I Got Your Back Part 7



Author                                      : Chindy Agryesti.

Facebook                                 : Chindy Agryyesti Horvejkul

Twitter                                      : @Chindy404

Blog                                          : http://chindyhvk.blogspot.com/

Cast                                          :
  • Cho Kyuhyun
  •    Yoon Haera


Genre                                      : AU!, Romance.

 Rating                                     : PG15

Length                                     : Chapter



Aku pergi karena aku mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.

–Yoon Haera –


Saat kau telah pergi dari hidupku, baru kumengerti apa itu cinta.

—Cho Kyuhyun—


Cinta sejati tak akan terpisah karena jarak, tak akan berubah karena waktu, dan tak akan hilang hanya karena amarah.

—I Got Your Back part 7—


Begin :



Author POV

Dari dalam mobil, mata Song Ji Eun memicing tajam menanggapi satu pemandangan tersaji yang berhasil menyulut emosinya. Meski dari kejauhan, ia yakin tak ada yang salah dengan penglihatannya. Yoon Haera, yeoja itu lengkap dengan pakaian kantor, memasuki gedung tempat dimana Cho Kyuhyun bekerja. Itulah pemandangan yang telah sukses menyulut emosinya seketika. Padahal sebenarnya, hal yang dipikirkan Song Ji Eun sangat berlawanan dengan yang sesungguhnya. Haera menginjakkan kakinya di Cho Corp bukan sekedar untuk bersantai, atau hanya bermain-main. Sebab yang sebenarnya, Haera berada disana untuk menyelesaikan rapat yang sempat tertunda kemarin. Tapi hal itu berlainan dengan pemikiran yeoja didalam mobil sana. 

“Ternyata kau tidak mengerti juga Haera-shi. Lihat dan tunggu apa yang kemudian akan terjadi pada hidupmu selanjutnya,”


***


Haera mendapat tugas perjalanan untuk memantau bagaimana keadaan lokasi yang akan dijadikan lahan baru bagi perusahaan. Ia telah ditunjuk sendiri oleh Presdir Taehan Group – Nyonya Hwang— untuk turun tangan langsung dalam proyek kerja sama dengan Cho Corp ini. Hal itu juga terjadi pada Cho Kyuhyun. Kyuhyun selaku Presdir Cho Corp akan turun tangan ke lapangan untuk proyek besar satu ini.
Yang itu berarti, membuat kedua manusia itu akan melakukan perjalanan bersama meski dalam status pekerjaan. Tapi setidaknya itu dapat membuat intensitas pertemuan mereka menjadi lebih banyak lagi.
Haera kesulitan ketika akan memasukkan kopernya kedalam bus, melewati pintu bus yang lebarnya tak seberapa. Setengah mati ia berusaha mendorong semampunya untuk membuat koper miliknya masuk. Namun tak segampang itu. Hingga sebuah tangan kekar mencekal koper miliknya dan mengangkat melewati pintu bus yang menjadi masalah bagi Haera. Ia termangu didepan pintu bus, menyadari siapa orang yang menolongnya barusan. “Direktur..” Seruan Hye Sung, sekertarisnya dari jendela bus membuyarkan semua yang hinggap diotaknya. Haera mulai melangkah melewati tangga bus. Didalam bus. Ketika Haera telah menaiki bus ia tidak melihat bangku kosong, semuanya terisi penuh oleh pegawai dan barang-barang yang mereka bawa. Hanya ada satu tempat duduk yang tersedia di samping Cho Kyuhyun dikursi urutan paling depan. Menghiraukan masalah pribadi mereka, Haera mengalah dan duduk bersebelahan dengan Kyuhyun. Perasaan ragu sekaligus bimbang menghampiri dirinya. Mati-matian ia menghindari diri dari manusia bernama Cho Kyuhyun. Tapi saat genting seperti ini. Apa harus perasaan pribadi turut bercampur.





Kyuhyun POV

Ia sudah menaiki bus, setelah melihat keadaan bus ia menjadi seperti orang ling-lung yang mencari sesuatu namun tak didapatinya. Ia berjalan ragu kearah kursi kosong disebelahku dan kami duduk bersebelahan. 

Perjalanan menuju lokasi proyek tidak terlalu macet, dengan begitu dapat memperlancar perjalanan bus besar yang akan menuju kota Namwoon ini. Dimana disanalah letak proyek yang harus aku tangani. 
Tiba-tiba kurasakan sesuatu ada yang menimpa dibahuku. Kepalaku bergerak kesamping melihat apa yang ada dibahuku. Dengan kelopak mata tertutup, ia memposisikan kepalanya bersandar pada bahuku. Aku tersenyum. Ia tertidur dengan wajah begitu damai dan tenang. Entah dari mana asalnya keberanianku muncul. Perlahan tanganku bergerak menyentuh jemarinya. 

Bus telah berhenti. Segera satu per satu orang telah menuruni bus. Termasuk aku. Ia sudah lebih dulu terbangun sebelum bus tiba ditujuan. Ekspresi terkejut langsung kudapati diwajahnya, tatkala ia menyadari bahwa jarak diantara kami begitu dekat sebab ia mungkin belum sadar bahwa kepalanya tengah bersandar dibahuku. Tak sampai detik kedua, ia buru-buru menegakkan kembali kepalanya. Dan saat itu, aku melihat ekpresi terkejut bercampur dengan rasa gugupnya.


“Anneyong haseyo. Selamat datang Presdir,” Seseorang berumur sekitar 40 tahun-an datang mendekat menuju rombongan kami lalu menyambutku dengan ramah.

“Ye. Anneyong Haseyo.”

“Kau pasti Presdir Cho Corp , geuchi? Choi Ji Hyuk imnida. Penanggung jawab atas proyek disini,”

“Ah ye.. Cho Kyuhyun imnida. Dan ini beberapa perwakilan dari Taehan Group.” Lantas namja bermarga Choi tersebut menyapa orang-orang dari Taehan Group dan saling berkenalan dengan mereka, sebelum akhirnya lanjut berbicara lagi padaku.

“Aku sedikit terkejut saat Tuan Cho mengabariku bahwa kau sendiri yang akan turun tangan untuk proyek ini. Aku tak menyangka akan bertemu langsung dengan Presdir Cho Corp yang sangat popular sepertimu. Berarti tak asal bicara orang-orang yang pernah membicarakanmu. Selain kau pekerja keras, kau juga sangat tampan,” Ujar orang itu. Tercipta sebuah senyum diwajahku.

“Kau berlebihan tuan Choi,”

 “Kau pasti ingin melihat-lihat disekitar sini bukan? Mari kuantar,”





Haera POV

Aku berjalan berdampingan dengan namja bernama Tuan Choi Ji Hyuk disebelahku dan juga dengan orang itu. Kami berjalan memutari lahan proyek yang saat ini sedang dilakukan proses pembangunan. Ia berjalan seraya menjelaskan bagian-bagian dari denah gambar yang ia tunjukkan pada kami –Aku dan orang itu—. Kami terus berjalan menghampiri setiap sudut lahan meski masih dalam proses pembangunan. Tapi memang itulah tugas utama kami dikirimkan kesini, untuk secara langsung melihat dan mengawasi proses pengerjaan proyek ini. Yang harus menahanku selama 2 hari dikota Namwoon ini.


Salah seorang pekerja memanggil Tuan Choi dengan begitu mendesak. Membuat kami bertiga –Aku, Tuan Choi dan orang itu— menoleh. Sang pekerja itu dengan cepat menyebutkan perihal yang berhasil membuatku ikut penasaran dengan ekpresi genting yang ia tunjukkan. “Bangunan disebelah kanan sana runtuh akibat hujan badai tadi malam dan salah seorang pekerja ada yang terluka akibat runtuhan itu,” Lapornya. Tanpa aba-aba lagi, aku mengikuti langkah tuan Choi dari belakang, ke tempat dimana yang tadi disebutkan pekerja itu. 

Tembok yang tadi kulihat masih berdiri kokoh, telah berubah menjadi reruntuhan batuan. Diatas runtuhan tersebut terdapat sebercak darah segar. Yang kuyakini milik pekerja bangunan yang tertimpa runtuhan ini. Mendadak, perutku merasa mual mencium bau anyir darah yang masuk ke indera penciumanku. Rasa mual itu lama-kelamaan menjalar disekujur tubuh menjadi rasa pusing dikepalaku. Semua terasa sedang berputar-putar disekelilingku. Aku mendengar satu seruan meneriaki namaku tapi tak sedikit pun aku mengerti maksud akan teriakan itu. Sampai akhirnya, secara tiba-tiba tubuhku didorong oleh seseorang dan jatuh tersungkur lumayan jauh dari asal tempatku tadi berdiri. Sedetik selanjutnya, runtuhan bangunan berangsur-angsur jatuh dari atas. Aku sadar, alasan mengapa aku didorong menjauh dari tempatku tadi. Ternyata untuk alasan ini, orang itu mendorongku hingga terjatuh. Mungkin saja aku akan bernasib sama seperti pekerja bangunan yang terluka itu. 

Aku menoleh. Mendapati orang yang menolongku, juga tersungkur diatas tanah. 

“Kenapa harus dia?” Satu pertanyaan itu mengisi kekosongan pikiranku setelah mengetahui dia yang ternyata telah menyelamatkanku –lagi—.

“Kalian tak apa-apa? Presdir? Haera-shi?” Tanya Tuan Choi dengan nada panik. “Gwaenchana,” Balasku singkat. Dibantu oleh Hye Sung, aku bangkit berdiri. 




Author POV

“Presdir Gwaenchana?” Park Tae Hyun selaku Assistant Kyuhyun nampak panik setelah melihat Cho Kyuhyun terjatuh ketika menolong Direktur Taehan Group, Haera.

“Eum.. Gwaenchana,” Balas singkat namja tampan tersebut.

“Lebih baik sekarang kalian beristirahat saja dulu. Akan lebih bahaya lagi jika kalian terus disini,” Tutur Choi Ji Hyuk yang langsung dibenarkan oleh para manusia disana. Semua orang kembali menaiki bus guna melanjutkan perjalanan menuju tempat penginapan.

Jarak antara penginapan dan lokasi proyek tak seberapa jauh. Dengan hanya memakan waktu sekitar 10 menit untuk tiba ditempat penginapan.

“Direktur, benarkah kau tak apa-apa? Kau menjadi pucat sejak insiden tadi,” Hye Sung sekali lagi menanyakan keadaaan Haera yang sejak tadi, ia perhatikan telah terjadi perubahan pada diri Direktur-nya.

“Jinjja. Gwaenchana,” Balas Haera singkat sebelum kembali terdiam.

“Sepertinya kita sudah sampai. Kajja kita turun Direktur,” Ajak Hye Sung.


***


“Eoh? Jam segini mengapa cucu Halmeoni yang tampan ini belum tidur?” Jong Hyun melangkah kecil menghampiri Halmeoni-nya yang sedang menonton televisi diruang tengah. Nyonya Hwang mengangkat tubuh kecil Jong Hyun duduk dipangkuannya. Dan memeluk cucunya itu dari belakang.

“Eomma. Jong Hyun merindukan Eomma. Kenapa Eomma belum juga pulang?” Tanya Jong Hyun polos.

“Malam ini Eomma tidak bisa pulang. Eomma sedang ada pekerjaan diluar kota.”

“Kenapa Eomma tidak mengajak Jong Hyun?” Menanggapi ucapan polos cucunya, yeoja setengah baya itu tersenyum.

“Eomma sedang bekerja disana, jadi tidak bisa mengajak Jong Hyun,” Jelas Nyonya Hwang.

“Tapi Jong Hyun ingin ikut. Jong Hyun merindukan Eomma,” Rengeknya.

“Yasudah bagaimana kalau sekarang kita menelpon Eomma-mu. Tapi setelah itu, Jong Hyun harus tidur supaya bisa cepat bertemu dengan Eomma besok,” Jong Hyun mengangguk cepat.

Nyonya Hwang meraih ponsel diatas nakas disebelah sofa yang didudukinya. Tangannya bergerak diatas ponsel lalu menempatkan benda persegi panjang itu disalah satu telinganya. Sementara dilain sisi. Haera terus berusaha memejamkan matanya, meski sebenarnya tidak sedikitpun ia merasa mengantuk. Suasana sunyi menemaninya dikamar seorang diri. Semua orang mungkin telah terlelap kealam mimpi, ia pun ingin melakukan demikian tapi matanya terlalu sulit untuk bisa diajak berkompromi. 

Ponsel milik Haera berdering. Ia bergerak meraih benda bernama ponsel ditempat tidur.

“Yeobseyo..”

“Haera-ya kau belum tidur?” Terdengar suara lembut Nyonya Hwang dari ujung ponselnya.

“Belum. Ada apa Eomma?”

 “Jong Hyun dia bilang dia merindukanmu,” Merasa bosan didalam kamar sendirian, Haera memutuskan mencari udara segar diluar. Ia melangkah menuju teras penginapan dan duduk disalah satu kursi.

“Jong Hyun belum tidur?”

“Belum. Dia ingin bicara padamu,” 

“Eomma..” Suara cadel yang dirindukannya akhirnya dapat ia dengar juga.

“Chagi.. Waeyo? Kenapa jam segini kau belum tidur?”

“Eomma bogoshipeo..” Haera mengulum sebuah senyum.

“Nado..”

“Jong Hyun ingin dibacakan cerita oleh Eomma,”

“Tapi malam ini Eomma tidak bisa membacakan cerita untuk Jong Hyun. Kau bisa minta Halmeoni membacakannya untukmu. Ini sudah malam. Setelah ini, Jong Hyun harus tidur, arra? Sekarang berikan ponselnya pada Halmeoni,”

“Apa semuanya lancar-lancar saja?” Giliran suara Nyonya Hwang yang didengarnya lagi.

“Ye. Semuanya lancar.” “Baguslah kalau begitu. Ini sudah malam, beristirahatlah sana. Jaga kesehatanmu,” 

“Arrayo,” 


Pip..

Sambungan telepon telah diputuskan lebih dulu oleh Nyonya Hwang. Haera memasukkan ponsel ke dalam kantung Sweater tipis yang digenakannya. Dan termenung dalam kebisuan seraya memandangi langit malam.

“He'em.” Dengan reflek kepala Haera bergerak kearah sumber deheman itu berasal. Mengetahui siapa pemilik suara, Haera bergegas bangkit bersiap akan pergi dari sana. Tapi satu tangannya dicekal oleh seseorang.

“Kenapa kau terus menghindar dariku?”



@Cho Corp’s Office


Kyuhyun POV

“Bagaimana proses pembangunan di Namwoon? Apa lancar?” 

“Appa tenang saja. Semuanya lancar, hanya saja karena sekarang ini musim penghujan pernah ada hujan badai yang merobohkan sedikit bangunan disana,” Ungkapku.

“Lalu?”

“Appa tenang saja, Tuan Choi sudah menanganinya,”

“Lalu bagaimana para pekerja disana?”

“Mereka bekerja dengan baik. Tapi Appa, ada seorang pekerja yang terluka akibat runtuhan bangunan itu. Sepertinya sampai sekarang ia masih dalam perawatan,”

“Benarkah? Apakah parah keadaannya?”

“Bisa Appa tanyakan langsung pada tuan Choi,”

“Baiklah. Kau telah bekerja keras,” Kata Appa. 
Sesaat, ia menepuk-nepuk pelan bahuku sebelum pergi meninggalkan aku sendiri diruang kantor ku. Ia berlalu. 
Tak berselang waktu 3 detik pintu ruanganku kembali terbuka. Tanpa ada embel-embel suara ketukan pintu terlebih dulu.

“Kau..”

“Ada apa lagi kau kesini Ji Eun-ah..” Desisku.

“Aku merindukanmu. Apa tak boleh?”

“Pergilah. Aku tak punya waktu untuk meladenimu,” Selesai aku mengucapkan kalimat itu, telepon kantor dimejaku berdering.

“Yeobseyo..”

“….”

“Arraseo.” Selesai aku meletakkan kembali gagang telepon itu keasal tempatnya. Aku mengarahkan tatapan pada yeoja didepanku.

“Aku harus pergi. Kuharap kau masih tau cara bertamu yang benar,” Tegasku dan berlalu meninggalkannya. 


“Presdir,” Aku menoleh pada Tae Hyun yang memanggilku, sekeluarnya aku dari ruangan kerja.

“Dimana rapatnya?”

“Ada perubahan jadwal Presdir. Hari ini Taehan Group ingin mensurvei langsung lokasi di hotel World. Mereka sudah tiba disana.”

“Baiklah. Lagi pula sudah lama aku tidak memeriksa keadaan disana. Kaja kita kesana,” 


@Hottel World

Seorang pelayan hotel langsung bergegas membukakan pintu setelah mobil yang kunaiki telah terhenti didepan mereka.

“Anneyong Haseyo Presdir,” Ujar pelayan itu menyambutku dengan tubuh membungkuk hormat. Tak perlu aku membalas sapaan itu, aku langsung mengayunkan langkah menemui relasi bisnis Cho Corp yang mungkin sudah menunggu cukup lama.

“Anneyong Haseyo Presdir Cho,” Beberapa orang dari Taehan Group langsung menyapa kedatanganku.

“Anneyong haseyo. Kalian pasti sudah lama menungguku. Mian. Aku tak mengetahui perubahan jadwal ini,”

“Gwaenchana. Lagi pula ini kesalahan pihak kami tak memberi tahu kalian atas perubahan jadwal,”




Author POV

“Selain suami-istri, mereka juga ternyata rekan bisnis. Lucu sekali,” Ujar Song Ji Eun dengan nada merendahkan. Mata tajamnya menatap tanpa jeda pada sekumpulan orang yang tengah berjalan mengitari hotel mewah dan megah milik Cho Corp. Terutama pada salah seorang yeoja cantik yang ternyata berstatus istri sekaligus rekan bisnis Cho Kyuhyun, ia terus melemparkan tatapan kebenciannya pada Haera, padahal yeoja yang tengah ditatapnya itu tak tahu akan kehadiran dirinya.

 “Kau.. Tunggu saja..” Ia berujar seperti orang gila yang berbicara pada dirinya sendiri. 


Jam telah berada diangka 12. Waktu untuk makan siang telah tiba. Seperti yang direncakan, para sekumpulan orang dari dua perusahaan berbeda itu, berniat untuk makan siang bersama di Restaurant hotel berskala internasional tersebut.

“Kalian duluan saja, aku ingin ke toilet.” Pamit Haera, sesaat sebelum mereka menaiki lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar, tempat Restaurant itu berada.

“Apa tidak sebaiknya menggunakan toilet dilantai bawah Direktur,” Saran Hye Sung.

“Aniyo. Tak apa,” Hye Sung tak kuasa mencegah keinginan Direkturnya. Mereka semua sudah siap menaiki lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar. Saat itu, Ji Eun dibalik dinding marmer tertawa miring.

“Lihat. Bahkan dewi fortuna sedang berpihak padaku,”


Setelah keluar dari pintu toilet, Haera berjalan menuju lift yang letaknya tak jauh dari toilet. Ketika ia menekan tombol lift, mendadak tubuhnya bergetar tanpa sebab. Perasaan takut ikut hadir dalam dirinya, terlebih lagi saat pintu lift terbuka. Didalam lift itu ternyata tak berisi, tak ada orang didalamnya. Begitu ia melangkah memasuki ruangan berbentuk segi empat tersebut, Haera merasakan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Keringat bercucuran sebesar biji semangka berasal dari keningnya. Ia memiliki kenangan buruk mengenai lift semasa kecilnya.

Setengah mati Haera berusaha tetap kelihatan tenang dan melawan rasa takutnya akan lift. Menaiki lift bukan hal yang tabu bagi Haera, tapi berbeda untuk kali ini. Ia tidak pernah menaiki lift seorang diri sebelumnya. 
Perlahan pintu lift tertutup. Jemarinya mencekal erat tas tangan yang dibawanya. Berkali-kali ia menatap layar hitam diatas pintu lift yang terdapat angka-angka merah yang selalu berubah sesuai dengan tingkat gedung tempat lift itu bergerak. Dari angka 7 telah berubah menjadi 4. Tinggal menanti tiga lantai dilewati lift ini, ia akan berhasil mengalahkan trauma masa kecilnya. Angka 4 telah berubah menjadi 3. Hembusan nafas lega sedikit dikeluarkan oleh Haera. Ia merasa, ia akan berhasil melalui ketakutannya. Ia maju satu langkah semakin mendekat kearah pintu. Tapi tepat saat itu juga, Haera merasakan semuanya gelap. Ia tak mendapati cahaya sedikit saja disekitarnya. Kepalanya menoleh kesamping kanan-kiri. Ia sendirian, ditempat yang paling ditakutinya.

“Chogiyo..” Teriaknya panik dari dalam. Ia teringat akan satu benda. Ia merogoh dengan tak sabar tas tangannya. Tapi tak ditemukan ponselnya dalam tas. Rasa paniknya semakin menjadi, setelah ia ingat, ponselnya tadi ia letakkan diatas westafle toilet seusai menerima panggilan dari Eomma-nya dan ia lupa mengambilnya.

“Chogiyo...” Teriaknya lagi dengan panik seraya menggedor-gedor pintu lift.


Dalam kurun waktu, kurang dari setengah jam, Haera telah terkulai lemas dipojokan lift. Nafasnya sudah tak beraturan lagi. Ia kesulitan bernafas. Dadanya mengembang kempis memasok oksigen yang mungkin telah habis diruangan sempit itu. Tubuhnya tak berenergi, ia tak mampu berteriak lagi. Mungkin untuk berbicara saja akan terasa sulit baginya. Kelopak matanya semakin lama, mendesak untuk dirapatkan. Tapi ia berusaha untuk tetap menjaga kesadaran dirinya, berharap akan ada orang yang menolongnya keluar dari tempat tersebut. Meski ia tak yakin akan hal itu. 
Keringat bulat-bulat membanjiri setiap inchi ditubuhnya. Jemari Haera menggenggam kuat-kuat ujung kemeja putih yang dipakainya, saat merasakan tak ada lagi oksigen yang bisa dihirupnya. Tubuhnya semakin merosot dilantai lift, bersamaan dengan itu, dua bulir cairan hangat menetes dari kedua sudut mata Haera.

 “Eomma...” Lirihnya dengan volume yang amat sangat minim.

“Jong Hyun-ah..” Ucap Haera lagi.

“Maafkan Eomma..” Lanjutnya. 

Seusai berhasil mengucapkan serentetan kalimat itu dengan susah payah. Manik hitamnya sudah tak terlihat lagi, perlahan kelopak mata Haera bergerak menutup belahan mata. Meski sayup-sayup terdengar suara seseorang memanggil namanya, ia sudah tak mampu bereaksi lagi. Hingga mata indah itu dengan rapat telah menutup sempurna.

***

“Eomma.. Appa...” Teriak Haera pada dua orang yang berpakaian putih-putih didepannya. Haera memandang kedua orang itu dengan raut ekspresi bahagia. Sama halnya, dengan kedua orang paruh baya itu. Mereka tersenyum pada Haera. Namun sedetik kemudian dua orang disana membalikkan tubuh dan mulai melangkah, menciptakan jarak yang semakin jauh diantara mereka.

“Eomma.. Appa..” Panggil Haera lagi. Tapi kedua orang itu masih terus mengayunkan kaki menjauhi Haera. Haera berlari dengan cepat, mencoba mendekat pada mereka. Tapi usaha Haera tak sedikit pun berpengaruh dapat meninimalisirkan jarak diantara mereka. Lalu Haera menyerah, ia berhenti lalu melontarkan sebuah pertanyaan.

“Kenapa Eomma dan Appa berusaha ingin meninggalkanku?” Setelah pertanyaan itu terlontar dari bibir Haera, baru kedua orang disana menahan langkah mereka dan berbalik dan tersenyum pada yeoja cantik yang memanggil mereka Appa dan Eomma. 

“Tempatmu bukan disini. Kembalilah..” Haera termangu ditempat. Kedua orang itu melanjutkan kembali langkahnya. Haera hanya dapat memandangi punggung kedua orang itu, yang semakin lama menghilang dari jarak pandangnya.


“Eomma.. Appa..” Resah Haera disela tidurnya. Mulutnya terus bergumam walau kedua matanya memang tertutup. 

“Direktur.. Direktur.. Kau sudah sadar?” Mata Haera terbuka dengan perlahan. Hye Sung, yeoja muda itu menjadi objek pertama yang dilihat Haera. Hye Sung tersenyum lega.

“Syukurlah kau sudah sadar, Direktur.” Hye Sung membantu Haera menegakkan tubuhnya dan duduk diatas tempat tidur. Lalu menyodorkan segelas air putih untuk Haera minum.

“Aku takut sekali saat mendengar kau terjebak didalam lift tadi. Aku kesulitan bernafas, saat melihat keadaanmu. Aku takut, sesuatu yang buruk terjadi pada Direktur. Apa yang harus kukatakan nanti pada Presdir Hwang?” Sungut Hye Sung hampir menangis.

“Aku tak apa-apa. Siapa yang menolongku?” 

“Presdir Cho. Dia yang menolong Direktur tadi.”

“Entah kenapa, dia sangat panik saat dia tau kau terjebak didalam lift,” Haera merasa wajahnya tersiram air panas. Haera mematung dan pandangannya kosong menatap lantai putih rumah sakit.

“Direktur. Waeyo?”

Haera menggeleng cepat. “Aniyo.”

“Sejak tadi siang kau belum makan. Apa ada yang ingin Direktur makan?”

“....”

“Direktur.” Tegur Hye Sung.

“Ndeh?”

“Direktur ingin makan apa?”

“Terserah saja,” Sahut Haera asal. 




Kyuhyun POV

Aku menggerakkan kepala kearah sumber decitan pintu. Pintu putih itu terbuka. Sosok Song Hye Sung muncul dari dalam ruangan. Tangannya bergerak, kembali merapatkan pintu setelah membawa keluar tubuhnya.

“Apa dia sudah sadar?” 

“Neh.. Direktur baru sadar barusan. Permisi Presdir aku ingin membelikan makanan untuknya,” Jelasnya dan berlalu dari hadapanku. Aku bangkit dari kursi yang kududuki dan berjalan menuju pintu. Tangan ini ragu ketika memegang kenop pintu. Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Dan mulai membuka pintu, menerobos masuk. Ia melirik ke arahku, tepat saat itu pandangan kami beradu. Tapi tak sampai beberapa detik, ia telah melengos menghindari tatapanku. Aku meneruskan langkah mendekatinya. Ia merubah posisi membelakangiku.

“Kau tak apa-apa?” 

“Ye.” Balasnya singkat.

“Gomawo. Lain kali, kau tak perlu melakukan hal seperti itu lagi,” Lanjutnya dengan intonasi dingin. 

Hatiku terasa diiris-iris menjadi beberapa potongan menggunakan pisau yang sangat menusuk. Orang yang kucintai, ia sama sekali tak mengharapkan bantuanku. Melalui bibirnya langsung, ia berucap melarangku menolongnya. Apa aku harus diam saja melihat dirinya berperang melawan maut? Melihatnya terluka? Apa aku sanggup melakukan itu? Tidak. Jawabannya tidak. Aku tak bisa dan tak akan pernah bisa. Meski mungkin rasa benci itu pasti akan selalu ada untukku, tapi selama aku masih dapat menghembuskan nafas, selama itu pula aku akan selalu berusaha melindungimu. Aku tak akan pernah membiarkan kau terluka sekecil apapun itu. Karena kaulah poros dihidupku. 


***


“Kyu..” Aku menoleh. Seketika lampu diruangan dapur ini menyala menjadi terang benderang. Eomma datang menghampiriku di dapur. Aku menenggak botol air mineral yang kudapat dari dalam kulkas hampir setengahnya.

“Kau baru pulang?” Aku membalas pertanyaan Eomma dengan sebuah deheman.

“Cepat naik keatas dan istirahatlah,” Aku meletakkan botol tersebut didalam kulkas kembali. Dan berniat akan meninggalkan dapur. Tapi langkahku terhenti. Aku menoleh kearah Eomma yang sedang membuat susu. Kakiku berputar, begitu juga dengan tubuh ini. Kaki ini mengayun, menciptakan langkah menghampiri dan memeluk Eomma dari belakang. Aku mendekap tubuh Eomma dengan erat.

“Ada apa? Kau terlihat aneh sekali,” Tangan Eomma telah berpindah dari gelas susu tersebut untuk mengelus rambutku dengan lembut.

“Eomma, apa kesalahanku sudah tak bisa dimaafkan lagi? Apa aku memang pantas untuk dibenci,” Eomma terpaku sesaat.

“Apa yang sebenarnya kau bicarakan? Heum?”

“Aniyo,” Sanggahku. Aku melepaskan pelukan dari tubuh Eomma. Dan berlalu menuju kamarku.


“Ku kira dia mau memaafkanku, setelah ia mengetahui keadaanku selama ini. Ternyata tidak. Itu sama sekali tak mengurangi rasa bencinya padaku,” Ucapku pada diriku sendiri. Aku memejamkan mata, mengenyahkan rasa kantuk ditubuh ini.




Author POV

Flashback.

“Anneyong Haseyo Presdir. Apa yang bisa kubantu?” Sapa seorang pelayan Restaurant kepada putra dari pemilik Restaurant mewah ini.

“Tolong bawakan semua makanan spesial di Restaurant ini,” Titah Kyuhyun.

“Ah ye.. Presdir,” Pelayan yeoja itu segera berlalu dan membuatkan apa yang diminta Cho Kyuhyun.


10 menit berlalu sejak Haera memisahkan diri dari rombongan pegawai. Ditempat duduk, Hye Sung nampak sibuk dengan telepon genggam miliknya. Berkali-kali ia mendesah frustasi. Ia sudah berulang kali mencoba menghubungi Direktur Taehan Group —Haera— namun tak satupun panggilannya dijawab Haera. Dan itu berhasil membuat Hye Sung menjadi panik.

“Hye Sung-shi waeyo? Kau terlihat sedang panik,”

“Oh..” Hye Sung melenguh sebelum menjawab pertanyaan Park Tae Hyun.

“Aku sedang menghubungi Direktur. Tapi tak djawab. Perasaanku tidak enak telah membiarkannya sendirian dilantai atas. Semoga ia tak sendirian saat menaiki lift,”

“Memangnya kenapa?”

“Dia trauma dengan lift. Dia tidak pernah menaiki lift sendirian,” Kyuhyun, mahkluk tampan disebelah Tae Hyun memamerkan ekpresi kaget akan pernyataan Hye Sung.

“Aku ingin menyusul Direktur. Permisi,” Ujar Hye Sung.


Hye Sung mendekat pada lift tak jauh dari pintu utama. Tapi dilihatnya lift itu mati. Hye Sung bertanya pada seorang petugas kebersihan yang kebetulan lewat didepannya.

“Ahjusshi.. Boleh aku bertanya? Mengapa lift ini tidak jalan?”

“Bukan tidak jalan, hanya saja tiba-tiba listrik mati,”

“Nde?!”

Hye Sung tersentak kaget. Pikirannya hanya mengarah pada Haera. Buru-buru Hye Sung berlari mencari tangga darurat menuju lantai 7. Tempat tadi ia berpisah dengan Haera. Ponsel tetap setia diarahkan ke telinganya. Ia berlari sambil terus menghubungi Haera. Nafasnya mulai tak beraturan. Ia menaiki setiap anak tangga dengan tak sabar. Hingga ia tiba dilantai 7. Nafasnya memburu hebat. Segera ia berlari ke toilet dan masuk kedalam. Yang ditemuinya hanyalah sebuah ponsel yang sangat ia kenali. Kalang kabut, Hye Sung memeriksa semua bilik toilet satu per satu. Tapi tak ditemuinya juga Haera. Lift. Satu-satunya sasaran Hye Sung tertuju pada lift. Ia sudah hampir akan menangis. Ia kembali berlari menuruni anak tangga ke lantai dasar. Meminta bantuan dari putra pemilik gedung. Cho Kyuhyun.

“Hye Sung-shi ada apa?” Nafas Hye Sung memburu 2 kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya.

“Presdir Cho tolong. Direktur kami, sepertinya terjebak didalam lift,” Tubuh Kyuhyun seolah bergerak dengan sendirinya. Tanpa diperintah, tubuhnya segera bangun dari posisi duduk hingga kursi yang didudukinya terdorong dengan kasar. Tanpa aba-aba, ia bergegas pergi untuk menolong orang yang sangat dicintainya. Semua orang disana menatap heran pada Presdir Cho Corp tersebut.

Kyuhyun buru-buru menghubungi petugas teknisi lift. Tak ada yang dilakukannya sebelum kedatangan para petugas itu. Sementara Tae Hyun bersama dengan petugas listrik memeriksa keadaan listrik yang tiba-tiba mati.
Setelah kedatangan orang-orang yang dinanti Kyuhyun. Bersama para teknisi itu, Kyuhyun ikut ambil alih. Mereka berusaha membobol bagian lift sebab hanya itu satu - satunya cara yang dapat mereka lakukan untuk mengeluarkan orang didalam sana. Dibantu oleh penerangan seadaanya, para teknisi itu berhasil menjebol bagian lift.

“Yoon Haera,” Teriak Kyuhyun. Kyuhyun memaksa untuk ikut masuk kedalam lift. Para pekerja itu tak dapat menolak, Kyuhyun turun kedalam lift. Seorang yeoja terkulai tak sadarkan dilihatnya melalui cahaya senter. Kyuhyun menatap nanar yeoja yang dicintainya tengah tak sadarkan diri. Ia merengkuh tubuh Haera kedalam pelukannya. Dengan sangat erat, Kyuhyun mendekapnya. Dan membawa tubuh yeoja itu keluar dari sana.

Flashback End.




TBC..


3 komentar:

Unknown on 20 Desember 2013 pukul 08.50 mengatakan...

ahhh tor buruan bikin kyu sama haera baikan dong.. kasian bgt merekaa.. dan itu pasti ulahnya ji eun kan ? iishhhh

Unknown on 20 Desember 2013 pukul 20.13 mengatakan...

keren bgt cerita'y

Unknown on 20 Desember 2013 pukul 22.14 mengatakan...

saking semangat bacanya sampek gk nyadar udah TBC aja, lanjut thor......

Posting Komentar

 

Chindy Agryesti Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting