerak kearah sumber deheman itu berasal. Mengetahui siapa pemilik suara,
Haera bergegas bangkit bersiap akan pergi dari sana. Tapi satu tangannya
dicekal oleh seseorang.
“Kenapa kau terus menghindar dariku?”
@Cho Corp’s Office
Kyuhyun POV
“Bagaimana proses pembangunan di
Namwoon? Apa lancar?”
“Appa tenang saja. Semuanya lancar,
hanya saja karena sekarang ini musim penghujan pernah ada hujan badai yang
merobohkan sedikit bangunan disana,” Ungkapku.
“Lalu?”
“Appa tenang saja, Tuan Choi sudah
menanganinya,”
“Lalu bagaimana para pekerja disana?”
“Mereka bekerja dengan baik. Tapi
Appa, ada seorang pekerja yang terluka akibat runtuhan bangunan itu. Sepertinya
sampai sekarang ia masih dalam perawatan,”
“Benarkah? Apakah parah keadaannya?”
“Bisa Appa tanyakan langsung pada
tuan Choi,”
“Baiklah. Kau telah bekerja keras,” Kata Appa.
Sesaat, ia menepuk-nepuk pelan bahuku sebelum pergi meninggalkan aku
sendiri diruang kantor ku. Ia berlalu.
Tak berselang waktu 3 detik pintu
ruanganku kembali terbuka. Tanpa ada embel-embel suara ketukan pintu terlebih
dulu.
“Kau..”
“Ada apa lagi kau kesini Ji Eun-ah..”
Desisku.
“Aku merindukanmu. Apa tak boleh?”
“Pergilah. Aku tak punya waktu untuk
meladenimu,” Selesai aku mengucapkan kalimat itu, telepon kantor dimejaku
berdering.
“Yeobseyo..”
“….”
“Arraseo.” Selesai aku meletakkan
kembali gagang telepon itu keasal tempatnya. Aku mengarahkan tatapan pada yeoja
didepanku.
“Aku harus pergi. Kuharap kau masih
tau cara bertamu yang benar,” Tegasku dan berlalu meninggalkannya.
“Presdir,” Aku menoleh pada Tae Hyun yang memanggilku, sekeluarnya aku dari ruangan kerja.
“Dimana rapatnya?”
“Ada perubahan jadwal Presdir. Hari
ini Taehan Group ingin mensurvei langsung lokasi di hotel World. Mereka sudah
tiba disana.”
“Baiklah. Lagi pula sudah lama aku
tidak memeriksa keadaan disana. Kaja kita kesana,”
@Hottel World
Seorang pelayan hotel langsung
bergegas membukakan pintu setelah mobil yang kunaiki telah terhenti didepan
mereka.
“Anneyong Haseyo Presdir,” Ujar pelayan
itu menyambutku dengan tubuh membungkuk hormat. Tak perlu aku membalas sapaan
itu, aku langsung mengayunkan langkah menemui relasi bisnis Cho Corp yang
mungkin sudah menunggu cukup lama.
“Anneyong Haseyo Presdir Cho,”
Beberapa orang dari Taehan Group langsung menyapa kedatanganku.
“Anneyong haseyo. Kalian pasti sudah
lama menungguku. Mian. Aku tak mengetahui perubahan jadwal ini,”
“Gwaenchana. Lagi pula ini kesalahan
pihak kami tak memberi tahu kalian atas perubahan jadwal,”
Author POV
“Selain suami-istri, mereka juga
ternyata rekan bisnis. Lucu sekali,” Ujar Song Ji Eun dengan nada merendahkan.
Mata tajamnya menatap tanpa jeda pada sekumpulan orang yang tengah berjalan
mengitari hotel mewah dan megah milik Cho Corp. Terutama pada salah seorang
yeoja cantik yang ternyata berstatus istri sekaligus rekan bisnis Cho Kyuhyun,
ia terus melemparkan tatapan kebenciannya pada Haera, padahal yeoja yang tengah
ditatapnya itu tak tahu akan kehadiran dirinya.
“Kau.. Tunggu saja..” Ia berujar seperti orang
gila yang berbicara pada dirinya sendiri.
Jam telah berada diangka 12. Waktu untuk makan siang telah tiba. Seperti yang direncakan, para sekumpulan orang dari dua perusahaan berbeda itu, berniat untuk makan siang bersama di Restaurant hotel berskala internasional tersebut.
“Kalian duluan saja, aku ingin ke
toilet.” Pamit Haera, sesaat sebelum mereka menaiki lift yang akan membawa
mereka ke lantai dasar, tempat Restaurant itu berada.
“Apa tidak sebaiknya menggunakan
toilet dilantai bawah Direktur,” Saran Hye Sung.
“Aniyo. Tak apa,” Hye Sung tak kuasa
mencegah keinginan Direkturnya. Mereka semua sudah siap menaiki lift yang akan
membawa mereka ke lantai dasar. Saat itu, Ji Eun dibalik dinding marmer tertawa
miring.
“Lihat. Bahkan dewi fortuna sedang berpihak
padaku,”
Setelah keluar dari pintu toilet, Haera berjalan menuju lift yang letaknya tak jauh dari toilet. Ketika ia menekan tombol lift, mendadak tubuhnya bergetar tanpa sebab. Perasaan takut ikut hadir dalam dirinya, terlebih lagi saat pintu lift terbuka. Didalam lift itu ternyata tak berisi, tak ada orang didalamnya. Begitu ia melangkah memasuki ruangan berbentuk segi empat tersebut, Haera merasakan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Keringat bercucuran sebesar biji semangka berasal dari keningnya. Ia memiliki kenangan buruk mengenai lift semasa kecilnya.
Setengah mati Haera berusaha tetap
kelihatan tenang dan melawan rasa takutnya akan lift. Menaiki lift bukan hal
yang tabu bagi Haera, tapi berbeda untuk kali ini. Ia tidak pernah menaiki lift
seorang diri sebelumnya.
Perlahan pintu lift tertutup.
Jemarinya mencekal erat tas tangan yang dibawanya. Berkali-kali ia menatap
layar hitam diatas pintu lift yang terdapat angka-angka merah yang selalu
berubah sesuai dengan tingkat gedung tempat lift itu bergerak. Dari angka 7
telah berubah menjadi 4. Tinggal menanti tiga lantai dilewati lift ini, ia akan
berhasil mengalahkan trauma masa kecilnya. Angka 4 telah berubah menjadi 3.
Hembusan nafas lega sedikit dikeluarkan oleh Haera. Ia merasa, ia akan berhasil
melalui ketakutannya. Ia maju satu langkah semakin mendekat kearah pintu. Tapi
tepat saat itu juga, Haera merasakan semuanya gelap. Ia tak mendapati cahaya
sedikit saja disekitarnya. Kepalanya menoleh kesamping kanan-kiri. Ia sendirian,
ditempat yang paling ditakutinya.
“Chogiyo..” Teriaknya panik dari
dalam. Ia teringat akan satu benda. Ia merogoh dengan tak sabar tas tangannya.
Tapi tak ditemukan ponselnya dalam tas. Rasa paniknya semakin menjadi, setelah
ia ingat, ponselnya tadi ia letakkan diatas westafle toilet seusai menerima
panggilan dari Eomma-nya dan ia lupa mengambilnya.
“Chogiyo...” Teriaknya lagi dengan
panik seraya menggedor-gedor pintu lift.
Dalam kurun waktu, kurang dari setengah jam, Haera telah terkulai lemas dipojokan lift. Nafasnya sudah tak beraturan lagi. Ia kesulitan bernafas. Dadanya mengembang kempis memasok oksigen yang mungkin telah habis diruangan sempit itu. Tubuhnya tak berenergi, ia tak mampu berteriak lagi. Mungkin untuk berbicara saja akan terasa sulit baginya. Kelopak matanya semakin lama, mendesak untuk dirapatkan. Tapi ia berusaha untuk tetap menjaga kesadaran dirinya, berharap akan ada orang yang menolongnya keluar dari tempat tersebut. Meski ia tak yakin akan hal itu.
Keringat bulat-bulat membanjiri setiap
inchi ditubuhnya. Jemari Haera menggenggam kuat-kuat ujung kemeja putih yang
dipakainya, saat merasakan tak ada lagi oksigen yang bisa dihirupnya. Tubuhnya
semakin merosot dilantai lift, bersamaan dengan itu, dua bulir cairan hangat
menetes dari kedua sudut mata Haera.
“Eomma...” Lirihnya dengan volume yang amat
sangat minim.
“Jong Hyun-ah..” Ucap Haera lagi.
“Maafkan Eomma..” Lanjutnya.
Seusai berhasil mengucapkan
serentetan kalimat itu dengan susah payah. Manik hitamnya sudah tak terlihat
lagi, perlahan kelopak mata Haera bergerak menutup belahan mata. Meski
sayup-sayup terdengar suara seseorang memanggil namanya, ia sudah tak mampu
bereaksi lagi. Hingga mata indah itu dengan rapat telah menutup sempurna.
***
“Eomma.. Appa...” Teriak Haera pada dua
orang yang berpakaian putih-putih didepannya. Haera memandang kedua orang itu
dengan raut ekspresi bahagia. Sama halnya, dengan kedua orang paruh baya itu.
Mereka tersenyum pada Haera. Namun sedetik kemudian dua orang disana
membalikkan tubuh dan mulai melangkah, menciptakan jarak yang semakin jauh
diantara mereka.
“Eomma.. Appa..” Panggil Haera lagi.
Tapi kedua orang itu masih terus mengayunkan kaki menjauhi Haera. Haera berlari
dengan cepat, mencoba mendekat pada mereka. Tapi usaha Haera tak sedikit pun
berpengaruh dapat meninimalisirkan jarak diantara mereka. Lalu Haera menyerah,
ia berhenti lalu melontarkan sebuah pertanyaan.
“Kenapa Eomma dan Appa berusaha ingin
meninggalkanku?” Setelah pertanyaan itu terlontar dari bibir Haera, baru kedua
orang disana menahan langkah mereka dan berbalik dan tersenyum pada yeoja
cantik yang memanggil mereka Appa dan Eomma.
“Tempatmu bukan disini. Kembalilah..”
Haera termangu ditempat. Kedua orang itu melanjutkan kembali langkahnya. Haera
hanya dapat memandangi punggung kedua orang itu, yang semakin lama menghilang
dari jarak pandangnya.
“Eomma.. Appa..” Resah Haera disela tidurnya. Mulutnya terus bergumam walau kedua matanya memang tertutup.
“Direktur.. Direktur.. Kau sudah
sadar?” Mata Haera terbuka dengan perlahan. Hye Sung, yeoja muda itu menjadi
objek pertama yang dilihat Haera. Hye Sung tersenyum lega.
“Syukurlah kau sudah sadar, Direktur.”
Hye Sung membantu Haera menegakkan tubuhnya dan duduk diatas tempat tidur. Lalu
menyodorkan segelas air putih untuk Haera minum.
“Aku takut sekali saat mendengar kau
terjebak didalam lift tadi. Aku kesulitan bernafas, saat melihat keadaanmu. Aku
takut, sesuatu yang buruk terjadi pada Direktur. Apa yang harus kukatakan nanti
pada Presdir Hwang?” Sungut Hye Sung hampir menangis.
“Aku tak apa-apa. Siapa yang
menolongku?”
“Presdir Cho. Dia yang menolong
Direktur tadi.”
“Entah kenapa, dia sangat panik saat dia
tau kau terjebak didalam lift,” Haera merasa wajahnya tersiram air panas. Haera
mematung dan pandangannya kosong menatap lantai putih rumah sakit.
“Direktur. Waeyo?”
Haera menggeleng cepat. “Aniyo.”
“Sejak tadi siang kau belum makan.
Apa ada yang ingin Direktur makan?”
“....”
“Direktur.” Tegur Hye Sung.
“Ndeh?”
“Direktur ingin makan apa?”
“Terserah saja,” Sahut Haera asal.
Kyuhyun POV
Aku menggerakkan kepala kearah sumber
decitan pintu. Pintu putih itu terbuka. Sosok Song Hye Sung muncul dari dalam
ruangan. Tangannya bergerak, kembali merapatkan pintu setelah membawa keluar
tubuhnya.
“Apa dia sudah sadar?”
“Neh.. Direktur baru sadar barusan.
Permisi Presdir aku ingin membelikan makanan untuknya,” Jelasnya dan berlalu
dari hadapanku. Aku bangkit dari kursi yang kududuki dan berjalan menuju pintu.
Tangan ini ragu ketika memegang kenop pintu. Aku menarik nafas dan
menghembuskannya perlahan. Dan mulai membuka pintu, menerobos masuk. Ia melirik
ke arahku, tepat saat itu pandangan kami beradu. Tapi tak sampai beberapa
detik, ia telah melengos menghindari tatapanku. Aku meneruskan langkah
mendekatinya. Ia merubah posisi membelakangiku.
“Kau tak apa-apa?”
“Ye.” Balasnya singkat.
“Gomawo. Lain kali, kau tak perlu
melakukan hal seperti itu lagi,” Lanjutnya dengan intonasi dingin.
Hatiku terasa diiris-iris menjadi
beberapa potongan menggunakan pisau yang sangat menusuk. Orang yang kucintai,
ia sama sekali tak mengharapkan bantuanku. Melalui bibirnya langsung, ia
berucap melarangku menolongnya. Apa aku harus diam saja melihat dirinya
berperang melawan maut? Melihatnya terluka? Apa aku sanggup melakukan itu?
Tidak. Jawabannya tidak. Aku tak bisa dan tak akan pernah bisa. Meski mungkin
rasa benci itu pasti akan selalu ada untukku, tapi selama aku masih dapat
menghembuskan nafas, selama itu pula aku akan selalu berusaha melindungimu. Aku
tak akan pernah membiarkan kau terluka sekecil apapun itu. Karena kaulah poros
dihidupku.
***
“Kyu..” Aku menoleh. Seketika lampu diruangan dapur ini menyala menjadi terang benderang. Eomma datang menghampiriku di dapur. Aku menenggak botol air mineral yang kudapat dari dalam kulkas hampir setengahnya.
“Kau baru pulang?” Aku membalas
pertanyaan Eomma dengan sebuah deheman.
“Cepat naik keatas dan istirahatlah,”
Aku meletakkan botol tersebut didalam kulkas kembali. Dan berniat akan
meninggalkan dapur. Tapi langkahku terhenti. Aku menoleh kearah Eomma yang
sedang membuat susu. Kakiku berputar, begitu juga dengan tubuh ini. Kaki ini
mengayun, menciptakan langkah menghampiri dan memeluk Eomma dari belakang. Aku
mendekap tubuh Eomma dengan erat.
“Ada apa? Kau terlihat aneh sekali,”
Tangan Eomma telah berpindah dari gelas susu tersebut untuk mengelus rambutku dengan
lembut.
“Eomma, apa kesalahanku sudah tak
bisa dimaafkan lagi? Apa aku memang pantas untuk dibenci,” Eomma terpaku
sesaat.
“Apa yang sebenarnya kau bicarakan?
Heum?”
“Aniyo,” Sanggahku. Aku melepaskan
pelukan dari tubuh Eomma. Dan berlalu menuju kamarku.
“Ku kira dia mau memaafkanku, setelah
ia mengetahui keadaanku selama ini. Ternyata tidak. Itu sama sekali tak
mengurangi rasa bencinya padaku,” Ucapku pada diriku sendiri. Aku memejamkan mata, mengenyahkan rasa kantuk
ditubuh ini.
Author POV
Flashback.
“Anneyong Haseyo Presdir. Apa yang
bisa kubantu?” Sapa seorang pelayan Restaurant kepada putra dari pemilik Restaurant
mewah ini.
“Tolong bawakan semua makanan spesial
di Restaurant ini,” Titah Kyuhyun.
“Ah ye.. Presdir,” Pelayan yeoja itu
segera berlalu dan membuatkan apa yang diminta Cho Kyuhyun.
10 menit berlalu sejak Haera
memisahkan diri dari rombongan pegawai. Ditempat duduk, Hye Sung nampak sibuk
dengan telepon genggam miliknya. Berkali-kali ia mendesah frustasi. Ia sudah
berulang kali mencoba menghubungi Direktur Taehan Group —Haera— namun tak
satupun panggilannya dijawab Haera. Dan itu berhasil membuat Hye Sung menjadi
panik.
“Hye Sung-shi waeyo? Kau terlihat
sedang panik,”
“Oh..” Hye Sung melenguh sebelum
menjawab pertanyaan Park Tae Hyun.
“Aku sedang menghubungi Direktur.
Tapi tak djawab. Perasaanku tidak enak telah membiarkannya sendirian dilantai
atas. Semoga ia tak sendirian saat menaiki lift,”
“Memangnya kenapa?”
“Dia trauma dengan lift. Dia tidak
pernah menaiki lift sendirian,” Kyuhyun, mahkluk tampan disebelah Tae Hyun
memamerkan ekpresi kaget akan pernyataan Hye Sung.
“Aku ingin menyusul Direktur.
Permisi,” Ujar Hye Sung.
Hye Sung mendekat pada lift tak jauh dari pintu utama. Tapi dilihatnya lift itu mati. Hye Sung bertanya pada seorang petugas kebersihan yang kebetulan lewat didepannya.
“Ahjusshi.. Boleh aku bertanya? Mengapa
lift ini tidak jalan?”
“Bukan tidak jalan, hanya saja
tiba-tiba listrik mati,”
“Nde?!”
Hye Sung tersentak kaget. Pikirannya
hanya mengarah pada Haera. Buru-buru Hye Sung berlari mencari tangga darurat
menuju lantai 7. Tempat tadi ia berpisah dengan Haera. Ponsel tetap setia
diarahkan ke telinganya. Ia berlari sambil terus menghubungi Haera. Nafasnya
mulai tak beraturan. Ia menaiki setiap anak tangga dengan tak sabar. Hingga ia tiba
dilantai 7. Nafasnya memburu hebat. Segera ia berlari ke toilet dan masuk
kedalam. Yang ditemuinya hanyalah sebuah ponsel yang sangat ia kenali. Kalang
kabut, Hye Sung memeriksa semua bilik toilet satu per satu. Tapi tak ditemuinya
juga Haera. Lift. Satu-satunya sasaran Hye Sung tertuju pada lift. Ia sudah hampir akan menangis. Ia
kembali berlari menuruni anak tangga ke lantai dasar. Meminta bantuan dari
putra pemilik gedung. Cho Kyuhyun.
“Hye Sung-shi ada apa?” Nafas Hye
Sung memburu 2 kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya.
“Presdir Cho tolong. Direktur kami,
sepertinya terjebak didalam lift,” Tubuh Kyuhyun seolah bergerak dengan
sendirinya. Tanpa diperintah, tubuhnya segera bangun dari posisi duduk hingga
kursi yang didudukinya terdorong dengan kasar. Tanpa aba-aba, ia bergegas pergi
untuk menolong orang yang sangat dicintainya. Semua orang disana menatap heran
pada Presdir Cho Corp tersebut.
Kyuhyun buru-buru menghubungi petugas
teknisi lift. Tak ada yang dilakukannya sebelum kedatangan para petugas itu.
Sementara Tae Hyun bersama dengan petugas listrik memeriksa keadaan listrik
yang tiba-tiba mati.
Setelah kedatangan orang-orang yang
dinanti Kyuhyun. Bersama para teknisi itu, Kyuhyun ikut ambil alih. Mereka
berusaha membobol bagian lift sebab hanya itu satu - satunya cara yang dapat
mereka lakukan untuk mengeluarkan orang didalam sana. Dibantu oleh penerangan
seadaanya, para teknisi itu berhasil menjebol bagian lift.
“Yoon Haera,” Teriak Kyuhyun. Kyuhyun
memaksa untuk ikut masuk kedalam lift. Para pekerja itu tak dapat menolak,
Kyuhyun turun kedalam lift. Seorang yeoja terkulai tak sadarkan dilihatnya
melalui cahaya senter. Kyuhyun menatap nanar yeoja yang dicintainya tengah tak
sadarkan diri. Ia merengkuh tubuh Haera kedalam pelukannya. Dengan sangat erat,
Kyuhyun mendekapnya. Dan membawa tubuh yeoja itu keluar dari sana.
Flashback End.
TBC..
3 komentar:
ahhh tor buruan bikin kyu sama haera baikan dong.. kasian bgt merekaa.. dan itu pasti ulahnya ji eun kan ? iishhhh
keren bgt cerita'y
saking semangat bacanya sampek gk nyadar udah TBC aja, lanjut thor......
Posting Komentar