I Got Your Back Part 4



Author                                  : Chindy Agryesti.

Facebook                             : Chindy Agryyesti Horvejkul 

Twitter                                  : @Chindy404

Cast                                      :

  • Cho Kyuhyun
  •      Yoon Haera

Genre                                   : AU!, Romance.

 Rating                                  : PG15

Length                                  : Chapter



Aku pergi karena aku mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
–Yoon Haera –


Saat kau telah pergi dari hidupku, baru kumengerti apa itu cinta.
—Cho Kyuhyun—




Terkadang manusia menjadi egois jika sudah menyangkut cinta tapi sesungguhnya itu bukanlah cinta, itu ambisi. Karena cinta yang sesungguhnya tidak akan pernah mengubah seseorang menjadi egois melainkan menjadi seseorang yang rela berkorban, itulah cinta.

—I Got Your Back part 4—


Begin :


Author POV


“Mian, aku tak sengaja,”  Sungut Yoon Haera menyadari dirinya tak berhati-hati dalam mengambil langkah. Yang mengakibatkan ia harus menabrak punggung seseorang yang bahkan sampai detik ini pun belum ia ketahui wujud rupa orang yang ditabraknya. Haera mencoba mendapati konsentrasinya lalu mengangkat pandangan dari lantai putih gading dan mulai menatap wajah pemilik punggung yang secara tak sengaja ia tabrak.
Pikirannya telah melayang entah kemana sejak pertemuannya dengan orang itu—Kyuhyun—. Bahkan untuk berjalan saja, pikirannya sulit memperhatikan jalan di sekitarnya. 

Iris hitam lekat milik Haera menatap dalam pada objek orang yang tepat berdiri dihadapannya.  Kaget, senang, sedih, bahagia. Entah ekspresi apa yang harus ia tunjukkan. Haera hanya terpaku. Tak berbeda dengan orang yang lagi berhadapan dengan Haera. Ia menatap Haera, pandangan tak percayanya kian melunak tergantikan oleh tatapan penuh kerinduan. Seakan tak percaya, lalu orang itu pun melontarkan sebuah pertanyaan konyol pada yeoja cantik pemilik tatapan sendu itu. “Kau? benarkah kau Yoon Haera?”

Sesekali Haera mengangkat Cup Coffe diatas meja lalu menyesapnya. Sementara satu orang lainnya itu sibuk menatapi setiap gerak-gerik tubuh Haera. Tatapan bahagia, lega, dan penuh kerinduan seolah terpancar jelas dari manik hitamnya.  Justru yang membuat Haera kurang nyaman diperhatikan terus-menerus.

“Aku tak menyangka aku masih bisa bertemu denganmu lagi,” Akhirnya kebisuan diantara mereka luruh saat orang itu memutuskan memulai pembicaraan terlebih dulu.

“Em. Aku juga,” Haera membalas ditambah sebuah senyum simpul.

“Bagaimana kabarmu selama ini? Apa kau hidup dengan baik?” Tersirat kekhawatiran dalam ucapannya. Seolah meyakinkan apa seorang Yoon Haera menjalankan hidup dengan baik atau tidak.

 “Tentu. Aku hidup dengan sangat baik,” 

“Syukurlah. Kau tinggal dimana? Dan mengapa kau menghilang begitu saja selama ini?” 

“Kupikir kau tak perlu mengetahuinya. Biarlah aku dan hanya hidupku yang tau,”

“Haera-ya kau sudah tak menganggapku sahabatmu lagi? Dulu bukankah kau yang mengatakannya sendiri bahwa selamanya aku adalah sahabatmu meski sebenarnya berat bagiku hanya menganggapmu hanya seorang sahabat.”


“Kau benar,” Seutai senyum getir tercipta diwajah cantiknya. Pikirannya menerawang ke masa lampau disaat ia pernah mengucapkan kalimat yang diucapkan orang itu barusan. “Kau sahabatku,” Terasa miris gendang telinga namja itu mendengar perkataan Haera. Sahabat? Bisakah ia menjadi lebih dari seorang sahabat? 

“Kalau begitu ceritakanlah semua yang terjadi dalam hidupmu,”

“6 tahun ini aku menetap di Amerika,” 


“Kau.. mengambil beasiswa itu?” Haera diam, hanya anggukan yang diberinya sebagai jawaban iya. 

“Bukankah kau bilang--” 

“Pola pikir seseorang bisa berubah kapan saja, dan aku memutuskan untuk menerimanya.” 

“Lalu bagaimana nasib per--?” 

“Kumohon jangan bahas mengenai itu lagi. Kami hanyalah orang asing dan selamanya akan tetap menjadi orang lain.”

“Baiklah, jika itu maumu..” putusnya. Ada rasa penasaran jauh dilubuk hatinya paling dalam. Tapi tak ada yang bisa memusnahkan rasa penasarannya jika Haera saja tidak mau dia mengungkit tentang itu.

Apa yang sedang kau lakukan di Taehan Group?”

“Aku bekerja di Taehan Group.”

Lumayan lama waktu yang mereka habiskan untuk saling berbagi cerita di hidup mereka. 6 tahun tak bertemu tentu akan sangat banyak cerita menarik yang dapat mereka bagikan satu sama lain. Henry lau, itulah namja yang ditabrak Haera tadi sekaligus namja yang kini tengah duduk berhadapan dengan Haera. Namja keturunan China yang menetap di Korea itu adalah sahabat Haera saat ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Meski Haera hanya menganggap Henry hanya sebagai seorang sahabat namun tidak bagi Henry, namja itu menganggap Haera lebih dari sahabat. Ia mempunyai perasaan  lain terhadap Haera. Walaupun ia tahu, Haera tidak memiliki perasaaan yang sama dengan yang ia rasakan. Tapi ia  terus menyimpan perasaan itu sampai sekarang.

“Ini kartu namaku, hubungi saja aku jika kau butuh teman,” 

“Gomawo Henry-ah.. Kau sangat baik,” Namja yang bernama Henry itu tersenyum.  “Tentu, bukankah kita ini sahabat?” Hatinya perih tatkala menyebutkan kata sahabat pada hubungan mereka. Dilubuk hatinya, perasaan cinta masih tertata rapi untuk Haera yang ia simpan hingga detik ini. “6 tahun tak bertemu, boleh aku memelukmu?” pintanya.


 “Tentu,” Namja berwajah tampan itu maju beberapa langkah, kemudian merengkuh tubuh Haera kedalam pelukannya. Jujur, ia sangat merindukan yeoja ini, yeoja yang masih amat ia cintai hingga dihembusan nafasnya saat ini. Yeoja yang ingin ia miliki tapi ia tak dapat memiliki.

Jemari seseorang mengepal  kuat-kuat menyaksikan pemandangan yang tersaji didepan matanya. Gurat ketidaksukaan ditunjukkan melalui ekspresinya saat ini. Matanya memicing tajam saat ia dapati pemandangan dua orang didalam cafe itu berpelukan.
Ia tak menyangka seperti ini rasanya perih ketika melihat orang yang dicintai berada didalam pelukan orang lain. Inikah yang pernah dirasakan Haera dulu? Pantas, jika Haera menginginkan jalan perpisahan untuk mengakhiri rasa sakitnya. Ini memang terlalu sakit.



Kyuhyun POV


Choi Ahjusshi selaku pemateri untuk rapat kali ini. Ia berdiri dimimbar memberikan penjelasan atas proyek kerja sama perusahaan dengan Taehan Group. Namun satu objek lebih menarik untukku dibanding apapun. Aku memperhatikan wajah yeoja diseberangku, yeoja yang mungkin sangat membenciku. Memandanginya setiap detik terasa penuh makna bagiku, aku seperti baru diberi kesempatan tuk bernafas walau sesekali terasa sakit dan menyesakkan. 
Sepanjang rapat, pandangan ini hanya terpaku padanya dibandingkan layar lebar berisi laporan proyek kerja sama yang terpampang di layar besar didepan sana. Suara riuh tepuk tangan mengembalikanku kealam sadar, refleks aku langsung ikut bertepuk tangan sebagai tanda bahwa rapat hari ini telah berakhir. Rapat telah berakhir lantas semua orang bangkit dari kursinya. Begitupun dengan diriku.

“Presdir apa kau akan ikut makan siang bersama?” kata Tae Hyun setengah berbisik.
 “Kurasa bukan ide yang buruk,” putusku. 



***


“Wah senang sekali bisa makan dimeja yang sama denganmu Presdir Cho,” Sebuah sanjungan mengalir kepadaku tanpa kuduga dari seorang yeoja yang terbilang muda dan juga cantik. Seorang yeoja yang kuketahui salah satu karyawan dari Taehan Group yang sekarang ini duduk bersebelahan dengan dia.
Dari sudut mataku, dapat kulihat, ia sama tak tertarik oleh keadaan sekitarnya. Jika yeoja disebelahnya terus menerus menyanjungku, lain halnya dengan ia. Ia hanya diam dengan sesekali mengedarkan pandangan jauh dari kata tertarik.

“Kau berlebihan,” Balasku menanggapi setiap sanjungan yang terus yeoja itu lontarkan. Beberapa detik suasana hening hanya terdapat suara dentingan piring dan sendok yang saling beradu. Perlahan keheningan itu lenyap tergantikan oleh obrolan-obrolan ringan seputar pekerjaan maupun kehidupan masing-masing. Semua orang yang mengelilingi meja makan bundar ini ikut andil dalam obrolan yang tercipta, kecuali satu orang itu. Jika semua orang berlomba-lomba untuk mengambil alih obrolan, akan tetapi berbeda dengan yeoja itu. Ia tetap bungkam sejak awal. Tak ada kata sepatah pun yang kudengar dari bibirnya. Jika saja dia tahu, aku sangat merindukan suara lembutnya. Suara lembut yang begitu menenangkan. Suara yang enam tahun ini tak pernah kudengar lagi.


 Lucu sekali dunia ini jika aku membayangkannya. Awal kehadirannya dihidupku, aku sangat membencinya, bahkan untuk mendengar suaranya aku merasa muak. Tapi saat ini? Malah perasaaan cinta yang terus menerus bertumpuk bagai kolam yang terus dibanjiri oleh air.

“Presdir Cho boleh aku bertanya?”

“Silahkan,”

“Apa kau sudah menikah?”  Tanpa kutahu sebabnya, nafasku menjadi tercekat ketika yeoja bernama Han Shi Hyun menyinggung kepadaku kata menikah.  Menikah?  Apa yang harus kukatakan sebagai jawabannya? Haruskah aku mengatakan yang sejujurnya?

“Emm.. Tentang itu..”

“Permisi aku harus ke toilet,” Disaat pikiran ini tengah menentukan jawaban, sebuah selaan menyambar cepat. Menghentikan aktivitas berpikirku.  Kuyakin, ia menjadi tidak nyaman sejak kata menikah tadi terlontar.




Haera POV

“Permisi, aku harus ke toilet,” pamitku. Tanpa aba-aba lagi, Segera aku meninggalkan sekumpulan orang bernotabene rekan kerjaku itu dimeja makan. Dari sana aku berlalu, menyendiri disebuah bilik toilet. Sejujurnya, aku belum siap mendengar apapun jawaban dari bibirnya. Aku belum siap menerima kenyataan. Kenyataan yang kuyakin pasti akan berpengaruh untuk hatiku. Kenyataan bahwa ia telah bahagia bersama orang yang ia cintai. Sulit, hatiku menerima itu.
Aku sedih pada diriku, didunia ini aku selalu menghindar dari kenyataan. Terlebih lagi semua kenyataan menyangkut dirinya, aku ingin selalu menghindarinya. Berlaku seolah kedua mata ini telah buta dan aku disini membutakan diri mengenainya. 
Kurasakan cairan hangat meleleh dan mengalir dipipiku tanpa permisi. Aku lemah. Mengapa aku begitu lemah jika menyangkut dirinya?  Aku masih amat mencintai, tapi aku tak ingin mengakuinya.  Sakit. Hatiku sakit, aku mencintai orang yang membenciku. 

Aku menghabiskan sekitar 5 menit waktuku didalam toilet. Enggan rasanya aku harus kembali berkumpul dengan mereka. Kalau bisa, aku ingin menghilang dari dunia ini agar aku tak bertemu lagi dengannya. Itu mungkin lebih baik. 

Brukk...

Kurasakan kulit disekitar pinggangku terasa menjadi dingin ketika tubuhku tertabrak oleh seseorang yang sepertinya salah satu pegawai restaurant. Baju putih yang ku kenakan seketika telah berubah warna mengikuti warna ice yang tertumpah dibajuku menjadi berwarna orange. 

“Jwiseonghaeyo..” Sungutnya sembari membunggkukkan tubuh secara berulang-ulang kali.

“Gwaenchana.”  Kataku sambil membersihkan baju ditubuhku yang telah basah.
“Haruskah saya membersihkan baju itu terlebih dulu?” Tawarnya dengan penuh rasa bersalah. 

“Tak perlu.”

“Benarkah? Sekali lagi maafkan kebodohan saya Nona,” Aku mengangguk ringan, “Ya tak apa,” Aku kembali membuat langkah berjalan ke meja makan. Dan aku sadar, semua tatapan orang disana kini tengah menatap kearahku. Membuatku menjadi kikuk atas tatapan semua itu. Sebisaku aku berlagak sebiasa mungkin. Lalu mendapati kembali ke tempat dudukku. “Haruskah kita membeli pakaian sebelum kembali ke kantor?” Tawar Hye Sung, Sekertarisku.

“Tidak perlu, lagi pula ini tidak terlalu banyak,” Sanggahku.

 “Tapi itu menjadi tembus pandang--”

“Ige Haera-shi, kau bisa pakai ini,”




Author POV


“Ige Haera-shi, kau bisa pakai ini,” Sebuah jas hitam telah tersodorkan bagi Yoon Haera. Merasa tak enak untuk menolak, Haera tetap menerimanya meski sedikit enggan. Tapi toh Haera memang membutuhkannya. Menerima sodoran jas hitam itu lebih baik dari pada ia harus mengobral bagian tubuhnya melalui kemeja putih yang basah itu. 

“Gomapseumnida, maaf merepotkan.” Haera berterima kasih pada namja yang telah bersedia merelakan jas kerjanya untuk Haera.

 “Tak apa,” Balas namja bernama Park Tae Hyun itu diiringi sebuah anggukan. 
Tanpa diketahui, salah satu orang disana harus mati-matian menahan rasa kesalnya. Kesal, karena nyatanya ia kalah cepat dari Park Tae Hyun selaku Assistant-nya.

Sejak awal mengetahui baju yeoja itu basah, ia telah berniat meminjamkan jas-nya pada yeoja itu. Tapi nyatanya, ia harus mengaku kalah dari Assistent-nya, kalah dalam artian lambat. Ia telah melepas jas dari tubuhnya, namun tangannya ragu untuk langsung menyodorkan benda bernama jas itu. Ia ragu. Apabila yeoja itu akan menolaknya. Hingga rasa ragu itu yang mengakibatkan ia menjadi terlihat seperti orang bodoh. 

Acara makan siang bersama antara pekerja Taehan Group dan Cho Corp untuk pertama kalinya itu telah berakhir. Lantas semua telah bersiap untuk melanjutkan ke pekerjaan mereka.

“Terima kasih untuk kebersamaan hari ini,” Sebelum mengakhiri perpisahan, Kyuhyun menyempatkan diri untuk memberi ucapan terima kasih pada rekan-rekan kerjanya.


“Ye. Kami juga senang bisa menghabiskan makan siang bersama mu, Presdir Cho,” Oh Hye Sung membalas. 


Yoon Haera berdiri ditepi jalan menanti Hye Sung mengambil mobil ditempat parkir. Sama seperti namja disebelahnya, Cho Kyuhyun berdiri tak jauh dari Haera sembari menunggui Assistant-nya. Sejenak pandangan mereka bertemu, Haera langsung melengos kearah lain. Bertepatan dengan itu, mobil yang dikendarai oleh Hye Sung telah sampai. Tak menghiraukan sekitarnya, Haera berjalan menuju mobil tanpa memperhatikan sekitar jalan. Sementara tak jauh darinya ada sebuah sepeda motor yang sedang melaju kencang kearahnya. 

“Direktur  awas!” Spontan Oh Hye Sung berteriak dari jendela mobil menyadari sepeda motor sedang melaju kearah sang Direktur Taehan Group itu.


Tubuh orang itu seolah bergerak sendiri tanpa diperintah, Kyuhyun lantas menarik tubuh Haera dari jalur yang akan sepeda motor itu lalui. Yeoja itu yang sepertinya syok, dalam sekejap hanya dapat menutup kedua kelopak matanya. Seperkian detik, Haera merasa tak ada yang sakit disetiap inchi tubuhnya. Hangat, itulah yang malah dirasakannya. Ia merasakan nyaman yang amat sangat hingga enggan rasanya melepaskan diri dari posisinya sekarang. Ditambah bau aroma parfum yang begitu menenangkan  menusuk indera penciumannya. Kemudian Haera membuka perlahan kedua kelopak matanya. Mata Haera melebar ketika ia sadar, ia tengah bersandar pada sebuah dada bidang yang tertutup rapi oleh kemeja mahal. Sontak ia mundur beberapa langkah ke belakang. Menjauh dari orang yang telah menolongnya itu, melepaskan skinship yang terjadi diantara mereka. “Gomawo,” Satu kata itu terdengar begitu lirih dari bibir Haera. Setelah itu, ia berlalu dan masuk kedalam mobil yang berisikan Hye Sung.

“Direktur  gwaenchana? Kau tidak terluka kan? Apa ada yang sakit?” Oh Hye Sung langsung menyerbu pertanyaan-pertanyaannya yang sebenarnya tak perlu ditanyakan. “Heum,” Jawab Haera dengan sebuah gumaman. Lalu ia menyanggah lengan sebelah kanannya pada pinggiran kaca jendela yang tertutup dan memposisikan kepala pada  sanggahan tangannya untuk menatapi jalan. Seperti sebuah rekaman, pikirannya mengulang kembali peristiwa yang barusan dialaminya yang bersangkutan dengan orang itu. Mencoba merasakan ulang, rasa nyaman saat berada didalam pelukan orang itu, mencoba merasakan kembali rasa hangat yang tadi diberikan oleh orang itu. Rasa bahagia datang bersamaan dengan rasa sakit dihati Haera. Untuk pertama kalinya, ia merasakan hangatnya pelukan dari makhluk tampan bernama Cho Kyuhyun. Sementara disisi lain, ia merasa sakit akibat rasa bahagia itu. Mengapa ia harus merasa bahagia? Tak seharusnya ia bahagia atas peristiwa tadi. Itu pasti hanya sebuah kebetulan, bahkan jika Haera adalah orang lain, orang itu pasti akan menolongnya, pikir Haera. Ia mengasihani dirinya sendiri yang menurutnya tak pernah bisa berpikir rasional. Cinta itu selalu mampu menggiringnya kearah yang jauh dari kenyataan.

“Benar Direktur  tak apa-apa?” Lamunan Haera kontan terhenti ketika suara Oh Hye Sung lagi-lagi memenuhi indera pendengarannya.

“Jinjjaeyo,” 

“Untung saja tadi ada Presdir Cho yang menolongmu. Dia tidak hanya tampan, tetapi juga sangat baik, ne?” Sebuah dengusan yang malah ditunjukkan Haera sambil sekilas menatap Hye Sung tanpa minat pada topik pembicaraan mereka.


“Bagaimana Direktur rasanya dipeluk Presdir Cho? Coba saja aku yang berada diposisimu tadi,” Ocehan masih terus terlontar dari bibir yeoja berumur 23 ini.

“Bisakah kita membicarakan yang lain saja?” 


***



Suara detingan piring dan sendok mendominasi disebuah ruang makan. Orang-orang dimeja makan sana saling diam merasa tak ada yang perlu untuk diperbicarakan. Mereka terlarut menikmati makanan yang tersaji. Meski satu yeoja diantara dua yeoja dimeja makan sana tak ada niatan untuk menghabiskan makan malamnya hari ini. Berbagai pikiran menjadi topik pemikirannya. Terlebih setelah ia melewati hari ini. Beban pikirannya kian menumpuk hingga untuk mengisi energi pun sukar untuknya hingga tak memiliki nafsu untuk makan. 

“Haera-ya, Besok kau libur bukan?” Suara lembut seorang yeoja paruh baya memecah keheningan. 

“Benar, waeyo Eomma?”

“Maukah kau menemani Eomma?”




Haera POV


Banyak terdapat tumbuhan ilalang hijau berkeliaran menutupi tanah yang bergunduk lumayan tinggi itu. Didepan dua gundukan tanah tersebut terdapat keramik marmer berdiri tegak yang bertuliskan sebuah nama didalam marmer masing-masing. Eomma menggelar tikar lipat dan mulai mengeluarkan semua barang yang telah dipersiapkannya dari rumah. Mulai dari bunga Lily putih yang dibelinya saat perjalanan tadi, makanan ringan, lauk-pauk, nasi hingga dua botol air soda bernama Soju ditata rapi diatas tikar tadi. Beralih ke sebelah kiri dari gundukan tanah yang satu itu, Eomma melakukan lagi hal yang sama. Menggelar tikar dan menata makanan didepan marmer. Selesai ia melakukannya. Tubuh Eomma perlahan membungkuk hingga ketanah dan membiarkan kepalanya menyentuh tanah berlapiskan rumput hijau. Aku yang sejak tadi hanya menperhatikan Eomma, aku mulai memposisikan tubuh ini disebelah Eomma lalu bersujud menghadap satu marmer tersebut. Dari sudut mataku, dapat kulihat cairan bening telah lolos dari mata indah Eomma. Ia bersujud sambil menetaskan air matanya. Aku mengikuti  Eomma dan melakukan hal yang sama pada gundukan tanah yang satunya lagi. 

Kami duduk berhadapan dengan marmer hitam bertuliskan sebuah nama “Lee Seung Hyun”.  Air mata sesekali membasahi pipinya ketika membukakan semua makanan. 

“Yeobo, aku datang..” Gumamnya yang masih bisa diterka oleh indera pendengaranku.

“Mianhae.. Aku baru mengunjungimu setelah sekian lama. Mian.” Ujarnya diiringi air mata yang terus mengucur membasahi pipinya.


 “Hari ini tepat kepergian kalian dari dunia ini. 10 tahun, tak terasa kalian telah meninggalkanku selama itu, kumerasa baru kemarin kalian pergi, tapi nyatanya waktu berlalu begitu cepat. Kalian telah pergi 10 tahun, menyisakanku seorang diri didunia ini. Yeobo, aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Aku ingin kembali kesaat - saat yang pernah kita lalui dulu. Melewati hari bersamamu, tertawa bersamamu aku merindukan itu semua,” Sejenak kalimatnya terhenti digantikan oleh suara senggukkan kecil. Aku menggerakan tanganku, mengusap lembut punggungnya. Yang kuharap dapat memberikan kekuatan bagi Eomma. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan Eomma, ditinggalkan oleh orang yang kita cintai. Itu memang sangat menyesakkan. Sama halnya dengan diriku, aku merasakan betapa sakit dan sesaknya kehilangan orang yang paling ku cintai. Mereka pergi meninggalkanku, memulai hidup baru dialam yang berbeda denganku. Saat itu, kupikir ini tidaklah adil bagiku, mereka pergi dari dunia ini, meninggalkanku dan memulai hidup disana bersama-sama sementara diriku didunia ini meniti kehidupan seorang diri. Tapi bagaimanapun aku tak bisa menyalahkan dunia ini, bukankah hidup selalu seperti ini? Ada kalanya kita harus meninggalkan dunia ini jika waktunya telah tiba. Dan kuyakin suatu saat nanti aku dapat kembali bertemu dan berkumpul dengan mereka, dengan Appa dan Eomma-ku. Meski tak lagi didunia ini.

Terdengar suara deru mobil setelah aku mulai men-starter mobil. Disamping kursi kemudi yang kududuki, Eomma yang telah membuka pintu dan kemudian mulai memposisikan duduk di kursi sebelahku.
Mobil yang ku kemudikan telah melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan kompleks pemakaman tersebut. Didalam mobil Eomma terlihat tengah termenung seperti memikirkan sesuatu. Ia menjadi sedikit lebih pendiam sejak kunjungan kami pada dua gundukan tanah berumput tadi. Dan saat disana, tak sedikit kalimat-kalimat terlontar diiringi cairan bening. Eomma seolah tengah mencurahkan isi hatinya padahal sudah dengan jelas gundukan tanah itu tidak mungkin merespon apa yang Eomma katakan. 

“Eomma, boleh aku bertanya?” 

“Mwoga?” Sahutnya dengan suara lemah.

“Yang tadi itu.. Apa--?”

“Tadi adalah makam suamiku dan juga putraku,” Ungkapnya.  Setelah itu, Kami tenggelam lagi dalam keheningan. Aku sudah tak tahu apa lagi yang mesti kami bicarakan.




Author POV


“Andai saja dulu, peristiwa itu tidak pernah terjadi. Pasti mereka masih disini bersama dengan Eomma sampai detik ini. Eomma tidak akan pernah sendirian didunia ini.” Pikiran Presdir paruh baya itu menelaah kemasa lalu tepat peristiwa menyakitkan itu terjadi. Peristiwa yang hingga membuatnya sendirian didunia ini. Ia mengulas sedikit kejadian pahit itu pada yeoja muda yang sekarang telah dianggapnya putri.


Flashback

Siang itu, sebuah keluarga kecil telah bersiap untuk memulai perjalanan liburan dihari weekend. Mereka mempersiapkan banyak bawaan yang sekiranya dapat mereka perlukan untuk memulai liburan menyambut musim gugur di salah satu pantai terkenal di Busan. Untuk penyambutan musim baru, musim gugur keluarga itu telah berniat dari jauh-jauh hari akan memanfaatkan hari libur itu agar dapat berkumpul bersama. Berwisata di pantai Busan, contohnya. 
Mobil mewah hitam metalic itu bergerak dengan perlahan meninggalkan halaman rumah mewah yang menjadi tempat kediaman mereka. 
Suasana penuh kehangatan terpancar dari gambaran kebersamaan mereka. Mereka tertawa ria. Memiliki obrolan yang tampak seru. Dan sisi keromantisan pun tak terlewatkan dari pasangan suami istri itu. Sang istri tak jarang menyuapi sang suami dengan potongan-potongan buah yang ia persiapkan dari rumah. Sementara itu, putra mereka yang duduk dikursi belakang menenggelamkan diri bersama sebuah benda kubus bernama kubik. 


“Appa, kapan Appa akan mengajakku menonton pertandingan Bassebal? Bukankah Appa sudah janji padaku jika aku bisa mendapat peringkat pertama,” Namja berumur 14 tahun itu mengeluarkan suaranya, menagih janji yang pernah terlontarkan oleh sang Appa.

“Ah mian. Appa lupa. Bagaimana kalau akhir minggu ini?” Lalu remaja namja itu pun bersorak senang. Kedua orang dewasa dikursi depan tersenyum sembari menengok kearah belakang. Menyaksikan reaksi gembira dari putra mereka. Tanpa disadari didepan mereka, sebuah mobil truk besar melaju dengan ugal-ugalan dan memiliki kecepatan yang sangat tinggi. 
Sedetik selanjutnya.. Suara hantaman terdengar begitu nyaring dan menusuk telinga. Peristiwa tabrakan itu tak terhindarkan lagi.

Flashback end


“Tapi setidaknya ada hikmat dibalik peristiwa menyedihkan itu. Sejak peristiwa itu, Eomma sadar semua yang ada didunia ini memiliki waktunya tersendiri. Waktu yang mengambil mereka dari sisi Eomma dan waktu pula yang mempertemukan Eomma denganmu. Kau datang dalam hidup Eomma, memusnahkan kesendirianku didunia ini. Kau seperti obat yang menyembuhkan rasa sakitku. Hanya kau satu-satunya yang Eomma punya saat ini. Berjanjilah kau tidak akan pernah meninggalkan Eomma, jangan buat Eomma sendiri lagi didunia ini. Kau putriku,” Mata sembab nan teduh itu menatap Haera penuh kelembutan. Ia hanya meminta kepastian dari yeoja muda disebelahnya, kepastian agar tak meninggalkannya seperti mendiang Suami dan Putranya. Tangan kiri Haera bergerak menggenggam lembut jemari Nyonya Hwang.

“Eomma, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku dan Jong Hyun akan selalu bersamamu dan menemanimu. Bukankah kita sama didunia ini? Aku pun tak memiliki siapapun didunia ini. Kita sama Eomma. Meski sejujurnya, aku takut Eomma yang akan meninggalkan aku. Aku takut aku tak berarti apapun bagi Eomma. Aku takut aku adalah orang yang tidak berguna...”

“Ani,” Sanggah Nyonya Hwang cepat.

“Haera-ya, Kau sangat berarti bagi Eomma. Kau adalah putriku sejak saat itu dan sampai kapan pun kau tetap putriku. Aku tak akan pernah meninggalkanmu..”




To Be Continue..


RCL don’t forget. Kudu, harus, wajib ne?

 Dan mian kalau ada typo.

3 komentar:

Ganes' Blog on 30 November 2013 pukul 00.21 mengatakan...

lanjutannya cepetan chin...!!! :)

Unknown on 10 Desember 2013 pukul 09.44 mengatakan...

Kereeennnnn

Unknown on 13 Desember 2013 pukul 23.48 mengatakan...

makin kesini makin bikin penasaran.. kyu sama haera itu di masa lalu udh nikah gtu ya? ahh penasaran!

Posting Komentar

 

Chindy Agryesti Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting