I Got Your Back part 9
Author : Chindy Agryesti.
Facebook : Chindy
Agryyesti Horvejkul
Twitter : @Chindy404
Cast :
- Cho Kyuhyun
- Yoon Haera
Genre : AU!, Romance.
Rating : PG15
Length : Chapter
Aku pergi karena aku mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
–Yoon Haera –
Saat kau telah pergi dari hidupku, baru
kumengerti apa itu cinta.
—Cho Kyuhyun—
Hati manusia seperti kendi, kita tidak pernah
tau kejernihan didalamnya. Kita hanya melihat dari apa yang dikeluarkan.
—I Got
Your Back Part 9—
Beggin :
Author POV
Prahara
itu telah berlalu. Membentang jalan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempat
tertunda. Seiring peristiwa berlalu, mereka mampu membuktikan pada waktu. Bahwa
mereka mampu, mereka berhasil, mereka bisa bertahan sekian waktu. Semua prahara
tidaklah sebanding dengan
penantian yang telah berhasil kedua manusia itu lalui.
Sebuah tangan kekar mencekal tubuh Haera bersamaan dengan
mobil mewah yang melaju semakin kencang. Sang pengemudi seakan tengah sengaja mengendarai mobil kearah
Haera. Tapi memang itulah tujuan Ji Eun, yeoja didalam mobil tersebut. “Gwaenchana?”
Haera ragu untuk mengangkat kedua kelopak mata, ia terlalu takut menghadapi
kenyataan ia sudah tak lagi berada di dunia
manusia. “Haera-ya..” Setelah satu suara itu memanggil
nama Haera. Haera benar-benar membuka
matanya. Dan menatap orang yang menolongnya. “Henry-ah..” Lirih Haera.
“Kau baik-baik saja?” Haera mengangguk lemah. Henry menyodorkan sebuah minuman kaleng, lalu duduk sebelah Haera pada kursi taman. “Pengendara mobil tadi sepertinya sedang mabuk. Kau benar tak apa-apa?” Sekali lagi, Henry bertanya pada Haera mengenai keadaannya. “Jinjja. Gwaenchana,”
“Kau sedang apa tadi?”
“Tadi aku habis makan siang,” Jujur Haera. “Lalu kau sendiri?”
Sambung Haera.
“Hanya berkeliling Seoul. Untuk yang terakhir kali,” Selesai
Haera menengguk minumannya, ia menolehkan kepala menatap Henry. “Terakhir kali?
Apa maksudmu?”
“Hari ini, hari terakhirku di Seoul. Besok aku harus kembali
ke China. Sebab itu, aku ingin melihat Seoul untuk yang terakhir sebelum aku
pergi. Aku pasti akan merindukan Korea.” Henry mengungkapkan perasaannya tanpa
disadari. Jika ia boleh jujur, ia berat meninggalkan negara ini. Negara yang
mempertemukannya dengan Haera, meski ia sendiri tak pernah bisa memiliki yeoja
tersebut. Banyak kenangan indah yang pernah ia lewati di Korea. Henry menunduk
seraya memainkan kedua jemarinya yang memegang kaleng minuman. Haera mengerti
perasaan Henry. Karena 6 tahun silam,
Haera juga pernah merasakan hal yang sama. Ia harus meninggalkan negara yang sebenarnya tak ingin ia tinggalkan.
Sebenarnya hal itu berat diterima oleh
hatinya. Tapi terpaksa Haera
harus melakukannya demi kebaikan dirinya dan juga kebaikan orang yang ia
cintai.
Tiba-tiba Haera berdiri tepat didepan Henry dengan sebuah
senyum menghiasi wajahnya. Henry mengangkat wajah, menatap Haera tak mengerti. “Kajja.
Kita habiskan hari ini bersama-sama,” Dahi Henry mengkerut, ia bingung. “Kau
bilang hari ini hari terakhirmu. Ayo kita habiskan hari ini bersama-sama. Aku
akan menemanimu berkeliling Seoul. Kau boleh
anggap ini merupakan salam perpisahan dariku. Dari sahabat satu sekolahmu di
Korea,” Haera memperjelas. Sukses menghilangkan
raut sedih dari wajah Henry. Ia tersenyum. “Kajja.” Tak ingin menunggu Henry
yang tampak masih tak percaya, Haera menarik tangan Henry.
Mereka tersenyum, tertawa, dan bergembira. Mereka menghabiskan hari itu penuh canda juga tawaan. Menambah kenangan indah dalam memori mereka masing-masing. Mengulang kembali peristiwa-peristiwa menyenangkan semasa mereka duduk dibangku sekolah. Sudah berapa lama, Haera tak pernah tertawa lepas dan hari ini tawaan itu kembali muncul bersama Henry disisinya. Sama halnya dengan Henry. Namja keturunan China itu sangat amat bahagia hari ini. Bisa menghabiskan satu hari penuh bersama yeoja yang ia cintainya. Meski hanya dalam status sahabat. Ia sudah cukup bahagia. Bahkan ia sangat bahagia. Setidaknya Henry menambah satu kenangan indah bersama Haera yang mungkin bisa ia kenang dimasa depan. Kenangan yang terjadi tepat sehari sebelum kepergiannya. Tak sedikit saja ia membayangkan ada hari dimana ia bisa melewati hari bahagia ini bersama Yoon Haera. “Haera-ya.. Chakam,” Henry menahan lengan Haera. Dan mengajaknya mundur kebelakang beberapa langkah. Lalu berhenti tepat didepan penjual aksessoris. “Ada yang ingin kau beli?” Tanya Haera. Henry hanya menggumam tak jelas. Ia malah sibuk memilah sesuatu diantara jajaran aksessoris disana. “Apa yang ingin kau beli?” Selidik Haera ingin tau. “Menurutmu bagaimana ini?” Henry mengangkat satu cincin putih dengan sebuah permata diatasnya. “Yeppo,” Satu kata sebagai penilaian Haera terhadap cincin tersebut. Henry mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Yang ternyata, ia mengambil selembar uang untuk membeli cincin yang dipegangnya.
“Apa kau sudah mempunyai yeojachingu tanpa memberitahuku?”
Henry tertawa. Bukan karena ucapan Haera yang lucu, melainkan ekspresi yang
ditunjukkan yeoja cantik itu pada Henry. Mata Haera menyipit,
menatap Henry seolah namja itu tersangka kejahatan. “Haha. Kau lucu. Kemarikan
tanganmu,” Titah Henry pelan sarat akan kelembutan. “Untuk apa?”
“Kau ini sulit sekali diperintahnya. Sudah kemarikan,” Henry
segera meraih jemari Haera dan mengangkatnya. Haera menatap sahabatnya tak
mengerti. Perlahan, Henry mulai menyematkan cincin cantik itu dijari manis
Haera. Kening Haera mengerut. “Igeo Untukmu. Sebagai ucapan terima kasihku
untuk hari ini. Juga, sebagai hadiah perpisahan sekaligus kenang-kenangan dari
sahabatmu ini. Kuharap cincin ini akan selalu melekat dijarimu. Meski cincin
tidak bukan cincin mahal.”
“Henry-ah..” Ujar Haera setengah berbisik. Air mata telah
menggenang dikedua belah mata indahnya. Henry menyambut pelukan Haera, lalu ia
tersenyum. “Kuharap kau tidak akan melupakanku.”
“Ani. Aku tidak mungkin melupakanmu. Kau dan Seo Yeon. Kalian
adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku tidak akan mungkin melupakan
kalian. Aku menyayangi kalian. Kau dan Seo Yeon
sudah menjadi bagian dari hidupku,” Cairan bening tak tertahan lagi oleh Haera.
Dua bulir air mata meluncur dipipinya. “Aku pun tidak akan melupakan kalian. Baik-baiklah
disini. Jaga dirimu. Maukah kau berjanji padaku?”
“Mwoga?”
“Kau harus hidup bahagia setelah ku pergi.” Bulir-bulir air
mata kembali jatuh. Haera tidak yakin untuk satu hal itu. Tapi demi Henry,
sahabatnya Haera mengiyakan janji itu dengan berat hati. “Ini sudah malam.
Kajja, kuantar pulang,”
Haera POV
Cinta. Apa itu cinta? Tidak sedikit orang yang berkata bahwa
cinta merupakan sebuah anugrah dari sang pencipta. Bagi diriku apa pengertian
cinta demikian masih berlaku. Terkadang aku menangis karena cinta. Apa masih
dapat dikatakan itu adalah anugrah? Apa itu yang disebut anugrah? Jika memang,
pada dasarnya cinta adalah anugrah. Maka, aku benci satu anugrah dari-Nya yang
diberikan padaku. Aku tak mengharapkan cinta itu tumbuh dalam diriku jika anugrah
itu hanya dapat membuat air mataku selalu hadir dihidup ini. Aku benci akan
perasaan ini. Aku benci diriku. Tuhan memberiku cinta tapi ia tak mengizinkan
aku bahagia dengan cinta yang diberikan-Nya. Perasaan ini hanya menyiksaku. Memang, tak salah aku memiliki perasaan ini
tapi salahku adalah menyerahkan perasaan ini padanya, orang yang salah. Orang
yang seharusnya tidak kucintai. “Direktur ada yang ingin bertemu denganmu diatap gedung,”
Langkah kakiku terhenti ketika salah seorang petugas kebersihan memberitahuku tamu yang menunggu diatap gedung. ‘Atap gedung?”
“Ne. Dia menunggumu sekarang.”
“Nugu?”
“Dia hanya mengatakan dia adalah teman Direktur.”
Hhh! Teman? Lagi-lagi ada yang mengaku sebagai temanku. Entah
siapa kali ini. Ji Eun kah? Atau yang lain? Hidupku penuh dengan kejutan.
Kejutan yang berakhir hanya untuk membuatku merasa menjadi orang paling
menyedihkan didunia ini.
Kaki ini mengayun tanpa niat menuju atap gedung. Dengan amat
terpaksa, aku harus menunda waktu kepulanganku. Apa ada orang normal bertamu
saat dijam pulang kerja seperti ini?
Pintu tertutup dan tidak ada tanda-tanda orang diruang atap. Sunyi, senyap juga gelap. Tubuhku gemetar seketika. Aku benci kegelapan. “Ibayo.. Apa ada orang disini?” Teriakku.
Pintu tertutup dan tidak ada tanda-tanda orang diruang atap. Sunyi, senyap juga gelap. Tubuhku gemetar seketika. Aku benci kegelapan. “Ibayo.. Apa ada orang disini?” Teriakku.
Brakk...
Tubuhku segera berbalik. Pintu yang tadi kulewati telah
tertutup rapat. Tak ada secercah cahaya disini. Semuanya gelap. Hanya hembusan
dinginnya angin malam penemanku kali ini. “Chogiyo..” Dengan kekuatan yang
kumiliki, aku menggedor kencang pintu didepanku.
Author POV
Kesekian kalinya Nyonya besar bernama lengkap Hwang Seul Rin
melirik jam dinding diruang tengah. Jarum pendek jam telah berada diangka 11.
Namun Haera belum juga pulang dari kantor. Yeoja muda yang ditunggu Nyonya
Hwang belum juga menampakkan rupanya. Padahal sebelumnya, Haera tidak pernah
pulang kantor hingga selarut ini. Nyonya Hwang membuka pintu rumah lalu berdiri
diteras seraya menatap cemas disekeliling rumah. Keresahan Presdir Taehan Group
semakin menjadi mengingat betapa dinginnya malam ini. Sementara Haera sendiri
tidak membawa mobil. Sekali lagi Nyonya Hwang melirik jam. “Haera-ya.. Kau
dimana?” Gumam Nyonya Hwang. Dari mulutnya mengeluarkan hembusan asap. Yang menunjukkan betapa
dinginnya malam ini. Hwang Seul Rin merasa tak boleh diam saja. Sungguh, ia
mencemaskan Haera dengan amat sangat. Ia meraih ponsel dari di ruang tengah.
Nyonya Hwang mencoba menanyakan keberadaan putrinya kepada Hye Sung, sekertaris
Haera. Tak ada gunanya jika ia menghubungi ponsel Haera ataupun telepon
kantornya. Percuma, beratus-ratus kali ia menghubungi ponsel dan telepon kantor Haera. Tak ada satu pun yang dijawab oleh
Haera. “Anneyong haseyo Presdir. Ada apa malam-malam menghubungiku? Apa sesuatu
terjadi?”
“Kau tau dimana Haera. Apa ia masih di kantor?”
“Ndeh? Direktur Yoon bukankah seharusnya ia sudah pulang dari
2 jam lalu.” Papar Hye Sung. “Tapi
sampai sekarang Haera belum pulang,”
“Mwo? Direktur Yoon belum pulang?”
Didalam rumah, Hye Sung ikut panik seusai mendengar kabar dari
Nyonya Hwang. Perasaannya tidak tenang. Ia menjadi khawatir seperti Nyonya
Hwang. 'Direktur Yoon dimana kau?'
Bisiknya dalam hati. Jemari Hye Sung bergerak lincah diatas benda persegi
miliknya. Ia mencari nama-nama orang yang sekiranya dapat ia hubungi.
***
Kyuhyun mengendarai mobil dengan segera. Memacu laju mobil secepat kilat. Mobil itu melaju seperti angin. Roda-rodanya menggilas jalan aspal tanpa ragu. Menembus malam disetiap sudut jalan Seoul yang kian menyepi. Kantor Taehan Group menjadi tujuannya saat ini. “Kantor sudah tutup, jika kau ada keperluan. Kau bisa kembali lagi besok,” Kata seorang penjaga gedung. “Tidak. Aku sedang mencari seseorang,”
“Nugu? Tapi didalam sudah tidak ada orang. Saya baru selesai
mengecek didalam. Semuanya sudah pulang,” Jelas Ahjusshi paruh baya tersebut. “Tapi
Ahjusshi, izinkan aku masuk untuk memastikannya.”
“Tapi percuma--”
“Ahjusshi jebal,” Kyuhyun berlari seperti orang kesetanan mengelilingi setiap
sudut gedung besar ini.
Dalam kegelapan Haera menatap lurus didepannya.
Kepalanya tertunduk lunglai, jatuh diatas lengan. Haera duduk disudut atap, tepat di sebelah pintu atap, memeluk lutut dengan kedua tangan
berusaha menghalau dinginnya malam, lalu menengadah menatap bentangan langit
malam.. Mendung telah membuat langit hitam pekat. Nyaris tanpa satu pun
bintang. Tubuh Haera menggigil hebat, kulit putihnya berubah semakin putih.
Pucat. Tubuhnya terkulai lemah,
sama halnya seperti peristiwa beberapa saat lalu saat didalam lift. Tubuhnya
tak berenergi. Bisa dibayangkan seperti apa keadaan Haera saat ini. Dua jam
telah berlalu. Tanpa pakaian tebal, ia melawan udara dingin kota Seoul. Tanpa
ada sedikit asupan masuk kedalam tubuhnya.
Brakk...
Kepala Haera menoleh perlahan kearah pintu. Sosok namja tinggi dengan nafas tersenggal-senggal berdiri dipintu. Tubuh Haera kian tak berdaya, mengetahui siapa orang itu. “Yoon Haera!” Pekik Kyuhyun menyadari keberadaan Haera disisi pintu. “Gwaenchana?” Kyuhyun mendekat, tapi Haera menunduk, menenggelamkan wajah pada di lututnya. Namja itu, Kyuhyun dengan cepat langsung melepaskan jaket tebal yang melekat ditubuhnya. Kemudian ia berjongkok lalu melampirkan jaket itu ditubuh Haera. Haera akan menolak, namun terhalang oleh tubuhnya yang tak berenergi. “Jangan bersikap baik padaku. Pergilah,” Lirih Haera. “Apa yang kau bicarakan? Kau lihat tubuhmu sudah hampir membeku seperti ini. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu,”
“Kau bisa anggap kau tak melihat apa-Apa.
Pergilah, abaikan aku. Jangan berbuat baik padaku. Jangan buat aku semakin
mencintaimu,” Volumenya kian mengecil terlebih lagi saat ia mengucapkan kalimat
terakhir. Dapat dikatakan itu hanya sebuah gumaman lemah, dan tidak yakin apakah Kyuhyun dapat mendengarnya atau tidak.
Kyuhyun POV
Tidak perduli apa yang ia inginkan. Tidak
perduli apa yang ia ucapkan. Aku tidak akan meninggalkannya. Tak akan pernah.
Tak ingin aku mendengar lagi dan lagi penolakannya. Aku meletakkan satu
tanganku ditengkuknya dan satu lagi pada tekukkan
lututnya. Dan mengangkatnya. “Lepaskan aku!” Pintanya. “Berhenti
bersikap bahwa kau baik-baik saja!” Aku menaikkan volume suara, menyentaknya
tanpa kusadari. Aku menggendongnya. Membawa masuk kemobil.
Aku langsung memutar alat pemanas didalam
mobil. “Berhenti mengacuhkan! Berhenti mengabaikanku! Jangan pernah mencoba
menghindar dariku. Sekarang
aku tau bagaimana rasanya diacuhkan, diabaikan, dihindari. Aku telah merasakan
itu semua. Aku tau, semua itu sangat menyakitkan. Rasanya sakit. Maka itu
kumohon berhenti menyiksaku.” Aku menyilangkan tangan diatas setir. Meletakkan
kepalaku diatasnya. Menyembunyi cairan hangat yang keluar dari mataku. “Aku mencintaimu. Sangat.” Ia hanya
terdiam. Tak satu kata pun terucap dari bibirnya. Mulutnya bungkam. Aku
mengangkat wajah ini. Biarkan saja jika ia harus melihat air mataku. Tak apa.
Aku hanya ingin ia
mempercayaiku. Ia memandang lurus jalanan dari kaca
mobil. “Dan kau, jangan buat aku semakin dibenci oleh seseorang—,”
“Song Ji Eun? Jangan mempercayainya. Semua itu
bohong. Semua yang ia katakan. Itu sama sekali tak benar. Hubungan kami telah
berakhir. Perlu kau tau apa penyebabnya. Karena kau. Karena aku mencintaimu.
Karena perasaanku telah menjadi milikmu. Orang yang kucinta adalah kau, bukan
lagi Song Ji Eun. Dia membencimu karena aku mencintaimu. Jangan mendengarkan apa pun yang
keluar dari mulutnya.” Tangan ini bergerak dengan sendirinya. Meraih jemari
lentik miliknya yang dingin membeku. Aku menggosok-gosokkan tangan kami.
Berharap itu dapat mengurangi rasa dinginnya. Sesekali aku mendekatkan tangan
kami pada mulutku. Dan menghembuskan udara hangat
pada tangannya. Ia sama sekali menolak atau pun berontak. Ia malah menatapku
terus dan terus. Memandangi setiap pergerakkan tubuh ini. Aku menghentikan
aktivitasku. Lalu membalas tatapannya. Dalam-dalam aku menatap manik hitam
miliknya dengan lekat. Tak terasa, tubuh ini bergerak kian mencondong
kearahnya. “Mulai sekarang, berhenti mempercayai orang yang hanya ingin
menjauhkan kita.” Hanya tersisa jarak sepuluh centi dari wajahnya. Dengan
kecepatan konstan tubuh ini terus mendekatnya secara perlahan. Hingga tak ada
lagi jarak antara wajah kami. Mataku memandangi bibirnya yang memutih akibat
udara. Aku menempelkan bibirku, dan dengan hati-hati aku mulai melumat bibirnya
yang terasa amat dingin bagai es.
Author POV
Tak ada yang tidak mungkin. Mungkin ungkapan
itu yang paling tepat. Apa pun yang di kehendaki mungkin saja akan terjadi.
Hanya perlu satu unsur untuk mewujudkannya. Usaha. Hanya itu. Hanya dengan
usaha. Dengan usaha semua apa saja mungkin terjadi
seperti yang kita hendaki. Sama halnya dengan seorang Cho Kyuhyun. Ia berusaha
terus-terusan untuk membuat orang yang ia cintai agar percaya padanya. Yoon
Haera. Ia melakukan berbagai cara untuk satu tujuan. Satu keinginan. Apa lagi
jika bukan untuk membuat Haera percaya. Dengan usaha dan kegigihan, tak ayal
semua itu dapat terjadi seperti keinginannya. Membuat Haera percaya bahwa ia
telah berubah, ia menyesal, dan ia merasa bersalah. Dan akhirnya Haera percaya.
Namja itu berhasil membuat keadaan seperti
yang diingininya. “Ahh!
Shit!” Tangan yeoja menggebrak keras pada benda bulat didepannya. Setir mobil
menjadi sasaran pelampiasan emosi yang tak tertahankan. Emosinya tersulut
mendapati pemandangan yang sama sekali tak sedap dipandang mata olehnya. Ia
mengumpat penuh kebencian. Emosinya tak terkendalikan lagi. Sekali lagi ia
menggebrak setir mobil kesekian kalinya. Matanya memicing menatap tajam
pemandangan tersaji diluar mobil. “Hhh! Kalian! Jangan pernah berfikir kalian
dengan mudahnya dapat bersatu. Aku, Song Ji Eun. Selama nafasku masih
berhembus, selama itu juga aku tak akan melepaskan kalian! Yoon Haera! Kau
tidak akan pernah menang dariku!” Desis yeoja bermarga Song itu seorang diri.
Ia seolah tak dapat menerima kenyataan akan pemandangan yang ia dapati.
Ia membencinya! Ia benci melihat namja yang ia cintai duduk berhadapan dengan yeoja yang menjadi perusak hubungannya. Ia benci! Ia tidak rela!
Ia membencinya! Ia benci melihat namja yang ia cintai duduk berhadapan dengan yeoja yang menjadi perusak hubungannya. Ia benci! Ia tidak rela!
“Lakukan yang kuperintahkan malam ini juga!”
Bisiknya pada benda persegi panjang ditangannya.
***
Hari berlalu begitu cepat. Matahari telah usai menyelesaikan tugasnya. Gumpalan awan hitam menjadi penghias langit malam hari ini. Langit kosong tak berbintang. Sunyi!
Yoon Haera melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Tak jarang yeoja cantik tersebut mengedarkan pandangan, melihat sekitar jalan yang telah terlanjur sepi. “Eo? Eomma?”
“....”
“Aku sedang dijalan. Gokjongma,”
“....”
“Arraseo,”
Detik itu juga mata Haera membulat bagai bola.
Secara tiba-tiba seorang namja muncul dari sisi jalan. Namja itu langsung
tersungkur didepan kilauan cahaya lampu mobil. “Tuan, kau baik-baik saja? Apa
ada yang terluka? Mari kuantar ke rumah sakit,” Haera menghampiri orang yang
tak disengaja hampir ia tabrak. Secara logis, itu merupakan kesalahan namja itu
sendiri yang muncul tiba-tiba dan seolah-olah menabrakkan tubuhnya pada mobil
yang dikemudikan Haera. Salah, jika menyebut Haera yang menabrak orang itu
justru sebaliknya. “Tuan,” Panggil Haera. Orang itu berdiri lalu menatap tajam
Haera. “Apa kau ter--” Tiba-tiba saja tangan kekar namja itu meraih dengan
kasar lengan Haera. Haera terkejut, ia menggeliat berusaha menghempaskan
genggaman menyakitkan dilengannya. “Tuan, apa yang kau lakukan? Aww!” Haera
meringis kesakitan ketika orang tersebut mengencangkan
genggamannya. Kemudian menyeret paksa tubuh Haera.
Disisi lain, Kyuhyun mencoba meregangkan otot-otot leher yang pegal akibat 2 jam bertelut pada lembaran kertas bertumpuk diatas meja. Decit pintu terdengar, Park Tae Hyun masuk. “Presdir apa tidak sebaikya diselesaikan besok? Ini sudah malam,”
“Ah kau benar. Aku sudah sangat lelah hari ini,”
Desah Kyuhyun. Ia mulai merapikan sejenak tumpukan kertas lalu beranjak dari
kursi. “Baiklah, aku akan pulang dulu,” Ujar Kyuhyun sebelum berlalu.
Kyuhyun mengenali sebuah mobil putih terparkir
asal ditepi jalan. Dengan segala bentuk pertanyaan berkeliaran dikepalanya, ia
memutuskan turun dari mobil. Didapatinya mobil tersebut kosong, tak ditemuinya
sang pemilik mobil. “Yoon Haera!” Kyuhyun berseru. Bola matanya berkeliling
disekitar sana. Dipinggir trotoar, sebuah gelang yang biasa menempel ditangan
yeoja itu diraihnya. Firasat buruk muncul. Bayangan akan hal-hal buruk berputar bagai roll film. “Yoon
Haera!” Teriaknya nyaring. Kaki panjangnya mengayun begitu saja. Menelusuri jalan yang sama dilalui
Haera tadi bersama namja asing itu. Kyuhyun berlari tanpa ada tujuan.
Membiarkan langkah kaki yang membawa dirinya. “Lepas!” Darah Kyuhyun berdesir.
Suara itu, suara yang amat ia kenali. Kyuhyun mempercepat laju kakinya. “Kumohon
lepaskan aku,” Lirihan itu terdengar semakin jelas oleh indera pendengarannya. “Kau
terlalu sayang untuk dilewatkan,”
“Aww!”
Dari kejauhan, terlihat Haera bersimbah darah,
merintih kesakitan. Kyuhyun sontak marah, dan langsung menyerang namja tak
dikenalnya itu. Sebuah tinjuan dilayangkan oleh kepalan tangan Kyuhyun. Namja
itu terhuyung diatas tanah. Kesempatan bagi Kyuhyun. “Bajingan kau! Brengsek!”
Kyuhyun Memukuli dengan sekuat tenaga disertai rasa kemarahan teramat sangat.
Namja itu mendapatkan pukulan yang bertubi-tubi hingga terjerebab, dan ia pun
memuntahkan darah. Namja itu terkapar tak berdaya dan darah bersimbah memenuhi
wajahnya. Usai melampiaskan kemarahannya, Kyuhyun kembali ke tempat Haera
tergeletak. Kyuhyun bersimpuh mendekat Haera, syok melihat keadaan Haera. Wajah
cantik itu lembab. Dari sudut bibirnya darah segar mengalir bercampur dengan
air mata. Kemeja putih yang digenakan Haera, sudah tak layak dikatakan sebuah
pakaian. Tubuh indah itu hampir terjamah oleh orang tak dikenalnya. Kyuhyun
mengangkat tubuh lemah Haera kedalam rengkuhannya. “Gwaenchana?” Kyuhyun
bertanya setengah mendesah. Haera menggeleng. Ia langsung menenggelamkan wajah
pada dada bidang Kyuhyun. Dan menangis sejadi-jadinya dalam dekapan hangat itu.
Haera menangis setengah meraung. Ia terlalu shock atas peristiwa yang
menimpanya. “A-aku ta-ku-tt.” Racau Haera dengan nada bergetar. Menandakan
betapa ia ketakutan saat ini. Walau sudah ada Kyuhyun disisinya. “Gwaenchana..
Gwaenchana.. Aku disini,” Haera semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh
Kyuhyun, kedua tangannya melingkar kencang dipinggang Kyuhyun. “Tenanglah ada
aku.” Ujar Kyuhyun berusaha menenangkan. Tangisan yeoja itu belum juga mereda.
Jemari Kyuhyun sibuk mengusap rambut hingga punggung Haera. “Ayo kita pulang,”
Ajak Kyuhyun. Namja itu menjulangkan tubuh jangkungnya guna melepas coat
hitam-nya. Untuk menutupi tubuh Haera yang sudah hampir terekpose seluruhnya.
Kyuhyun memapah tubuh Haera sementara yeoja itu, tak sedikit saja ia melepaskan
lingkaran tangannya pada tubuh Kyuhyun.
Kyuhyun POV
Presdir Hwang Seul Rin melebarkan matanya,
menatapku dan Haera terkejut dari balik pintu. Ia terkesiap. Lalu memekik
khawatir. “Haera! Ada apa dengannya?” Segera Presdir Hwang ikut membantuku
memapah tubuh Haera yang tak berdaya dipelukanku.
Dengan hati-hati aku membaringkan tubuh Haera
diatas tempat tidur. Ia sudah kehilangan kesadaran. Mungkin akibat rasa takut
yang ia rasakan. Hatiku sakit melihatnya ketakutan seperti tadi. “Presdir Cho
bisa kita mengobrol diluar?”
“Ahjumma tolong gantikan baju Haera,” Titah
yeoja itu pada seorang pelayan dirumahnya. Sementara kami berjalan keluar,
menuju ruang tamu. “Presdir Cho, bisa kau ceritakan apa yang terjadi pada Haera?”
***
“Kyu kau baru pulang?” Sapa Eomma yang sedang duduk disofa bertatapan dengan televisi di ruang tengah.
“Eomma? Belum tidur?”
“Belum,
tidak bisa tidur.” Aku melangkah menghampiri Eomma, duduk disofa yang sama. “Kau
dari mana saja? Tidak biasanya kau berantakkan seperti ini,”
“Eomma,” Aku menjeda kalimatku. Menghirup
udara, dan dengan perlahan menghembus
Kannya. “Bagaimana jika suatu hari Haera akan kembali?” Tanyaku agak ragu. “Kau menemukannya? Dimana dia? Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan? Cepat katakan,”
Kannya. “Bagaimana jika suatu hari Haera akan kembali?” Tanyaku agak ragu. “Kau menemukannya? Dimana dia? Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan? Cepat katakan,”
“Eomma..” Sergahku.
“Eomma sangat merindukannya. Eomma ingin
bertemu dengannya,”
“Suatu saat
aku akan membawa ia kembali sebagai menantu Eomma lagi,” Janjiku.
Haera POV
“Euggghh..” Aku melenguh pelan. Kurasakan ada
sesuatu yang hangat pada jemariku. Kepalaku pening dengan amat, seluruh tubuhku
linu. Sulit digerakkan. Serasa semua tulang-tulang pada tubuhku sudah tak lagi
dapat berfungsi. Perlahan aku menggerakkan kepalaku yang terasa begitu berat,
menoleh pada bayangan orang disisi tempat tidur. Pandangan ini belum sepenuhnya
jelas, banyak bayang-bayang yang mengaburkan setiap objek yang kulihat. Sosok
namja rapi dengan pakaian kantor duduk dikursi. Ia tersenyum menyambut sadarnya
diriku dari alam mimpi. “Apa kau merasa sudah baikkan?” Aku mengangguk lemah.
Ia seketika langsung membantuku menegakkan tubuh untuk bersandar pada sandaran
tempat tidur. “Bagaimana bisa kau ada disini?” Tanyaku lirih.
“Aku mengkhawatirkanmu,”
“Gomawo,”
Tiba-tiba saja ia mendekat, langsung
mendekapku kedalam pelukannya. “Izinkan aku bersamamu. Biarkan aku
melindungimu. Aku ingin menjagamu, menemanimu, berada disisimu.” Aku hanya
terdiam. Tak tahu apa yang mesti kujawab.
“Aku telah mendengar semuanya dari Presdir
Hwang. Mengenai hubungan kalian, mengenai Jong Hyun aku telah mendengar
semuanya. Dan Presdir Hwang telah mengetahui hubungan kita. Aku telah
menceritakan semuanya.
“Kau..”
“Kau tak perlu bicara apa-apa. Aku hanya ingin
kau dengar satu pernyataanku lagi.” Ia menjauhkan tubuhnya, memandangku
dalam-dalam. “Kau.. Masih tetap istriku. Dan akan selalu menjadi istriku. Surat
cerai itu.. Aku sama sekali tidak pernah menandatanganinya. Kau tetap istriku.” Aku terpengarah luar
biasa. Mata bening miliknya menjadi titik fokusku. Mata itu memandangku lekat.
Melalui tatapannya, tak ada keraguan atas ucapannya. Kesungguhan terpancar dari
dua bola matanya. “Satu hal lagi. Semua insiden yang pernah terjadi padamu.
Semua itu ulah Song Ji Eun! Dia yang selalu berusaha mencekalaimu. Ia benci
menerima kenyataan aku sudah tak mencintainya lagi. Satu pertanyaan. Will you
be my wife once more?” Bibir ini sulit untuk digerakkan. Terasa ada sesuatu
yang membungkamnya rapat-rapat. Tak ada sepatah kata yang dapat terucapkan
melalui bibirku. Aku mengerakkan kepala. Mengangguk iya. Ia tersenyum. Segera
memelukku lagi.
TBC~
Mungkin satu part lagi, FF ini akan End.
Tepat di part 10.
Dont forget to give me your coment about
this part, ok?
1 komentar:
mantap kak ceritanya
jual selongsong sosis
Posting Komentar