Mianhae, Gomawo, Saranghae [미안해, 고마워, 사랑해 ]
Part 4
Author : Chindy Agryesti.
Facebook : Chindy Agryyesti Horvejkul
Twitter : @Chindy_0404
Cast :
·
Cho
Kyuhyun
·
Yoon Haera
Genre : AU!, Romance,
Little Hurt.
Rating : PG15
Length : Chapter
Recommended song :
. 2AM – I Wonder If you Hurt Like Me ‘atau’ S4 – Mungkin.
. Suzy – I Still Love You.
. Lee Jung – Sad Love.
. 2AM – I Wonder If you Hurt Like Me ‘atau’ S4 – Mungkin.
. Suzy – I Still Love You.
. Lee Jung – Sad Love.
Untuk dipart 4 ini. Author fokuskan dulu sama Haera. Jadi jangan heran ne? Kalau hampir seluruh part ini hanya menceritakan Haera doang. Tenang aja, Cuma dipart ini aja ko.
Ok, cekidot =)
Part 4 beggin.
----------------------------------------------Happy reading all------------------------------------------
Mencintaimu adalah hal terindah terindah dalam hidupku,
meskipun itu menyakitkan. Namun selamanya akan tetap seperti itu. Saranghae Cho
Kyuhyun.
(Haera Quotes)
Cinta itu datang dengan sendirinya, memenuhi hati dan pikiranku. Membuatku menjadi namja paling bodoh yang telah menyia-nyiakan cinta mu yang begitu tulus.
(Kyuhyun Quotes)
Haera
POV
Jadi peristiwa malam itu…
Ia
hanya menjadikan ku sebagai pelampiasan saja.
Sungguh menyedihkan dirimu, Yoon Haera!
Sungguh menyedihkan dirimu, Yoon Haera!
Air
mata terus saja keluar, sedangkan tubuhku kaku.
Mengapa
hidupku sangat menyedihkan?
Ceklek.
Segera aku menyeka air mata ini saat pintu mulai terbuka. Sebisa mungkin ku netralkan ekpresiku dan berlaku seolah-olah tidak ada yang terjadi denganku. Pasangan itu terkejut melihatku yang berdiri diluar pintu ruangannya.
“Hwajangnim, rapat akan segera dimulai. Mohon kehadirannya. Yang lain sudah menunggu.” Ucapku sedikit tertahan, menahan tangisan yang tak bisa kupastikan dapat kutahan lebih lama lagi.
“Ah ne~ Aku lupa hari ini aku ada rapat. Mian Ji Hyun-ah sepertinya kita tidak dapat pergi hari ini.” Ucapnya dengan ekspresi sedikit menyesal.
“Gwaenchana oppa. Kita bisa menggantinya dilain waktu.” Balas Ji Hyun tersenyum.
“Gomawo. Sekali lagi, mianhae Ji Hyun-ah.” Ucapnya diiringi senyum simpul untuk yeojachingu-nya. Ia tersenyum. Senyum yang kulihat bukan untukku.
“Nee, oppa..”
Oppa? Kata itu? Satu kata yang ingin sekali ku ucapkan ketika memanggilnya. Hhh! Bodohnya diriku! Memangnya siapa aku? Menyaksikan kemesraan pasangan itu, membuat air mataku terus mendesak ingin keluar.
“Permisi, saya harus pergi dulu.” Tak kuat lagi jika aku harus berlama-lama menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Secepat mungkin aku menghilang dari hadapan dua orang itu. Cairan dimataku dengan bebasnya mengalir di pipiku.
Hati-ku perih, perasaan-ku sakit, pikiran-ku kalut. Tak ku pikirkan lagi tentang rapat hari ini. Yang ku inginkan saat ini, aku butuh waktu untuk sendiri, untuk menenangkan hati dan perasaanku. Aku terduduk lemas dilantai atap gedung. Tak ku pikirkan lagi pakaianku yang akan menjadi kotor. Karena sekarang saja tubuhku telah menjadi kotor.
Cinta, mengapa kau begitu menyakitkan?
Yoon Haera, mengapa kau begitu menyedihkan?
Author
POV
Bahagia? Tentu Kyuhyun bahagia. Hubungannya
dengan Shin Ji Hyun kembali bersatu. Tanpa menyadari, ada seorang yang kini
tengah terluka.
Perjodohan Shin Ji Hyun telah di batalkan lantara namja yang akan dijodohkan dengannya menolak keras untuk dijodohkan. Hal yang sangat membahagiakan tentunya bagi Shin Ji Hyun. Ia dapat terbebas dari perjodohan yang tidak pernah di harapkannya dan ia dapat kembali melanjutkan hubungan nya dengan namja yang sangat ia cintai, Cho Kyuhyun.
Perjodohan Shin Ji Hyun telah di batalkan lantara namja yang akan dijodohkan dengannya menolak keras untuk dijodohkan. Hal yang sangat membahagiakan tentunya bagi Shin Ji Hyun. Ia dapat terbebas dari perjodohan yang tidak pernah di harapkannya dan ia dapat kembali melanjutkan hubungan nya dengan namja yang sangat ia cintai, Cho Kyuhyun.
***
Perasaan nya sedikit mulai membaik, namun tidak untuk hatinya.
Sang Mentari yang berarah semakin ke barat dan sinarnya yang sedikit demi sedikit telah memudar menyisakan warna kuning keemasan. Angin sore yang berhembus menyibakkan beberapa helai rambut indah itu. Angin. Haera berharap hembusan angin dapat menerbangkan semua kesedihan hatinya.
'Angin, bisakah kau membawa pergi luka hati ini dan menggantikan nya dengan kebahagiaan?' Tanya kepada angin yang berhembus semakin sering. Senyum sinis terukir diwajahnya. Kebahagiaan? Bisakah aku merasakan itu?
Haera POV
“Haera-ya, gwaenchanayo? Kau sakit?”
Seru eomma padaku saat aku berjalan menuju kamarku.
“Gwanchana eomma. Mungkin aku hanya kurang istirahat saja.” Elakku ketika Eomma menyadari dengan perubahan ekspresi di wajahku.
“Jinjja?”
“Ne..”
“Yasudah, kau cepatlah beristirahat. Eomma tidak ingin kau sakit.”
“Hmm..”
“Kau sudah makan?”
“Sudah..” Jawabku singkat dan meninggalkan eomma sendiri di ruang tengah.
Author
POV
Setibanya Haera dikamarnya. Ia menghempaskan tubuh dikasurnya. Haera memandang lurus keatasnya menatap langit-langit lalu memejamkan matanya seolah ia sedang berpikir.
Setibanya Haera dikamarnya. Ia menghempaskan tubuh dikasurnya. Haera memandang lurus keatasnya menatap langit-langit lalu memejamkan matanya seolah ia sedang berpikir.
“Eotteokhajyo?” Gumamnya pelan. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Sebuah panggilan menanti respon dari sang empunya.
“Yeoboseyo...”
“Apa sebegitu sibukkah kau dengan pekerjaanmu, sehingga melupakan sahabatmu yang tampan ini?”
Haera tersenyum mendengar penuturan dari sang sahabat, Lee Donghae.
“Jika aku membenarkan semua tebakanmu itu. Lalu apa yang akan kau lakukan?” Sahut Haera.
“Aku akan mengakhiri panggilan ini dan menyuruhmu istirahat.” Lagi-lagi senyum mengembang dibibir mannis Haera.
'Terima kasih tuhan telah mengenalkan orang
seperti Donghae kepadaku. Setidaknya dengan mengenal Donghae aku masih mengenal
dengan yang namanya tersenyum.' Batin Haera.
“Donghae-ya gomawo...”
“Untuk apa?” tanya Donghae tidak mengerti.
'Karena kau, aku masih dapat tersenyum.' Ucap Haera dalam hati lagi.
“Untuk semuanya, terlebih lagi kau sudah mau menjadi sahabatku.” Air mata Haera jatuh tiba-tiba.
“Kau tidak perlu mengucapkan terima kasih. Bukankah dari dulu aku sudah menjadi sahabatmu dan selamanya akan tetap seperti itu.” Kata-kata Donghae selalu berhasil membuat hatinya tenang.
“Donghae-ya..” Dengan nada lirih Haera memanggil nama sahabatnya itu.
“Waeyo?” Balas Donghae menjawab panggilan Haera.
“Banyak sekali hal yang ingin ku ceritakan kepadamu..”
“Nado Haera.. Lain waktu kau harus meluangkan waktumu untuk mendengarkan semua ceritaku. Ne?” Tutur Donghae dengan sedikit nada memerintah.
“Heem Arra.” Sahutku.
“Yasudah cepatlah kau istirahat. Kau pasti lelah, aku tutup ne?” Perintah Donghae.
Klik...
Sambungan telepon telah diputus oleh Donghae. Kenapa aku harus mencintai namja itu, kenapa bukan Donghae saja orang yang aku cintai.
Aku lelah mencintai sepihak seperti ini.
Mencintai, namja yang bahkan tidak menganggap ku ada. Kenapa aku tidak
mencintai Donghae saja?!!
Orang
yang selalu dapat membuatku tersenyum. Orang yang selalu memperhatikan dan
Memperdulikanku. Wae? Kenapa harus namja itu?
Pikir Haera.
Kembali Haera memejamkan matanya mencoba beristirahat dan menghilangkan rasa lelahnya atas semua yang telah terjadi hari ini. Pikirannya melayang entah kemana, membuat matanya tak bekerja seperti yang diinginkan.
Haera POV
Kembali Haera memejamkan matanya mencoba beristirahat dan menghilangkan rasa lelahnya atas semua yang telah terjadi hari ini. Pikirannya melayang entah kemana, membuat matanya tak bekerja seperti yang diinginkan.
Haera POV
Mata ini tak dapat ku pejamkan. Aku ingin istirahat, mengusir semua rasa lelah namun mata ini..
Terlalu banyak yang hal ku pikirkan.
Hingga sampai matahari kembali menampakkan wujudnya, namun tubuh ini belum teristirahatkan sedikit pun.
Sepanjang malam, aku terus berpikir. Hingga ku dapatkan satu keputusan atas hidupku. Berkali-kali aku mempertimbangkan pilihanku ini. Kurasa memang inilah yang terbaik untukku. Aku sudah sangat yakin akan semua yang telah kupilih. Inilah yang terbaik untukku dan untuknya.
Dan hari ini, secepatnya aku akan menyelesaikan semua masalahku di negara ini.
Aku juga ingin merasakan hidup tenang dan damai, tanpa bayang-bayang orang yang selalu sukses membuatku menangis. Kembali pergi membawa luka yang belum sempat terobati.
Aku yakin, aku bisa hidup bahagia tanpanya.
Author POV
“Eomma, Appa, Oppa. Ada yang ingin ku sampaikan pada kalian.” Di meja makan ini, Ku beranikan diri untuk menyampaikan keputusan ku.
“Mwoga?” Tanya eomma.
“Hari ini aku ingin kembali ke German.” Semua mata kini menatap kearah ku.
“Untuk apa? Bukan Kuliahmu sudah selesai?” Ji Hoon angkat suara.
“Ne, ini bukan tentang kuliahku. Aku hanya merasa aku lebih nyaman tinggal di German. Dan juga disana Alice baru saja membuka Restaurant baru. Aku diminta untuk membantunya.” Ungkap Haera.
'Mian eomma aku harus berbohongi kalian semua.' Batinnya merasa ingin menangis telah membohongi keluarganya.
“Tapi mengapa begitu tiba-tiba?” Tanya eomma-nya.
“Ini tidak tiba-tiba. Hanya saja aku yang terlambat memberitahu kalian. Sudah lama aku menentukan pilihan ini, mianhae baru memberitahu kalian hari ini. Aku tidak enak jika aku menolak tawaran Alice.” Jelas Haera mantap walau dalam hatinya ia merasa kecewa pada dirinya karena harus berbohong kepada keluarganya . Walaupun memang tidak sepenuhnya ia berbohong.
Flashback
Haera yang segera mengakhiri kegiatan mandinya karena ponsel miliknya yang terus saja berbunyi. Dengan hanya menggenakan handuk baju, Haera buru-buru keluar dari kamar mandi.
“Yeoboseyo.. Apa ini Alice?” Tebak Haera saat melihat nomor yang tertera di layar ponselnya terdapat kode German.
“Haera-ya, kau masih ingat denganku?” Tanya orang disebrang sana.
“Heem tentu saja.” Balas Haera.
“Bagaimana kabarmu di Korea?”
“Tidak terlalu baik, dan juga tidak terlalu buruk. Kau sendiri bagaimana kabarmu disana?” Haera balik bertanya.
“Aku baik-baik saja disini. Tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk. Keadaan seperti apa itu?”
“Ya seperti itulah keadaanku.”
“Aku tidak mengerti.”
“Yasudah, tidak perlu dibahas. By the way, ada apa kau menelpon ku?”
“Apakah tidak boleh?”
“Ah ani, bukan begitu. Aku malah senang kau menelponku.”
“Ada sesuatu yang ingi aku sampaikan padamu?”
“Mwoga?”
“Haera-ya, bisakah kau kembali ke German. Aku kesepian sejak kau pergi. Dan disini aku baru saja membuka restaurant disini. Bantu aku mengurusi bisnis baruku ini. Bukankah kau pernah berjanji akan membantuku jika aku sudah dapat membuka restaurant sendiri. Sekarang aku menagih janjimu.” Pinta Alice, orang yang sudah menjadi sahabat Haera selama ia tinggal di German.
“Aku tidak bisa Alice. Disini aku sudah bekerja.”
“Kumohon Haera-ya pertimbangkan kembali tawaranku ini.”
“Jebal
Haera-ya,,,” Rengek Alice.
“Heum.. Baiklah akan ku pertimbangkan kembali.”
“Danke(Terima kasih) Haera-ya. Ku berharap jawaban 'Ya' yang akan ku terima nanti.”
“Ne, akan ku usahakan.”
“Yasudah, kututup ne? Ku tahu kau pasti lelah.”
“Ne.. Guten Nacht (Selamat malam).”
“Guten Nacht (Selamat malam).” Balas Alice mengakhiri panggilan itu.
Flashback end
Haera
POV
Kembali ke German. Itulah keputusanku. Kembali mencoba merajut hari-hari tanpa dirinya lagi. Melupakan segala yang pernah terjadi diantara diriku dan dirinya. Menghapus namanya dari hati dan hidupku. Biarlah ku sendiri merajut hari-hariku untuk esok, lusa dan selamanya. Bukankah matipun aku sendiri?
***
“Aku akan mengirim surat pengunduran diri hari ini.” Ucapku membalas pertanyaan Appa.
“Haera-ya, bisakah kau tidak pergi? Sudah cukup kau pergi meninggalkan kami 4 tahun lalu. Dan sekarang kau ingin pergi lagi.” Ucap Eomma memelas.
'Nado Eomma.' Aku juga tidak ingin meninggalkan kalian. Aku juga ingin tinggal dan hidup bersama kalian. Namun inilah satu-satunya pilihan terbaik bagiku, meninggalkan negara ini. Dan memulai hidup baruku di German tanpa namja itu. Hanya luka yang akan kuperoleh jika aku tetap bertahan disini.
“Eomma, aku berjanji aku akan sering-sering pulang untuk mengunjungi Eomma.” Aku berusaha membujuk Eomma agar membiarkan aku pergi, meskipun dalam hati aku enggan melakukan ini.
“Kau janji?” Sela Eomma seakan tidak percaya pada ucapanku.
“Ne Eomma. Na yaksok.” Ku tersenyum berusaha meyakinkan Eomma.
Author POV
“Jam berapa kau akan berangkat.” Setelah sedari tadi hanya diam, akhirnya Tn. Yoon membuka suaranya.
“Jam dua siang ini.” Balasnya. Haera bangkit dari tempatnya duduk, melangkahkan kaki menuju tempat Appa-nya duduk dan memeluk dari belakang punggung namja paruh baya itu.
“Appa, jangan marah ne?” Pinta Haera dengan nada manjanya. Di hadapan keluargannya, Ia berusaha tetap menjadi Haera yang ceria dan manja, yang berlagak seakan tidak pernah terjadi apa-apa dengan dirinya.
“Appa~ jebal. Jangan marah ne?” Rengek Haera kedua kalinya. Tn. Yoon hanya menghela nafasnya. Ada rasa tidak rela dihati Tn. Yoon membiarkan putri yang sangat ia cintai pergi untuk kedua kalinya.
“Kau harus janji pada Appa. Kau harus selalu sehat, ne?” Senyum mengembang di wajah gadis bermarga Yoon itu.
“Ne Appa, aku janji. Aku akan selalu sehat.”
Tn. Yoon berdiri, menghadap kearah putrinya dan memeluk erat sang putri.
“Jaga dirimu baik - baik, jangan terlalu banyak makan makanan instan, dan juga kurangi kadar pelupamu itu.” Pesan Tn. Yoon mengingatkan Haera pada semua kebiasaannya.
“Ne, akan kuingat Appa.”
“Mianhae, hari ini Appa dan Oppa-mu ada rapat sehingga tidak dapat mengantarmu ke bandara.”
“Ne gwaenchana Appa, lagipula aku sudah memesan taksi.”
“Ayo~ Ji Hoon-ah sebentar lagi klien kita akan tiba.” Tn. Yoon mengajak putra-nya.
“Kajja, Appa... Eomma na halkke.” Pamit Ji Hoon pada eomma-nya dan menghampiri adiknya yang sebentar lagi akan pergi.
“Hati-hati dan jaga dirimu, ne? Dan Jangan pernah lupa untuk ke gereja, ingat itu!” Tutur Ji Hoon sembari memeluk adik kesayangannya.
“Ne Oppa.” Ji Hoon dan Tn. Yoon pun berlalu.
***
Haera memandang berkeliling seluruh isi kamar yang didominasi oleh warna hijau itu.
Ia berjalan ke arah meja yang dulu dijadikan tempat belajarnya. Ia tersenyum ketika memandang sebuah foto yang menampilkan dua orang yeoja memakai seragam sekolah. Gambar dirinya dan Eunji yang sedang tersnyum riang mengingatkan Haera pada masa-masa ketika sekolah dulu. Haera mengangkat foto itu dari tempatnya dan memasukan kedalam koper. Setelah memasukan foto, matanya beralih pada laci dibawah meja itu. Dibukanya laci yang ternyata berisikan buku-buku itu.Tangannya mengambil satu per satu buku dan dibukanya setiap halaman buku tersebut. Sampai pada akhirnya, buku yang tersusun paling bawah. Buku manis berwarna Pink dengan cover bergambarkan Love. Diraihnya buku itu dan mulai dibuka per halaman.
Haera POV
Cho Kyuhyun, itulah nama namja tampan yang berhasil menarik perhatianku. Namja yang kulihat selalu bergulat dengan lapangan dibawah teriknya matahari. Namja yang sangat mencintai permainan Futsal.
Wajahnya
yang berkeringat, rambutnya yang sudah tak tertata, peluh yang membasahi
wajahnya. Itulah pemandangan yang tidak pernah ingin kulewati. Pemandangan yang
menyebabkan aku mencintai namja itu, Cho Kyuhyun. Namja yang ternyata adalah
sahabat kakak-ku.
Wajah-nya, tawa-nya, senyum-nya, cara berbicara-nya, itu semua tersimpan lekat didalam otak dan hatiku. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya.
Wajah-nya, tawa-nya, senyum-nya, cara berbicara-nya, itu semua tersimpan lekat didalam otak dan hatiku. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya.
Tak
sehari pun aku pernah melupakan wajahnya, wajah tampan yang selalu menghiasi
hariku. Membuatku menjadi yeoja pabbo yang membenci hari libur. Ialah
penyemangatku, inspirasiku, motivasiku. Hidupku seolah bergantung padanya.
Meski tak ku yakin ia mengenalku atau tidak. Dapat mengenal dan menyukainya,
aku sudah cukup senang, walau terkadang muncul perasaan ingin memilikinya.
Tess..
Tess..
Dua bulir air mata jatuh begitu saja saat aku membaca kata demi kata dihalaman buku ini. Semua yang tertulis dibuku ini adalah saksi bisu atas cinta-ku yang bertepuk sebelah tangan. Pikiran ku menerawang jauh kembali ke saat itu, saat dimana aku mulai mengenal dan menyukainya. 7 tahun lalu, mengenalnya mungkin adalah hal terindah untukku. Namun saat ini? Aku menyesali pertemuan itu. Mengapa aku harus bertemu dan mencintainya?
Kyuhyun POV
Mengundurkan diri?
Aku membelakakan mataku, mendengar penuturan sekertaris-ku yang menyatakan bahwa Yoon Haera, yeoja itu telah mengundurkan diri.
“Sebenarnya ada apa denganmu?” Tanyaku entah pada siapa aku bertanya.
Aku menyesal dan merasa sangat bersalah terhadapnya.
'Kau pasti sangat membenciku saat ini,'
Mengabaikan perasaannya, menggantung-nya selama 7 tahun dan sekarang aku telah merebut kehormatannya. Betapa jahatnya aku menjadi namja?
“Aarghhh~” Teriakku frustasi memikirkan orang yang telah beberapa hari ini mengganggu pikiranku.
Aku mendudukan kasar tubuh ini dikursi kerjaku.
“Yoon Haera, masih adakah maaf untukku?”
“Mianhae..”
Author POV
Jam telah menunjukkan pukul 12.30 menandakan yeoja itu hanya mempunyai sisa waktu satu setengah jam untuk ia berada di kota Seoul.
Satu setengah jam, waktu yang tersisa sebelum ia benar-benar pergi.”
Haera
telah siap dengan semua barang bawaan-nya. Dalam hati, ia merasa berat hati untuk kembali meninggalkan
keluarganya. Namun tidak ada jalan terbaik selain ini?
“Ya! Inilah yang terbaik untukku. Aku percaya itu!” Ujarnya meyakinkan dirinya sendiri. Ia memantapkan hatinya kemudian melangkahkan kaki keluar dari kamar tercintanya. Kembali ia memandangi kamarnya sebelum Haera akhirnya meninggalkan kamar itu dan berjalan ke arah ruang tengah untuk pamit kepada Eomma-nya.
Terlihat raut sedih terpancar diwajah cantik Ny. Yoon.
“Haera-ya...” Ucap wanita paruh baya itu memanggil nama putrinya. Ny. Yoon langsung memeluk putrinya. Air mata telah menggenang dikedua mata Haera.
“Kau janji ne? Harus sering pulang-pulang.” Haera hanya menangguk disertai air mata.
“Kau harus makan yang teratur dan jangan terlalu lelah. Arraseo?”
“Arraseo Eomma.” Ny. Yoon melepaskan pelukannya lalu menatap lembut putrinya dengan tatapan teduh. Tangan halusnya menangkup pipi Haera lalu mengusapnya, menghapus air mata yang tadi sempat jatuh.
“Jaga kesehatanmu, jangan sampai kau jatuh sakit.” Lagi-lagi Ny. Yoon berpesan mengingatkan putrinya.
“Arraseo..”
“Satu setengah jam lagi pesawatku akan berangkat. Aku harus pergi sekarang Eomma.”
“Mianhae, Eomma tidak dapat mengantarmu ke bandara.”
“Ne, gwaenchana Eomma. Jaga diri Eomma baik-baik. Na halkke.” Sekali lagi Ny. Yoon memeluk Yoon Haera dan air mata jatuh dari mata yeoja paruh baya itu.
“Eomma uljimarayo..” Kata Haera. Ia tersenyum kepada Eomma-nya.
“Na halkke.” Haera beerjalan meninggalkan rumah yang penuh keenangan baginya.
Didalam Taksi, Haera memain-mainkan ponselnya. Menimbang-nimbang, haruskah ia memberitahukan kepergiannya kepada Lee Donghae? Haera menghembuskan nafas kasar kemudian menempatkan ponsel ditelinganya.
“Oh! Haera-ya. Wae geurae?” Sapa Donghae mengawali pembicaraan.
“Donghae-ya, ada yang ingin aku sampaikan.”
“Mwoga?”
“Tapi kuharap kau jangan marah, ne? Hari ini aku akan kembali ke German.”
“Mwo?!!” Donghae tersentak kaget.
“Mianhae aku memberitahumu dengan cara seperti ini. Karena aku sudah Sudah tidak punya banyak waktu lagi. Kau mau kan memaafkanku?”
“Bukan itu masalahnya geundae, mengapa tiba-tiba seperti ini?”
“Ini tidak tiba-tiba hanya saja aku yang terlambat memberitahumu.”
“Kuharap kau tidak marah Hae-ya..” Lanjut Haera. Donghae terdiam sejenak.
“Ada alasan apa aku untuk marah padamu?” Haera menarik nafas lega mendengar ucapan Haera.
“Gomawo Hae-ya. Aku janji setelah aku tiba disana. Aku akan segera menghubungimu.”
“Tepati janjimu, arra?”
“Hemm..”
“Ya baiklah ku tutup teleponnya. Kau jaga dirimu baik-baik ne?”
Haera POV
Jika mata adalah cahaya, maka hati
adalah permata.
Saat sedih merona, maka tangisan adalah warna.
Apabila air mata begitu bermakna, maka mengenalmu adalah anugrah terindah yang pernah aku miliki.
Saat sedih merona, maka tangisan adalah warna.
Apabila air mata begitu bermakna, maka mengenalmu adalah anugrah terindah yang pernah aku miliki.
Satu jam waktu ku tersita oleh kemacetan yang terjadi di Kota Seoul. Setelah menyerahkan beberapa lembar uang. Aku menarik koperku memasuki bandara Incheon. Masih tersisa waktu ku dua puluh menit. Aku duduk disalah satu kursi sambil sesekali kumainkan ponselku.
'Untuk kesekian kalinya, Presdir muda Cho Kyuhyun, pimpinan Cho Corp kembali tertangkap basah sedang berkencan dengan putri Shin Corp, Shin Ji Hyun...'
Mataku langsung tertuju pada sebuah televisi besar dihadapanku. Mendengar berita yang begitu memekakan telinga. Hatiku bagai tertohok duri menyaksikan tayangan televisi menampilkan sesosok namja tampan yang sedang menggandeng tangan yeoja disebelah. Mereka baru saja keluar dari sebuah caffe. Terlihat jelas mereka memang sangat serasi. Seluruh tubuhku lemas, seakan hilang kekuatanku saat ini. Tuhan, ada apa dengan diriku? Mengapa aku menjadi begitu lemah jika sudah menyangkut dirinya?
Diriku
memang bodoh, karena terlalu mencintainya. Meski sudah berulang kali ia melukai
hati dan perasaanku. Namun tak pernah bisa aku membencinya sedikit pun.
Hari ini, detik ini. Aku akan mencoba melupakan semua perasaanku. Membuang jauh-jauh rasa cinta yang terus menyakitiku. Memulai hidup baru tanpa bayang-bayangnya. Can I do it?
Hari ini, detik ini. Aku akan mencoba melupakan semua perasaanku. Membuang jauh-jauh rasa cinta yang terus menyakitiku. Memulai hidup baru tanpa bayang-bayangnya. Can I do it?
‘Perhatian, ditujukan
untuk calon penumpang pesawat tujuan Berlin, Germany harap segera melakukan
boarding dikarenakan pesawat akan take off 10 menit lagi…’
Bergegas aku berdiri setelah mendengar pemberitahuan itu. Melangkahkan kaki untuk memulai hidupku.
Anneyong...
Semoga kau bahagia.
Bergegas aku berdiri setelah mendengar pemberitahuan itu. Melangkahkan kaki untuk memulai hidupku.
Anneyong...
Semoga kau bahagia.
Cinta, bisakah aku mengenalmu, merasakanmu, dan menggapaimu?
Adakah kesempatan untukku merasakan satu kata yaitu 'Cinta'!
Author POV
Yoon Haera, kini ia telah pergi meninggalkan semuanya. Meninggalkan cinta yang bahkan belum pernah terbalaskan. Dan sekarang pergi membawa luka hati yang dibuat oleh orang yang sama.
4 tahun yang lalu, ia pergi meninggalkan negara ini, karena satu alasan, Cho Kyuhyun. Dan kali ini, ia pergi dengan alasan yang sama untuk kedua kalinya.
7 tahun ini, ia memang gagal. Gagal melupakan namja itu.
Hatinya, perasaannya, pikirannya masih tetap seperti dulu. Masih tetap dipenuhi oleh semua tentang Kyuhyun, hanya Kyuhyun dan cuma Kyuhyun.
Kali
ini, Bisakah ia melupakan
namja itu?
Lilin,
selalu bersedia berkorban. Membakar tubuhnya sendiri, membiarkan dirinya
meleleh dalam kesakitan hanya demi menerangi orang yang memilikinya.
Begitupun
dengan hidup seorang Yoon Haera. Rela menahan sakit demi orang yang ia cintai
agar dapat hidup bahagia meski perlahan dirinya akan hancur…
Bagaimana
dengan feel-nya, masih datarkah?
TBC!~
Don’t
forget to RCL, arraseo?
Gomawo
buat readers yang masih setia membaca Fanfiction abal-abal ku ini.
thanKYU.
Sampai
jumpa di part berikut. Jangan pernah bosen ya baca ff ini.
0 komentar:
Posting Komentar