Author : Chindy Agryesti.
Facebook : Chindy Agryyesti Horvejkul
Facebook : Chindy Agryyesti Horvejkul
Twitter : @Chindy404
Cast :
Cast :
·
Cho Kyuhyun
·
Yoon Haera
·
Yoon Ji Hoon
·
Lee Donghae
·
Shin Ji Hyun
Genre : AU!, Romance, Little Hurt.
Rating : PG15
Length : Chapter
This is my first fanfiction. This story is my real story of my life. Walaupun gak sepenuhnya. Hanya awal dari cerita ini saja.
Masa-masa sekolah yang tak terlupakan , oleh karena itu author tuangkan dalam fanfiction ini. Hanya sekedar ingin membagi pengalaman dari ceritaku kepada readers semua.
Mian sebelumnya kalau fanfiction ini jelek, atau gak nyambung ceritanya.
Recommended song :
. 2AM – I Wonder If you Hurt Like Me.
. Suzy – I Still Love You.
. Lee Jung – Sad Love.
Rating : PG15
Length : Chapter
This is my first fanfiction. This story is my real story of my life. Walaupun gak sepenuhnya. Hanya awal dari cerita ini saja.
Masa-masa sekolah yang tak terlupakan , oleh karena itu author tuangkan dalam fanfiction ini. Hanya sekedar ingin membagi pengalaman dari ceritaku kepada readers semua.
Mian sebelumnya kalau fanfiction ini jelek, atau gak nyambung ceritanya.
Recommended song :
. 2AM – I Wonder If you Hurt Like Me.
. Suzy – I Still Love You.
. Lee Jung – Sad Love.
------------------------------------------Happy reading
all-----------------------------------------------
Mencintaimu adalah
hal terindah terindah dalam hidupku, meskipun itu menyakitkan. Namun selamanya
akan tetap seperti itu. Saranghae Cho Kyuhyun.
(Haera Quotes)
Cinta itu datang dengan sendirinya, memenuhi hati dan pikiranku. Membuatku
menjadi namja paling bodoh yang telah menyia-nyiakan cinta mu yang begitu
tulus.
(Kyuhyun Quotes)
Part 2 began :
Haera POV
Beberapa hari yang lalu. Aku mengajukan surat lamaran pekerjaan di Cho Corp, salah satu perusahaan terbesar di Korea, selain perusahaan Appa-ku. Dan hari ini mendapat panggilan untuk melakukan wawancara.
Awalnya semua keluargaku melarang keputusaan ku untuk bekerja diperusahaan lain. Mereka semua menyuruhku bekerja diperusahaan Appa. Namun aku bersikeras menolak karena aku pasti akan merasa terbebani jika aku bekerja diperusahaan Appa. Terbebani dengan statusku sebagai putri Tn. Yoon, sang pemilik perusahaan. Itu posisi yang tidak nyaman bagiku. Aku ingin bekerja dimana aku bisa memulai karierku dari tingkat paling awal dan menunjukkan semua kemampuan yang aku miliki.
Setelah merengek berbagai cara, akhirnya Eomma dan Appaku mengizinkan anaknya ini untuk bekerja diperusahaan yang aku ingini. Mereka memang paling tidak bisa menolak keinginanku. Entah mengapa dari semua perusahaan di Korea , aku sangat tertarik dengan Cho Corp. Mungkin karena perusahaan itu perusahaan terbesar di Korea?
Aku berdiri didepan bangunan yang berdiri megah dihadapanku. Aku menarik nafas dan meembuangnya perlahan, mencoba menenangkan diriku agar tidak gugup saat diwawancarai nanti. Aku mulai melangkahkan kaki masuk kedalam gedung ini.
Beberapa hari yang lalu. Aku mengajukan surat lamaran pekerjaan di Cho Corp, salah satu perusahaan terbesar di Korea, selain perusahaan Appa-ku. Dan hari ini mendapat panggilan untuk melakukan wawancara.
Awalnya semua keluargaku melarang keputusaan ku untuk bekerja diperusahaan lain. Mereka semua menyuruhku bekerja diperusahaan Appa. Namun aku bersikeras menolak karena aku pasti akan merasa terbebani jika aku bekerja diperusahaan Appa. Terbebani dengan statusku sebagai putri Tn. Yoon, sang pemilik perusahaan. Itu posisi yang tidak nyaman bagiku. Aku ingin bekerja dimana aku bisa memulai karierku dari tingkat paling awal dan menunjukkan semua kemampuan yang aku miliki.
Setelah merengek berbagai cara, akhirnya Eomma dan Appaku mengizinkan anaknya ini untuk bekerja diperusahaan yang aku ingini. Mereka memang paling tidak bisa menolak keinginanku. Entah mengapa dari semua perusahaan di Korea , aku sangat tertarik dengan Cho Corp. Mungkin karena perusahaan itu perusahaan terbesar di Korea?
Aku berdiri didepan bangunan yang berdiri megah dihadapanku. Aku menarik nafas dan meembuangnya perlahan, mencoba menenangkan diriku agar tidak gugup saat diwawancarai nanti. Aku mulai melangkahkan kaki masuk kedalam gedung ini.
Skip >>>
“Yoon Haera-sshi, selamat anda diterima diperusahaan ini.” Ucap salah satu staff yang kulihat bernama Kim Ji Hoo diname-tag miliknya.
“Kamsahamnida.” Sahutku penuh semangat sambil menundukkan kepalakku sebagia tanda hormat dan terima kasih. Setelah mendengar berita menyenangkan itu, aku bergegas meninggalkan gedung yang sebentar lagi akan menjadi tempat kerjaku.
Author POV
Buukkk!
“Aawww!!” ringis seorang yeoja. “Gwaenchana?” Tanya namja yang telah menabrak yeoja itu. “Ne, gwaenchana.” Balas yeoja itu.
“Mianhae, aku sedang terburu-buru. Sekali lagi mianhae..” ucap namja itu lagi sebelum ia benar-benar pergi. Lalu sang yeoja yang baru saja tertabrak pun memasuki Handle and Gretel yang di tujunya.
Matanya berkeliling mencari seseorang sampai
ada seseorang yang mengangkat tangan mengartikan kalau ia sedang berada disana.
Yeoja itu tersenyum lalu berjalan menghampir tempat namja itu berada.
“Oppa...” Seru yeoja itu.
“Ji Hyun-ah wasseo? Anjayeo!” Sapa namja itu
kepada yeoja yang bernama Shin Ji Hyun itu.
“Oppa, sudah lama?” Tanya Ji Hyun.
“Anni, oppa juga baru saja sampai.” Balas
kyuhyun. Ji Hyun hanya mengangguk kecil.
“Oppa belum makan siang, kan?” kembali Ji Hyun bertanya kepada Kyuhyun.
“Ne, Belum..” Kyuhyun hanya menjawab seadanya.
“Georeom, oppa ingin makan dimana?”
“Terserah kau saja..”
“Hemm.. yasudah kajja.” Mereka bangkit dan
meninggalkan Handle and Gretel tersebut.
Haera POV
Sudah hampir setengah jam aku menunggu nya
disini. Menunggu sahabat lamaku,
Lee Donghae. Sahabatku ketika SMA dulu selain Eunji pastinya. Satu-satunya
sahabat namja yang sangat dekat dengan ku. Ia merupakan murid pindahan dari
Jepang. Saat mengenalnya, entah mengapa aku merasa cocok berteman dengannya.
Tadinya setelah dari kantor. Aku berniat
langsung pulang namun memikirkan besok aku sudah harus bekerja berarti aku
sudah tidak punya banyak waktu luang lagi untuk sekedar bersantai-santai.
Sehingga sepulang dari kantor aku langsung membuat janji dengan Donghae untuk
bertemu dengan nya. Aku sudah sangat merindukannya.
“Yoon Haera?” Tanya seseorang padaku yang sudah
dapat kutebak ialah orang yang kutunggu. Lee Donghae.
“Hyaaa~ Kau amnesia?” Seruku padanya.
“Bukan sepert itu, Aku hanya tidak mengenalimu.”
Ucapnya lalu duduk dihadapanku
“4 tahun tidak bertemu kau banyak berubah
Haera-ya. Kau semakin cantik.” Ujar Donghae menggodaku.
“Oh georeom.
Aku bukan Haera yang dulu.” Sahutku cepat.
“Kau sudah memesan makanan?” Tanya Donghae yang menurut ku mengalihkan pembicaraan.
“Belum.. “ Jawabku singkat.
“Kau mau pilih apa?” tanya Donghae memberikan ku menu makanan yang dipegangnya.
“Aku ingin Sphagetti dan Orange juice.” Ujarku menentukan makanan dan minuman. Setelah mencatat pesanan ku dan Donghae pelayan itu pun berlalu.
“Bagaimana sekolahmu di Germany?”
“Hm, Aku sudah menyelesaikan nya.”
“Hm, Aku sudah menyelesaikan nya.”
“Kau sedang tidak bercanda kan?” Tanya Donghae
seperti tidak percaya.
“Jinjjaeyo, aku memang sudah menyelesaikannya dan bahkan aku
mendapat predikat mahasiswi terbaik. Hebatkan aku?” Tutur ku bangga. Kulihat
Donghae hanya terkekeh pelan mendengar penuturan naris ku.
“Jadi kau akan tinggal di Korea lagi?” Aku
hanya menganggukkan kepalaku.
“Jadi kita bisa sering bertemu seperti dulu kan?”
“Tidak bisa.” Jawabku pura-pura ketus.
“Waeyo?” tanyanya bingung.
“Karena sekarang aku sudah bekerja.” Balasku.
“Jinjja? Eoddi? Memang ada perusahaan yang
ingin menampung karyawan yang berisik seperti mu?”
“Aissshh! Kau masih sama menyebalkannya seperti
dulu.” Gumamku mengerucutkan bibirku.
“Hahaha~ aku hanya bercanda. Dimana kau
bekerja?”
“Aku diterima di Cho Corp.”
“Kau tidak salah bekerja disana?”
“Anni, geundae waeyo?”
“Ahh! Ani.”
“Hya~ katakan saja memang kenapa?” Pintaku.
“Hya~ katakan saja memang kenapa?” Pintaku.
“Tidak, tidak kenapa-kenapa.” Aku tahu ada yang
ia sembunyikan dariku. Sesuatu yang tidak ingin ia katakan padaku.
“Ngomong-ngomong apakah kau tahu bagaimana
kabar Eunji?” Sambungnya lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.
“Anni, molla. Kabar terakhir yang kudengar darinya, ia pergi ke Jepang untuk kuliah.”
“Pasti akan tambah seru jika kita bisa
berkumpul seperti dulu?” ujar Donghae.
Author POV
Di pagi hari yang cerah dan suara kicauan
burung yang masih dapat didengar menandakan hari belum begitu siang. Di dalam kamar nya, terlihat Haera yang sibuk
dan terburu-buru. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Ia tidak ingin
terlambat dihari pertama nya. Ia pasti ingin menunjukkan kesan yang baik.
“Haera-ya, ayo sarapan dulu chagi.” ucap Ny.Yoon mengajak putrinya untuk sarapan.
“Hhh! eomma aku sudah tidak punya banyak waktu lagi. Nanti saja aku sarapan di kantor. eomma na halkke.” Ucap Haera berpamitan dan
langsung keluar dari rumahnya lalu memasuki mobilnya.
Setelah Kurang lebih 30 menit berkutat pada stir mobilnya menempuh jarak rumah ke kantornya. Akhirnya Haera pun tiba ditempat yg ditujunya.
“Anneyong haseyo.” Sapa Haera saat tiba dibagian receptionis.
“Nn Yoon Haera?” Tanya sang receptionis.
“Ne, Yoon Haera imnida.” Jawab Haera sigap.
“Mari ikuti saya.” Haera pun mengikuti kata-kata nya dan berjalan dibelakang receptionis itu.
Skipp >>
“Ini ruangan kerjamu
Haera-sshi.” Ucap Lee Ji Hye, sang Receptionis itu.
“Kamsahamnida…” Balas
Haera sambil membungkuk kan tubuhnya.
Nyaman dan tidak buruk
, kesan itulah yang didapat Haera saat memasuki ruangan yang akan menjadi
tempat kerjanya.
Tok..tok..tok…
“Masuk.” Sahut Haera.
“Igeo, tugas pertama
mu. Kau diminta untuk membuat laporannya.” Ucap Park Seul Rin, salah satu
karyawan diperusahaan ini.
“Jika kau sudah
menyelesaikannya, tolong diantarkan ke ruangan Presdir Cho.” Sambung Seul Rin.
“Ne, arraseo..” Ujar
Haera singkat.
‘Presdir Cho? Apakah ia?’ dalam hati Haera
membatin mendengar Presdir-nya bermarga Cho.
Tidak butuh waktu lama
untuk seorang Yoon Haera membuat laporan.
‘Bukan hal yang sulit!’ serunya dalam hati
setelah menyelesaikan tugasnya. Lalu ia pun beranjak dari kursinya dan keluar
dari ruangannya.
Kini ia berada di depan
sebuah ruangan yang ia sendiri masih ragu untuk di masukinya. Apakah benar ini
ruangan Presdir Cho. Akan sangat memalukan jika ia sampai salah memasuki
ruangan dihari pertamanya bekerja. Haera pun memberanikan
diri mengetuk pintu dihadapan nya.
“Ye, masuk..” Teriak
satu suara dari dalam. Ia pun mulai
menekan kenop pintu dan mulai terlihatlah ruangan yang didominasi yang berwarna
biru itu.
Perlahan ia masuk ke
ruangan itu namun Haera masih belum bisa melihat orang didalamnya. Karena
orang itu yang duduk membelakangi meja kerjanya.
“Anneyong Haseyo, ige
laporan yang….” Belum sempat melanjutkan kata-katanya. Haera terpengarah
melihat sesosok yang baru saja membalikkan tubuhnya.
“Letakkan saja disana.”
Ucap namja itu yang belum melihat siapa yeoja yang mengantarkan laporan
tersebut.
Haera POV
Dia. Kenapa? Kenapa aku
harus benar-benar kembali bertemu dengannya lagi? Kenapa dunia begitu sempit?
Aku harus kembali berhadapan dengannya lagi dengan kenyataan ia adalah Presdir
diperusahaan ini.
“Eotteokhajyeo!” ucapku
dalam hati.
Kulihat saat ia
melihatku. Ia sama terkejutnya denganku.
“Aku permisi..” Ucapku
dengan nada seformal mungkin. Aku tidak ingin lebih lama melihatnya lagi.
Melihat namja itu
membuat ku merasa menjadi orang paling bodoh terlebih lagi saat SMA dulu. Namja
itu, namja yang dengan rakusnya memenuhi seluruh ruang dihatiku, tanpa ada
sedikit celah yang disisakan olehnya.
Kyuhyun POV
Aku terkejut, sangat terkejut mengetahui yeoja yang dihadapan ku adalah dia. Yeoja itu, yeoja yg kugantung kan selama 7 tahun ini, yeoja yang ku tahu sangat menyukaiku saat High School dulu.
Ia juga sangat terkejut mengetahui orang yang duduk disini adalah aku. Kulihat ia sedikit gugup melihatku. Matanya tidak berani menatapku .
Aku terkejut, sangat terkejut mengetahui yeoja yang dihadapan ku adalah dia. Yeoja itu, yeoja yg kugantung kan selama 7 tahun ini, yeoja yang ku tahu sangat menyukaiku saat High School dulu.
Ia juga sangat terkejut mengetahui orang yang duduk disini adalah aku. Kulihat ia sedikit gugup melihatku. Matanya tidak berani menatapku .
“Permisi, aku harus kembali bekerja.”
Ucapnya seraya keluar dari ruanganku.
Apakah ia marah padaku? Hal yang wajar jika ia marah atau benci padaku. 7 tahun aku menggantungnya, memainkan perasaannya.
“Mianhae..” Gumamku. 1 hal yang mengganjal pikiranku. Mengapa ia bisa bekerja disini? Berita terakhir yang kudengar tentangnya 4 tahun yang lalu. Ia kuliah di Germany. Dan sekarang ia telah kembali? Begitukah kesimpulannya?
Ddrrttt..
“Yeoboseyo..”
“Oppa, kau sudah makan siang?” seru satu suara berasal dari ponselku.
“Belum.” jawab ku singkat.
“Kajja, kita makan bersama.” Ajak Shin Ji Hyun, yeoja yang kini berstatus yeojachingu-ku.
“Ne kajja.” Jawabku lalu mengakhiri panggilan ini.
Shin Ji Hyun, yeoja yang memenuhi ruang hatiku selama 3 tahun belakangan ini.
Author POV
Detik demi detik.
Hari demi hari yang terus berganti pun dilalui oleh Haera. Hal yang sangat berat tentunya. Melewati setiap waktunya dengan berhadapan orang yang sebenarnya tidak ingin ia lihat. Namun kenyataan tidak mendukung keinginannya. Pekerjaan, alasan yang membuat setiap harinya Haera harus bertemu dengan namja itu. Haera merasa risih dan takut jika berhadapan dengan Kyuhyun.
Apakah ia marah padaku? Hal yang wajar jika ia marah atau benci padaku. 7 tahun aku menggantungnya, memainkan perasaannya.
“Mianhae..” Gumamku. 1 hal yang mengganjal pikiranku. Mengapa ia bisa bekerja disini? Berita terakhir yang kudengar tentangnya 4 tahun yang lalu. Ia kuliah di Germany. Dan sekarang ia telah kembali? Begitukah kesimpulannya?
Ddrrttt..
“Yeoboseyo..”
“Oppa, kau sudah makan siang?” seru satu suara berasal dari ponselku.
“Belum.” jawab ku singkat.
“Kajja, kita makan bersama.” Ajak Shin Ji Hyun, yeoja yang kini berstatus yeojachingu-ku.
“Ne kajja.” Jawabku lalu mengakhiri panggilan ini.
Shin Ji Hyun, yeoja yang memenuhi ruang hatiku selama 3 tahun belakangan ini.
Author POV
Detik demi detik.
Hari demi hari yang terus berganti pun dilalui oleh Haera. Hal yang sangat berat tentunya. Melewati setiap waktunya dengan berhadapan orang yang sebenarnya tidak ingin ia lihat. Namun kenyataan tidak mendukung keinginannya. Pekerjaan, alasan yang membuat setiap harinya Haera harus bertemu dengan namja itu. Haera merasa risih dan takut jika berhadapan dengan Kyuhyun.
Takut? Takut semua rasa itu kembali
menguasai dirinya.
“Haera-sshi, kau ikut dengan kami kan?” Tanya salah satu staff karyawan yeoja yang bernama Park Sung Ra itu.
Hari ini mereka berencana makan malam bersama untuk merayakan keberhasilan proyek yang mereka tangani. Suatu kebiasaan bagi orang Korea untuk merayakan setiap keberhasilan yang diraihnya.
“Nde?” Ucap Haera terkejut mendengar ajakkan Sung Ra, salah satu reka kerjanya diperusahaan ini.
“Ah anni, kurasa aku tidak ikut. Aku ingin makan masakan rumah saja.” Tolak Haera saat menyadari semua orang menatap dirinya menanti jawabannya.
“Aishh~ kita kan jarang-jarang makan malam bersama, lagi pula anggap saja ini perayaan atas kerja keras kita selama sebulan ini.” Jelas Sung Ra panjang lebar masih berusaha membujuk Haera agar ikut bersama mereka.
“Geundae...” Belum sempat Haera menyampaikan alasannya. Sung Ra sudah langsung memotong ucapan Haera.
“Ah sudah kajja. Aku tidak terima penolakan.” Sambar Sung Ra yang langsung menggandeng lengan Haera.
Haera POV
“Haera-sshi, kau ingin Soju?” Tawar salah satu rekan kerjaku sambil menuangkan Soju kedalam gelasku. Sebenarnya aku tidak suka minum. Namun karena malam ini perayaan keberhasilan proyek kami. Tidak enak jika aku harus menolaknya. Ingin tidak ingin, aku tetap meminum nya. Baru satu gelas soju, itu sudah dapat membuat kepalaku sudah berkunang-kunang namun aku tetap menjaga kesadaran tubuh diriku.
Ku lihat ia, orang disebrang ku. Ia sudah mabuk seperti itu, namun tetap saja bersikukuh terus melanjutkan minum-nya. Ia bukan seperti sedang minum Soju melainkan seperti orang yang habis lari marathon. Aku terus memperhatikan gerak-geriknya hingga sampai akhirnya mata kami saling bertemu satu sama lain. Namun aku segera membuang pandangan ku kearah lain. Aku tidak ingin ia mengetahui bahwa aku sedang memandanginya dan berpikiran bahwa aku masih mencintainya. Walaupun pendapat itu memang benar adanya.
Dilubuk hatiku paling dalam, aku memang masih menyimpan semua perasaanku untuk nya. Perasaan ku masih tertata rapi untuknya. Aku masih sangat mencintainya dan masih sangat mengharapkan nya.
“Haera-sshi, kau ikut dengan kami kan?” Tanya salah satu staff karyawan yeoja yang bernama Park Sung Ra itu.
Hari ini mereka berencana makan malam bersama untuk merayakan keberhasilan proyek yang mereka tangani. Suatu kebiasaan bagi orang Korea untuk merayakan setiap keberhasilan yang diraihnya.
“Nde?” Ucap Haera terkejut mendengar ajakkan Sung Ra, salah satu reka kerjanya diperusahaan ini.
“Ah anni, kurasa aku tidak ikut. Aku ingin makan masakan rumah saja.” Tolak Haera saat menyadari semua orang menatap dirinya menanti jawabannya.
“Aishh~ kita kan jarang-jarang makan malam bersama, lagi pula anggap saja ini perayaan atas kerja keras kita selama sebulan ini.” Jelas Sung Ra panjang lebar masih berusaha membujuk Haera agar ikut bersama mereka.
“Geundae...” Belum sempat Haera menyampaikan alasannya. Sung Ra sudah langsung memotong ucapan Haera.
“Ah sudah kajja. Aku tidak terima penolakan.” Sambar Sung Ra yang langsung menggandeng lengan Haera.
Haera POV
“Haera-sshi, kau ingin Soju?” Tawar salah satu rekan kerjaku sambil menuangkan Soju kedalam gelasku. Sebenarnya aku tidak suka minum. Namun karena malam ini perayaan keberhasilan proyek kami. Tidak enak jika aku harus menolaknya. Ingin tidak ingin, aku tetap meminum nya. Baru satu gelas soju, itu sudah dapat membuat kepalaku sudah berkunang-kunang namun aku tetap menjaga kesadaran tubuh diriku.
Ku lihat ia, orang disebrang ku. Ia sudah mabuk seperti itu, namun tetap saja bersikukuh terus melanjutkan minum-nya. Ia bukan seperti sedang minum Soju melainkan seperti orang yang habis lari marathon. Aku terus memperhatikan gerak-geriknya hingga sampai akhirnya mata kami saling bertemu satu sama lain. Namun aku segera membuang pandangan ku kearah lain. Aku tidak ingin ia mengetahui bahwa aku sedang memandanginya dan berpikiran bahwa aku masih mencintainya. Walaupun pendapat itu memang benar adanya.
Dilubuk hatiku paling dalam, aku memang masih menyimpan semua perasaanku untuk nya. Perasaan ku masih tertata rapi untuknya. Aku masih sangat mencintainya dan masih sangat mengharapkan nya.
Kukira setelah aku pergi 4 tahun yang
lalu membawa perasaan ini sendiri. Aku pikir aku pasti bisa melupakannya. Namun
nyatanya nihil. Tak sekalipun ia tidak menggenangi pikiran ku. Sudah terlalu
banyak tentangnya dipikiranku.
“Haera-sshi, bisakah kau mengantar Tn. Cho. Dia sudah mabuk berat. Dan aku akan mengantar yang lain. Bukankah rumah kalian searah?” Saran Sung Ra. Aku tidak mungkin menolak untuk mengantar nya pulang. Karena hanya ada beberapa dari kami yang masih sadar. Sedangkan yang lain? Mereka semua mabuk termasuk namja itu, Cho Kyuhyun.
“Haera-sshi, bisakah kau mengantar Tn. Cho. Dia sudah mabuk berat. Dan aku akan mengantar yang lain. Bukankah rumah kalian searah?” Saran Sung Ra. Aku tidak mungkin menolak untuk mengantar nya pulang. Karena hanya ada beberapa dari kami yang masih sadar. Sedangkan yang lain? Mereka semua mabuk termasuk namja itu, Cho Kyuhyun.
“Ah, baiklah.” Dengan bantuan beberapa orang yang masih sadar, aku berhasil juga memasukkan orang itu kedalam mobilku. Di dalam mobil, ia tertidur sesaat sebelumya ia berkicau tak jelas.
“Akhirnya sampai juga.” Gumamku setelah tiba di halaman rumah mewah itu.
Ku ketuk perlahan pintu rumah mewah ini. Tidak lama kemudian pintu pun terbuka.
“Aigoo~ Kyuhyun-ah. Ada apa dengannya?” Tanya yeoja paruh baya itu sedikit cemas.
“Dia mabuk, setelah tadi kami makan malam bersama.” Jawabku seramah mungkin.
“Bisakah kau membawanya ke kamar?” Pinta yeoja paruh baya itu.
'Padahal ini sudah di rumahnya. Tapi
mengapa lagi-lagi harus aku?' Dalam hati aku mengeluh.
Dengan segala usaha, akhirnya aku berhasil membawa ke kamarnya. Setelah merebahkan tubuhnya diranjang. Aku berniat meninggalkannya. Namun ada sesuatu yang menahan lenganku. Tiba - tiba tubuhku terdorong untuk berbalik. Dan aku merasa ada yang aneh dibibir ku. Mataku melotot seketika menyadari apa yang tengah ia lakukan padaku. Ia menciumku! Aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Yang kulakukan kini hanyalah diam mematung. Membiarkan ia terus melumat bibirku.
Sampai akhirnya ia sendiri yang melepaskan tautan bibir kami dan langsung kembali ke posisi tidurnya lagi. Hhhh! Bodoh! Bagaimana bisa aku terbelenggu hanya karena sebuah ciuman yang kuyakini ia tidak sadar telah melakukan itu. Sungguh menyedihkan diriku! Ku kecewa, ciuman pertamaku direbut nya seperti ini.
Kyuhyun POV
“Eugghhh..” Lenguhan terdengar saat mataku mulai terbuka akibat sinar surya yang memasuki ke dalam kamar ku. Kepala ku terasa sangat berat dan tubuhku lemas. Kuedarkan pandangan kesekitar ku.
Dengan segala usaha, akhirnya aku berhasil membawa ke kamarnya. Setelah merebahkan tubuhnya diranjang. Aku berniat meninggalkannya. Namun ada sesuatu yang menahan lenganku. Tiba - tiba tubuhku terdorong untuk berbalik. Dan aku merasa ada yang aneh dibibir ku. Mataku melotot seketika menyadari apa yang tengah ia lakukan padaku. Ia menciumku! Aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Yang kulakukan kini hanyalah diam mematung. Membiarkan ia terus melumat bibirku.
Sampai akhirnya ia sendiri yang melepaskan tautan bibir kami dan langsung kembali ke posisi tidurnya lagi. Hhhh! Bodoh! Bagaimana bisa aku terbelenggu hanya karena sebuah ciuman yang kuyakini ia tidak sadar telah melakukan itu. Sungguh menyedihkan diriku! Ku kecewa, ciuman pertamaku direbut nya seperti ini.
Kyuhyun POV
“Eugghhh..” Lenguhan terdengar saat mataku mulai terbuka akibat sinar surya yang memasuki ke dalam kamar ku. Kepala ku terasa sangat berat dan tubuhku lemas. Kuedarkan pandangan kesekitar ku.
Ini kamarku? Benar, ini memang kamarku.
Bagaimana caranya aku bisa dikamar ku? Aku tidak ingat apa-apa. Terakhir yang
kuingat, tadi malam aku meminum Soju sangat banyak. Lalu siapa yang mengantar
ku pulang?
Ah! Lebih baik tidak usah kupikir kan. Palingan salah satu dari karyawanku yang mengantarku. Bukankah hal yang wajar seorang bawahan mengantar atasan nya pulang? Pikirku.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Aku kini sedang berada di ruang makan untuk sarapan.
“Yeoja yang tadi malam mengantarmu siapa Kyu?” Tanya eomma tiba-tiba.
“Nde?” Mendengar pertanyaan eomma yang tiba-tiba tentu saja membuatku sedikit kaget. Tidak biasanya eomma mengurusi hal seperti ini.
“Oh, jadi yang mengantarku yeoja.” ucapku datar.
“Jadi kau tidak tahu?” tanya Eomma sedikit heran.
“Molla, aku tidak ingat apa-apa.” balasku seadanya.
“Dia cantik eum.. Dan ramah pula.” Puji eomma kepada yeoja yang tadi malam mengantarku pulang, yang bahkan ku sendiri tidak tahu entah siapa dia.
Aku berjalan menyelusuri kantor yang telah menjadi tempat ku bekerja selama dua tahun ini. Aku hanya sesekali tersenyum kecil saat para karyawanku memberi hormat pada ku.
“Tn.Cho, Nona Ji Hyun ada diruangan anda.” Ucap Seul Rin, sekertaris-ku memberitahu. Aku hanya mengangguk kecil. Ku buka pintu ruangan kerjaku dan menampakkan seorang yeoja cantik yang kudapati sedang duduk dikursiku.
“Eoh, kau sudah sampai?” Sapa Ji Hyun padaku.
“Kau sudah lama?” Tanyaku seraya meletakkan tas kerjaku dimeja lalu menghampiri Ji Hyun.
“Ani, belum lama.” Balas Ji Hyun.
“Bogoshipeo..” Ucap Ji Hyun manja langsung memelukku yang seketika ku balas pelukannya.
“Nado chagi.” Sahutku.
“Kita semakin jarang bertemu oppa.” Terbesit kesalahan dalam diriku saat Ji Hyun mengatakan kalimat tersebut. Karena aku yang terlalu sibuk mengurusi pekerjaan sehingga melahap seluruh waktuku.
“Mianhae, ini semua karena pekerjaan ku. Jeongmal mianhae, ne?”
“Ne, aku mengerti. Gwaenchana oppa.” Balasnya disertai senyuman mengembang di bibirnya.
“Kau memang yang paling mengerti aku.”
Aku senang bisa memiliki yeoja yang pengertian sepertinya. Aku melepaskan pelukannya, mataku berarah memandangi wajah cantiknya. Perlahan ku majukan wajahku mendekati wajahnya. Ia telah memejamkan matanya. Seakan mengerti, apa yang hendak kulakukan. Ku miringkan wajahku, agar lebih mudah menjangkau bibirnya. Bibir ku telah sempurna menempel di bibirnya. Ku lumat lembut bibirnya menyalurkan kerindukan ku. Ia pun mulai menggerakkan bibirnya membalas ciumanku.
Ah! Lebih baik tidak usah kupikir kan. Palingan salah satu dari karyawanku yang mengantarku. Bukankah hal yang wajar seorang bawahan mengantar atasan nya pulang? Pikirku.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Aku kini sedang berada di ruang makan untuk sarapan.
“Yeoja yang tadi malam mengantarmu siapa Kyu?” Tanya eomma tiba-tiba.
“Nde?” Mendengar pertanyaan eomma yang tiba-tiba tentu saja membuatku sedikit kaget. Tidak biasanya eomma mengurusi hal seperti ini.
“Oh, jadi yang mengantarku yeoja.” ucapku datar.
“Jadi kau tidak tahu?” tanya Eomma sedikit heran.
“Molla, aku tidak ingat apa-apa.” balasku seadanya.
“Dia cantik eum.. Dan ramah pula.” Puji eomma kepada yeoja yang tadi malam mengantarku pulang, yang bahkan ku sendiri tidak tahu entah siapa dia.
Aku berjalan menyelusuri kantor yang telah menjadi tempat ku bekerja selama dua tahun ini. Aku hanya sesekali tersenyum kecil saat para karyawanku memberi hormat pada ku.
“Tn.Cho, Nona Ji Hyun ada diruangan anda.” Ucap Seul Rin, sekertaris-ku memberitahu. Aku hanya mengangguk kecil. Ku buka pintu ruangan kerjaku dan menampakkan seorang yeoja cantik yang kudapati sedang duduk dikursiku.
“Eoh, kau sudah sampai?” Sapa Ji Hyun padaku.
“Kau sudah lama?” Tanyaku seraya meletakkan tas kerjaku dimeja lalu menghampiri Ji Hyun.
“Ani, belum lama.” Balas Ji Hyun.
“Bogoshipeo..” Ucap Ji Hyun manja langsung memelukku yang seketika ku balas pelukannya.
“Nado chagi.” Sahutku.
“Kita semakin jarang bertemu oppa.” Terbesit kesalahan dalam diriku saat Ji Hyun mengatakan kalimat tersebut. Karena aku yang terlalu sibuk mengurusi pekerjaan sehingga melahap seluruh waktuku.
“Mianhae, ini semua karena pekerjaan ku. Jeongmal mianhae, ne?”
“Ne, aku mengerti. Gwaenchana oppa.” Balasnya disertai senyuman mengembang di bibirnya.
“Kau memang yang paling mengerti aku.”
Aku senang bisa memiliki yeoja yang pengertian sepertinya. Aku melepaskan pelukannya, mataku berarah memandangi wajah cantiknya. Perlahan ku majukan wajahku mendekati wajahnya. Ia telah memejamkan matanya. Seakan mengerti, apa yang hendak kulakukan. Ku miringkan wajahku, agar lebih mudah menjangkau bibirnya. Bibir ku telah sempurna menempel di bibirnya. Ku lumat lembut bibirnya menyalurkan kerindukan ku. Ia pun mulai menggerakkan bibirnya membalas ciumanku.
Ttok tok tok..
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruanganku. Belum sempat aku menyudahi ciuman ini, namun pintu langsung terbuka.
“Eo! Mianhae, jeongmal mianhae..” Sesal orang itu yang belum sempat kulihat wajahnya. Ia membungkuk kan tubuhnya berkali-kali.
“Sekali lagi, jeongmal mianhae. Maaf saya telah lancang.”
Ji Hyun hanya diam, mungkin ia malu
kepergok oleh karyawan ku.
Dapat kulihat siapa orang itu setelah ia menegakkan tubuhnya.
Kulihat ia menjadi tampak tergagap seketika dan wajahnya memerah.
Haera POV
Melihatnya kini sedang berciuman dengan yeojachingu-nya. Sakit? Mengapa hatiku begitu sakit? Dia bukan siapa-siapa ku tapi mengapa hatiku sakit?
Hatiku sungguh sakit dan perih melihat itu semua. Eomma, Appa adakah cara untuk mengurangi semua rasaa sakit ini?
Sudah cukup aku harus melihatnya setiap hari dan kini mengapa aku harus melihat kejadian menyakitkan itu? Betapa menyedihkan diriku!
Tidak kuat aku lama-lama harus berhadapan dengan pasangan itu. Setelah meminta maaf , aku segera melangkah pergi menuju atap gedung ini. Disini, aku menangis melampiaskan semua rasa sakitku.
“Pabo!”
“Neo jeongmal pabo Haera!” Rutukku pada diri sendiri dengan air mata tak henti mengalir dari sudut mataku.
Untuk apa aku menangis, memangnya siapa dia? Batinku merutukki kebodohanku.
“Eomma, kenapa begitu sakit disini?” racauku dengan tangan kanan memegangi dadaku. Mencintainya begitu menyakitkan bagiku.
Dapat kulihat siapa orang itu setelah ia menegakkan tubuhnya.
Kulihat ia menjadi tampak tergagap seketika dan wajahnya memerah.
Haera POV
Melihatnya kini sedang berciuman dengan yeojachingu-nya. Sakit? Mengapa hatiku begitu sakit? Dia bukan siapa-siapa ku tapi mengapa hatiku sakit?
Hatiku sungguh sakit dan perih melihat itu semua. Eomma, Appa adakah cara untuk mengurangi semua rasaa sakit ini?
Sudah cukup aku harus melihatnya setiap hari dan kini mengapa aku harus melihat kejadian menyakitkan itu? Betapa menyedihkan diriku!
Tidak kuat aku lama-lama harus berhadapan dengan pasangan itu. Setelah meminta maaf , aku segera melangkah pergi menuju atap gedung ini. Disini, aku menangis melampiaskan semua rasa sakitku.
“Pabo!”
“Neo jeongmal pabo Haera!” Rutukku pada diri sendiri dengan air mata tak henti mengalir dari sudut mataku.
Untuk apa aku menangis, memangnya siapa dia? Batinku merutukki kebodohanku.
“Eomma, kenapa begitu sakit disini?” racauku dengan tangan kanan memegangi dadaku. Mencintainya begitu menyakitkan bagiku.
Maafkan aku jika saat ini ku masih
mengharapkanmu.
Bukan maksud hatiku terus mengikuti jejak hidupmu.
Melupakanmu, hal yang tidak mampu ku lakukan.
Ajari aku membencimu, agar dapat ku melupakanmu.
Ajari aku merelakan mu, agar ku dapat melangkah tanpa bayang - bayangmu.
Ku tahu, cinta tidak dapat dipaksakan. Begitu pun perasaanku yang tidak dapat kuhindari, bahwa rasa itu masih ada untukmu.
Meski ku tahu, memilikimu hanyalah harapan semu. Namun izinkan aku tetap mencintaimu walau hanya sebatas dalam khayalan ku.
Author POV
Cukup lama Haera meenyendiri di tempat itu. Meluapkan semua rasa sakitnya.
Haera kembali melanjutkan pekerjaannya walaupun ingin sekali ia istirahat karena tubuhnya lemas setelah menangis cukup lama, terlebih lagi hatinya. Sangat lelah!
Bukan maksud hatiku terus mengikuti jejak hidupmu.
Melupakanmu, hal yang tidak mampu ku lakukan.
Ajari aku membencimu, agar dapat ku melupakanmu.
Ajari aku merelakan mu, agar ku dapat melangkah tanpa bayang - bayangmu.
Ku tahu, cinta tidak dapat dipaksakan. Begitu pun perasaanku yang tidak dapat kuhindari, bahwa rasa itu masih ada untukmu.
Meski ku tahu, memilikimu hanyalah harapan semu. Namun izinkan aku tetap mencintaimu walau hanya sebatas dalam khayalan ku.
Author POV
Cukup lama Haera meenyendiri di tempat itu. Meluapkan semua rasa sakitnya.
Haera kembali melanjutkan pekerjaannya walaupun ingin sekali ia istirahat karena tubuhnya lemas setelah menangis cukup lama, terlebih lagi hatinya. Sangat lelah!
Namun Haera bukanlah orang yang seperti
itu. Ia berusaha menjadi orang yang bertanggung jawab dan professional, yang
tidak mengaitkan masalah pribadinya dengan pekerjaan.
“Haera-sshi hari ini ada rapat. Mohon kumpul sekarang di ruang rapat.” Ujar Seul Rin.
“Ne, Seul Rin-sshi.” Balasku singkat.
Rapat? Bukankah berarti
Haera harus kembali melihat orang itu.
Seandainya ia punya
pilihan, ingin sekali ia hidup ditempat dimana ia tidak dapat bertemu dengan
namja itu.
Dengan langkah enggan,
Haera berjalan menuju ruang rapat. Semua karyawan di perusahaan ini telah
berkumpul, hanya tinggal menunggu seseorang yang sangat tidak ingin dilihat
Haera.
“Bisa kita mulai
sekarang?” Tanya satu suara, yang tak bukan dan tak lain adalah Kyuhyun, Presdir
di perusahaan itu yang baru saja tiba dari balik pintu.
“Ne..” Jawab para
karyawan serempak.
Seusai rapat, semua
karyawan segera kembali bekerja di tempatnya masing-masing. Satu per satu
karyawan meninggal kan ruangan rapat. Begitu pun dengan Haera, selesainya
rapat. Ia langsung bergegas keluar.
“Sung Ra-sshi…” Kata
Kyuhyun memanggil Park Sung Ra yang baru saja akan meninggalkan ruangan
tersebut.
“Ne, ada apa Presdir?”
Tanya Sung Ra.
“Tadi malam aku mabuk,
lalu apa kau tahu siapa yang mengantarku
pulang?” Tanya Kyuhyun to the point.
Tanpa bertele-tele.
“Ohh~ tentang itu. Yoon
Haera yang mengantarmu pulang tadi malam. Memangnya ada apa Presdir?”
“Ah anni, aku hanya
penasaran saja.” Jawab Kyuhyun mencari-cari alasan.
“Kalau begitu, saya
permisi dulu. Ada pekerjaan yang harus saya lakukan.” Pamit Sung Ra seraya
meninggalkan Kyuhyun yang mematung sambil terlihat berfikir. Entah apa yang
kini sedang dipikirkan nya?
Haera POV
Mungkin seperti inilah
takdir cintaku. Mencintai tanpa dapat memiliki.
Cinta bertepuk sebelah
tangan yang selalu menyiksaku.
Ku hempaskan kasar
tubuhku sesampainya aku tiba di kamarku. Ku pandangi langit-langit putih diatas
ku. Pikiranku tak menentu, entah apa yang kini sedang kupikirkan?
Tak terasa, dua bulir
air mataku jatuh menyelusuri pipiku tanpa kutahu karena apa aku menangis.
Tok..Tokk..
“Boleh oppa masuk
Haera-ya..?” Tanya Ji Hoon oppa dari luar kamarku.
“Ne..” Balasku
meng-iyakan lalu menghapus sisa-sisa air mata.
“Waeyo oppa?” Ji Hoon
duduk ditepi ranjangku. Ku ubah posisi ku menjadi duduk menghadap oppa-ku.
“Bisakah kau berhenti
dari pekerjaanmu dan membantu oppa di perusahaan Appa?” Aku tertegun. “Oppa
pasti disuruh Appa dan Eomma ne?” tebakku yang kurasa itu pasti benar.
“Oppa.. bukankah sudah
sering ku katakan pada kalian__”
“Ne, oppa tahu
alasanmu. Kau pasti merasa tidak nyaman harus bekerja diperusahaan Appa.
Begitukan?”
“Aku pasti tidak akan
nyaman jika aku bekerja diperusahaan Appa. Bekerja ditempat dimana semua orang
hanya memandang statusku. Aku tidak ingin seperti itu.” Jelasku.
“Tapi Haera-ya..”
“Mian oppa, bukannya
aku keras kepala. Aku hanya melakukan apa yang menurutku saat ini nyaman untuk
aku lakukan.” ‘Walaupun hatiku sebenarnya tidak nyaman’ sambungku dalam hati.
“Geurae.. Oppa juga tidak
dapat memaksamu.” Kata oppa seakan pasrah terhadapku.
“Ne. Gomawo oppa. Aku
yakin oppa dapat melakukan yang terbaik untuk perusahaan meski tanpa aku.”
Ucapku seakan memberi semangat pada Ji Hoon oppa. Oppa hanya tersenyum kecil
lalu mengacak-acak rambut ku lalu meninggalkan kamarku. Aku kembali berfikir
tentang ucapan oppa tadi, kembali mempertimbangkan nya lagi.
“Berhenti dari
perusahaan itu dan bekerja di perusahaan Appa? Haruskah aku melakukan itu agar
aku bisa melupakan nya?” Pikirku.
TBC~~
Sampai jumpa di part
berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar