Author : Chindy Agryesti.
Facebook : Chindy Agryyesti Horvejkul
Twitter : @Chindy404
Cast :
- Cho Kyuhyun
- Bae Suzy
Genre : AU!, Romance.
Length : Chapter
Kesalahanku adalah mencintaimu. Namun berdampingan dengan itu, mencintaimu merupakan hal terindah dihidupku.
—Wrong—
Sesuatu
telah hilang dalam hidup Suzy. Bae Suzy, yeoja polos yang periang, ceria dan
penuh semangat. Kini tak akan ditemui lagi Suzy seperti dulu. Yang ada hanyalah
Bae Suzy yang sekarang. Yang terkadang menangis seorang diri, yang memanfaatkan
setiap detik dihidupnya hanya untuk bekerja, yang lebih senang menyendiri.
Pasca luka yang ia dapati, itu semua merubah hidup Suzy. Sejak sebulan yang
lalu. Tepatnya saat ia mengetahui semua kenyataan mengenai namja yang amat ia
cintai. Kenyataan itulah yang membuatnya terluka, membuatnya sakit.
Separuh jiwa Bae Suzy seakan menghilang dari dirinya. Luka itu berhasil mengubah diri Suzy seutuhnya.
Separuh jiwa Bae Suzy seakan menghilang dari dirinya. Luka itu berhasil mengubah diri Suzy seutuhnya.
Sebulan itu terlampaui begitu lambat. Hari-hari Suzy yang sempat berwarna kini kembali suram. Kembali tak indah. Satu penyebabnya yaitu Cho Kyuhyun. Namja itu begitu berpengaruh bagi hidup Suzy. Layaknya manusia yang ketergantungan oleh oksigen, mungkin seperti itu juga pengaruh Cho Kyuhyun bagi Suzy.
“Suzy-shi
sudah waktunya kita pulang, kajja,” Ajak salah satu rekan kerja Suzy. “Tapi
masih ada yang harus ku kerjakan. Kau pulanglah dulu,” Suzy menyibukkan diri
dengan pekerjaan baru yang ia dapat dua minggu terakhir sebagai seorang
karyawan di salah satu perusahaan percetakan dan advertising. Setelah lulus
kuliah, ia melamar di perusahaan yang menjadi tempatnya bekerja sekarang. Dan
inilah sarana terbaik untuk melupakan semua peristiwa menyedihkan itu dan
menyembuhkan lukanya. Dengan bekerja tak mengenal lelah.
“Suji-ya.. Eomma tau kau pasti sibuk. Tapi kau tak boleh memposir tubuhmu untuk bekerja saja.” Baru tiga langkah Suzy memasuki rumah atapnya, ia sudah harus mendapat cemarah dari sang Eomma ditengah dini hari.
“Ne
Eomma arraseo,” Balas Suzy sekenanya.
“Hampir
setiap hari, aku mendengar kalimat yang sama,” Tambah Suzy.
“Dan
hampir setiap hari juga kau membantah Eomma,”
“Eomma
sudahlah ini sudah pukul satu, Eomma lebih baik tidur. Dan lain kali tak perlu
menungguku pulang,”
“Bagaimana
bisa Eomma tidur nyenyak jika putri Eomma saja masih berkeliaran diluar sana,”
Omel Hye Kyung.
“Eomma
sudah, aku ingin istirahat.” Suzy segera melangkah kearah kamarnya meninggalkan
Eomma-nya yang masih berdiri didepan pintu.
“Gomawo Eomma. Kau selalu mengkhawatirkan putrimu ini.” Gumam Suzy seorang diri.
***
Hari sudah tak terbilang pagi. Matahari telah berada ditengah, tanda bahwa hari bukan pagi lagi. Jalanan kota Seoul sudah agak menyepi, tak seramai kala pagi menjelang. Sebagian orang mungkin sudah melakukan aktivitas kesehariannya. Berbeda dengan seorang gadis cantik yang masih bercengkrama dengan bantal dan selimut diatas kasur lipatnya. Yeoja itu Bae Suzy. Yang hingga pukul 11 ini belum juga bangun dari alam mimpinya. Dan bahkan tak ada tanda-tanda bahwa ia akan lekas bangun. Jika saja, tak ada suara ponsel yang menginterupsi kegiatan favoritnya mungkin masih butuh waktu dalam jangka lama untuk membuat ia terbangun dengan sendirinya. “Yeobseyo..” Jawabnya dengan suara parau.
“Suji-ya
bogoshipeo. Ayo kita bertemu.. Hari ini kau libur, geuchi?” Suara yang sudah
sangat Suzy hapal, tak perlu menjadi para normal untuk menebak siapa pemilik
suara nyaring tersebut. “Arraseo..”
“Hya
jangan bilang kau baru bangun?!”
“Hae
Rin-ah telingaku masih normal. Kau tak perlu berteriak seperti itu. Aku masih
mengantuk nanti saja ku hubungi mu lagi,” Suzy mematikan sepihak panggilan Hae
Rin tanpa ingin mendengar Hae Rin berkata-kata yang pasti bisa mengganggu gendang
telinganya. Suzy hendak ingin memenjamkan matanya lagi namun ia melirik jarum
jam yang telah berada diangka sebelas menahannya untuk tak tidur lagi. Ini hari
minggu, ia memiliki suatu tempat yang akan Suzy kunjungi hampir disetiap
minggunya, dengan atau tanpa Eomma-nya. Gereja. Tempat yang akan ia kunjungi
hari ini. Suzy akhirnya menanggalkan selimutnya kemudian beranjak meninggalkan
kamarnya. Di ruang tengah tepatnya di sebuah meja makan kecil telah terisi
makanan yang sudah pasti sarapan yang dibuatnya Eomma-nya. Tapi apakah masih
dapat dikatakan sarapan ketika waktu sudah hampir menuju waktu makan siang.
Sengaja Suzy membuka pintu rumahnya, pancaran sinar matahari langsung menerobos
masuk kedalam rumah. Suzy menikmati sinar hangat yang jarang-jarang ia rasakan.
Di depan pintu sana, Suzy mengangkat kedua tangan untuk mengulet sejenak
tubuhnya. Pandangan Suzy menatap sekitar serambi rumah. Saat itu kedua bola
matanya melihat sebuah pot yang terdapat bunga lili yang sedang mekar. Senyum
kecut nan getir muncul. Suzy maju beberapa langkah, mendekati tanaman Tersebut.
“Kenapa kau masih saja berbunga seharusnya kau layu dan mati agar bisa
secepatnya aku membuangmu. Pemilikmu saja sudah membuangku dan aku ingin aku
membuang juga pemberiannya.” Sedih Suzy.
“Aku
ingin melupakannya? Aku pasti bisa kan melakukannya, geuchi?” Linangan air mata
tak dapat dicegah. Walau senyum hadir diwajah Suzy, itu bukanlah senyum bahagia
melainkan senyum duka. Senyum penuh luka. Mengenai bunga dipot itu, bunga itu
merupakan bunga yang ia miliki hasil pemberian Kyuhyun. Salah satu dari
pemberian Cho Kyuhyun, namja itu.
***
“Aarrghh!” Kyuhyun mendesah frustasi akibat semua kesalahan perencanaan menyebabkan menurunnya pendapat perusahaan bulan ini. “Sial!” Umpat Kyuhyun entah pada siapa. Karena didalam ruang kerjanya hanya terdapat dirinya sendiri. Kyuhyun melemparkan kasar ballpoint diatas meja kerja. Kedua tangannya digunakan untuk meremas rambutnya yang hitam legam. “Wae? Wae ire? Kenapa dengan diriku?” Rutuknya. Tanpa dapat dikompromi, tiba-tiba otaknya memutar setiap kejadian yang pernah ia lalui bersama dia, bersama yeoja itu, Bae Suzy. Bagai sebuah video yang terus berputar, begitu pula dengan semua mengenai Suzy. Semua tentang gadis manis itu terus berputar dikepalanya kapan pun tanpa harus hatinya menyuruh. Otaknya sudah selalu sigap senantiasa memikirkan Suzy. Sebulan telah berlalu sejak ia menyakiti yeoja itu, selama sebulan pula Suzy tak pernah absen dari benaknya diikuti oleh rasa bersalah yang hadir disetiap nafas yang hembus. Semua yang diKerjakan Kyuhyun kerap hanya berbuah kegagalan. Hatinya terus merasa bersalah, pikirannya hanya terarah pada yeoja itu, tubuhnya tak pernah semangat melakukan apa pun. “Yeoja itu.. Kenapa ia selalu muncul? Seharusnya aku senang, aku telah membuatnya tersakiti. Geundae..” Kalimatnya terhenti. Entah masih ada kata apa lagi yang akan dikeluarkan dari bibirnya. “Mianhae..” Bisiknya.
***
Hae Rin mengangkat tangan ketika pintu cafe berdenting yang ternyata adalah orang yang ditunggunya.
“Anneyong
nae chingu,” Sapa Hae Rin dibumbui senyum khas miliknya yang hanya dibalas
senyum masam oleh Suzy. “Akhirnya aku bisa menemuimu lagi. Aku bosan seminggu
ini tak bertemu denganmu..”
“Karena
tak ada yang mendengarkan ceritamu juga tak ada yang menemanimu berbelanja? Itu
maksud kata 'bosan' mu itu kan?” Hae
Rin tersenyum renyah memamerkan giginya.
“Kau
yang paling mengerti aku Suji-ya..” Ungkapan Hae Rin hanya dibalas oleh deheman
singkat Suzy sementara tatapannya melayang entah kemana. “Suji-ya.. Kau
baik-baik saja?”
“Wae?
Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu. Kau bisa lihat, aku baik-baik saja,”
Jawab Suzy tanpa menatap Hae Rin malah sebaliknya, ia menghindari kontak mata
dengan Hae Rin.
“Bukan
itu. Tapi mengenai--”
“Kau
boleh bertanya mengenai apa saja padaku tapi kumohon Hae Rin-ah jangan tanya
aku apa pun yang bersangkutan dengannya.” Sungut Suzy. “Arraseo, aku hanya
tidak ingin kau terlarut dalam kesedihan. Aku merindukan Suzy, sahabatku yang
dulu,”
“Tenang saja. Aku juga tak Ingin terus-terusan seperti kemarin. Aku memiliki hidupku. Ada atau tanpanya aku harus tetap hidupnya. Dia hanyalah angin yang berhembus sekilas dihidupku. Setelah angin berlalu, pohon akan tetap kekar bukan? Dan aku akan menjadi seperti pohon. Meski akan tergoyahkan oleh angin tapi aku tak akan tumbang hanya karena angin tersebut. Aku akan tetap hidup dan bertumbuh,”
“Aku
percaya kau bisa Suji-ya.. Kau wanita yang hebat.”
“Wuah.. Ahjumma ini enak sekali. Sudah lama aku tidak menikmati kimchi-mu ini. Rasanya semakin enak saja,” Komentar Hae Rin dengan mulut dipenuhi makanan. Ia begitu bersemangat menyuapi mulutnya dengan makanan buatan Shin Hye Kyung, Eomma Suzy.
“Hae Rin-ah makanlah pelan-pelan. Suji tidak
akan mengambil makananmu,” Kata Hye Kyung memperingati Hae Rin sekaligus mengejek
putrinya. Suzy langsung membalas. “Lagi pula aku juga tidak berniat mengambil
makanannya,”
“Ah
ya ngomong-ngomong sudah lama Kyuhyun tidak kesini.. Lain kali ajak dia kesini
untuk makan malam bersama lagi,”
“Eomma,
tolong jangan membicarakan tentang dia lagi,” Tandas gadis berambut panjang
itu. Suzy tak ingin lagi membicarakan apa pun yang berkaitan orang itu. Telinga
Suzy seolah menentang nama itu masuk ke indera pendengarannya. “Waeyo? Apa kau
putus dengannya?” Tuntut Hye Kyung. “Eomma.. Jebal jangan bicarakan tentang dia
lagi.”
'Andai Eomma tau apa tujuan dia selama ini.'
Suzy tak mampu menyuarakan suaranya. Tak bisa. Suzy tak ingin sang Eomma tau
kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan Bahwa
Kyuhyun memiliki maksud lain mendekati Suzy yang tak lain karena kebencian
namja itu pada Eomma-nya. Sungguh sulit berada posisi Suzy. Disatu sisi, ia
percaya Eomma-nya bukanlah seorang penghacur hubungan orang. Dilain sisi, ia
sangat mencintai Kyuhyun yang ternyata amat membenci Eomma-nya, orang yang Suzy
sayangi. Keadaan ini membuatnya semakin sakit. Ia tak ingin Eomma-nya menjadi
sasaran balas dendam. Biarkan dia yang merasakannya, tapi rasanya sangat
menyakitkan. Hatinya terluka, amat terluka.
***
Cho Kyuhyun dengan wajah kusut dan langkah tak bersemangat memasuki rumahnya yang layak istana itu. Rumah ini begitu sepi, mengingat penghuni rumah itu hanyalah Kyuhyun dan beberapa pelayan rumah. Kyuhyun meniti setiap sudut ruang keluarga yang tak berisi seorang pun. Ia kesepian, ia tak memiliki siapa pun. Di rumah miliknya sendiri, ia malah merasa kesepian. Ia kesepian.Tak ada orang yang dapat ia ajak bicara, ia namja yang menyedihkan sesungguhnya. Jika diluar ia bersikap dingin, angkuh, tak perduli namun lain lagi dalam diri Kyuhyun yang sesungguhnya. Ia hanyalah namja kesepian, namja yang butuh perhatian, ia butuh kasih sayang yang tak ia dapatkan sejak kedua orangnya pergi. Ia menjadi sebatang kara. Cho Ahra, nuna-nya memilih menetap di Amerika setelah Appa dan Eomma mereka pergi. Itu membuat Kyuhyun merasa semakin tak memiliki siapa pun di dunia. Belum lama ini ia merasakan kembali kehadiran cinta seseorang untuknya tapi ia sendiri yang membuat cinta itu hilang. Ia yang membuat dunia kembali menggelap.
“Eomma.. Appa.. Aku merindukanmu.” Gumam Kyuhyun ketika melewati figura besar yang menempel di dinding. Selesai namja itu bermonolog, Kyuhyun bergegas memasuki kamar tidurnya. Lalu menghempaskan tubuhnya sehentak tubuhnya diatas tempat tidur.
Sementara disisi lain, Suzy menggelar kasur lipatnya, dan menata letak bantal yang akan digunakannya. Sudut matanya menangkap sebuah manis di atas laci tempat ia menyimpan buku-buku. Sebuah boneka beruang putih lucu bersandar pada tumpukan buku di belakangnya. Benda lucu namun menyakitkan. Menyakitkan bila mana Suzy mengingat setiap sikap manis namja itu. Kenangan akan namja itu selalu menghiasi dalam rangkaian partikel hidup Suzy. Meski hubungan mereka terbilang singkat namun kenangan mengenai Kyuhyun tak sesingkat itu.
***
“Eomma apa kau mengenal orang yang bernama Cho Seung Hwan?”
Jemari Suzy meremas kuat-kuat ujung bajunya ketika melontarkan pertanyaan tadi
pada sang Eomma. Bukan sebab ia takut menanyakannya, melainkan ia takut
mendapati bahwa omongan Kyuhyun itu benar. “Cho Seung Hwan?” Ulang Hye Kyung. “Ne
Eomma kenal,”
'Eomma mengenalnya.. Jadi apa mungkin
Kyuhyun benar? Andwae! Tidak! Semua itu pasti tidak benar,' Perang batin dalam hati Suzy.
“Ada apa kau bertanya tentang Cho Seung Hwan?”
“Aniyo. Hanya ingin bertanya saja. Ini sudah hampir jam ku
masuk kerja. Aku pergi Eomma,” Suzy buru-buru meraih tas tangannya. Sedetik
selanjutnya ia telah menghilang dari rumahnya.
'Eomma mengenal Cho Seung Hwan? Eomma
mengenal dia? Tidak! Semua yang dikatakan KyuHyun pasti salah. Eomma bukan
orang yang seperti itu. Aku harus percaya. Aku mengenalnya lebih dari siapa pun
karena dia Eomma-ku. Ya aku percaya Eomma. Eomma tidak akan berbuat demikian.
Aku percaya padanya. Akan kuanggap aku tidak pernah mendengarnya. Aku tidak
mendengarnya, ya aku tidak mendengarnya.'
Tegasnya sekali lagi dalam hati. Bersamaan dengan itu bus yang ia tunggu telah
tiba.
***
Kyuhyun menghentakkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya. Ia pusing memikirkan semua pekerjaan yang melesat jauh dari setiap perencanaan.
Kyuhyun melirik sebuah map berwarna coklat disisi meja kerja.
Kertas itu sudah tertengger manis sejak kemarin, namun hingga detik ini belum
sempat ia lihat atau tak ada niat. Entahlah. Namja itu terlalu sibuk mengurusi
perusahaan yang mendadak kacau balau. Untuk membuka kiriman paket saja ia tak
sempat sekaligus tak niat mengurusi hal-hal yang tidak penting. Sama halnya
dengan kiriman paket yang berisi map coklat tersebut, Kyuhyun sudah lebih dulu
membuat spekulasi mengenai map coklat itu tidak lebih penting dibandingkan
dengan urusan perusahaannya.
“Presdir ini laporan mengenai karyawan baru. Kandidat-kandidat tersebut sudah melalui tahap penyeleksian yang kedua. Hanya tinggal menanti persetujuanmu.” Lee Seung Hyun meletakkan tumpukan beberapa di meja sang Presdir.
“Tersisa ada berapa?”
“Hanya tiga orang yang lulus tahap penyeleksian sekaligus
yang memenuhi kriteria,”
“Baiklah. Terima mereka. Dan posisikan satu untuk menjadi
sekertarisku,”
“Presdir bisa memilihnya..”
“Aku tidak memiliki waktu, kupercayakan pada kau. Kau yang
pilih di antara ketiga itu untuk menjadi sekertarisku.”
“Ah baiklah.”
Seung Hyun baru memutar tubuhnya
baru akan meninggalkan ruangan tersebut. Tapi panggilan Kyuhyun harus
membuatnya kembali berhadapan dengan Presdir Cho Corp itu.
“Bawa saja ini, aku tidak yakin
ini akan kulihat,”
“Ah baiklah Presdir,” Seung Hyun meraih
kembali map-map tadi dalam genggamannya.
***
“Suzy-shi, aku baru menerima artikel yang akan diterbitkan minggu ini. Bisa kau tolong editkan ini untukku? Karena ketua Kim meminta artikel ini harus diterbitkan segera,”
“Baiklah,” Sebagai seorang Hoobae
tentu akan berusaha memenuhi permintaan Ha Na selaku Sunbae-nya di perusahaan.
Terlebih lagi Suzy masih dikatakan karyawan baru. Wajar jika ia ingin melakukan
yang terbaik. Suzy menatap sedih pada artikel yang dipegang tangan kirinya.
Tangannya lemas tanpa sebab, tangan yang awalnya berteguh kukuh di udara
akhirnya terayun jatuh ke sisi tubuhnya.
'Cho Kyuhyun? Mengapa aku harus selalu berhubungan semua
tentangmu?'
'Apa kau tau aku sakit setiap melihatmu,'
Suzy menjadi tak bersemangat bekerja. Hanya dengan melihat gambar orang itu di selembar kertas mampu menyita semangat Suzy. Bukankah itu berarti Kyuhyun begitu berpengaruh untuk Suzy?
“Suzy-shi ayo kita makan siang
bersama. Kau bisa menyelesaikan tugasmu seusai makan siang,” Ajak Ha Na. “Ah ye
arraseo,” Suzy beranjak dari kursi kerjanya dan mengikuti rombongan para
karyawan untuk ikut serta acara makan bersama di kafetaria kantor. Sudah
menjadi kebiasaan bagi para karyawan sana untuk makan siang bersama disetiap
harinya. Dengan alasan Utama untuk mempererat hubungan sesama rekan kerja. Dan
sepertinya itu memang terbukti. Walau Suzy belum memiliki teman dekat di tempatnya
bekerja namun setidaknya Suzy mengenal dengan baik para karyawan lain.
“Untuk majalah minggu ini ketua tim meminta kita untuk lebih banyak lagi memasang artikel mengenai Cho Kyuhyun..” Ungkap Ha Na sebagai pemberitahuan atas keinginan ketua divisi mereka, ketua Kim. “Aku sangat sangat setuju.. Dan dengan senang hati aku bersedia membuatkan artikel tentangnya,” Riang salah satu karyawan yeoja disana. Dengan wajah sumringahnya, tentu sudah memberi tahu kepada orang disana bahwa ia begitu excited akan objek pembicaraan mereka. “Semua orang seakan tidak pernah bosan setiap artikel yang membahas tentangnya bahkan mereka selalu meminta kita untuk membuatkan pembahasan tentang Cho Kyuhyun lebih sering lagi. Wahh.. Pesona orang itu memang tak diragukan lagi,” Cetus salah satu suara. Dan disana Suzy hanya dapat terdiam. Ia memandang tanpa minat makan siangnya diatas meja. Terlalu aneh jika Suzy bergabung dengan obrolan mereka membicarakan orang yang telah menyakitinya. Rasanya tak mungkin. Pujian-pujian dari mereka tersebut, tentu bukanlah hal yang perlu dibicarakan bagi Suzy. Mengenai ketampanannya, kepribadiannya dan sejenis lainnya, semua itu Suzy mengetahuinya secara jelas. Sebab Suzy pernah mengenal dan memahami mahkluk tampan tersebut dibanding mereka-mereka yang hanya dapat memuji Kyuhyun dari kejauhan. Meski mengenal namja itu harus diakhiri oleh luka.
“Untuk majalah minggu ini ketua tim meminta kita untuk lebih banyak lagi memasang artikel mengenai Cho Kyuhyun..” Ungkap Ha Na sebagai pemberitahuan atas keinginan ketua divisi mereka, ketua Kim. “Aku sangat sangat setuju.. Dan dengan senang hati aku bersedia membuatkan artikel tentangnya,” Riang salah satu karyawan yeoja disana. Dengan wajah sumringahnya, tentu sudah memberi tahu kepada orang disana bahwa ia begitu excited akan objek pembicaraan mereka. “Semua orang seakan tidak pernah bosan setiap artikel yang membahas tentangnya bahkan mereka selalu meminta kita untuk membuatkan pembahasan tentang Cho Kyuhyun lebih sering lagi. Wahh.. Pesona orang itu memang tak diragukan lagi,” Cetus salah satu suara. Dan disana Suzy hanya dapat terdiam. Ia memandang tanpa minat makan siangnya diatas meja. Terlalu aneh jika Suzy bergabung dengan obrolan mereka membicarakan orang yang telah menyakitinya. Rasanya tak mungkin. Pujian-pujian dari mereka tersebut, tentu bukanlah hal yang perlu dibicarakan bagi Suzy. Mengenai ketampanannya, kepribadiannya dan sejenis lainnya, semua itu Suzy mengetahuinya secara jelas. Sebab Suzy pernah mengenal dan memahami mahkluk tampan tersebut dibanding mereka-mereka yang hanya dapat memuji Kyuhyun dari kejauhan. Meski mengenal namja itu harus diakhiri oleh luka.
***
“Ku ucapkan selamat bergabung di perusahaan kami.”
“Ye.. Mohon bantuannya,” Seorang
yeoja cantik berpenampilan anggun dengan rambut tergerai rapi membungkukkan
tubuhnya sebagai tanda penghormatan pada para sunbae sekaligus salam pertemuan
kali pertama bagi mereka. “Soo Yeon-shi mari kuantar ke ruang kerjamu,” Lee
Seung Hyun kembali berujar seraya melangkah mendahului yeoja sebagai karyawan
baru itu agar mengikuti langkahnya. Setibanya Seung Hyun pada sebuah ruangan,
ia segera memperkenalkan tempat tersebut sebagai tempat untuk karyawan itu.
“Yeogi ruang kerjamu. Dan dua
pintu dari sini. Itulah ruang Presdir kita..” Tutur Seung Hyun.
“Ah baiklah..”
“Yasudah aku akan kembali ke
ruanganku.”
“Geundae tidakkah aku harus
memperkenalkan diri pada Presdir?”
“Tidak perlu. Presdir sangat
benci dengan namanya basa basi,”
“Kau bisa langsung mengerjakan
tugasmu,”
Suara ketukan pintu itu sedikitnya berhasil membuat konsentrasi Kyuhyun buyar dan berkeliaran entah kemana. Dalam hati ia mengumpat kesal pada orang di balik pintu sana yang sukses memecahkan konsentrasinya. Ia mendesah berat sebelum akhirnya menyuruh orang itu masuk. “Masuk..” Kata Kyuhyun datar. Sedetik setelah kata 'masuk' keluar dari bibir Kyuhyun, langsung terdengar suara ketukan antara lantai dengan alas kaki wanita, High Heels. Kyuhyun sudah menebak bahwa kedatangan orang tersebut bukanlah Asistan-nya, Seung Hyun. Sebab biasanya, Seung Hyun akan langsung masuk seusai mengetuk pintu tanpa harus diperintah masuk oleh pemilik ruangan.
Sepasang benda bulat hitam Kyuhyun seakan terkunci, tak berkutik menatap wajah seseorang di depannya. Sama halnya dengan manusia di depan Kyuhyun. Ia menatap Kyuhyun melalui pandangan yang sulit ditebak. Tatapan tak percaya dibumbui pandangan bahagia yang juga di lapisi rasa terkejut dari sepasang manik tersebut. “Soo Yeon-ah..” tadi tanpa dapat terkontrol oleh Kyuhyun sebuah nama meluncur begitu saja disela keterkejutannya. “Kyu.. Kau benar Cho Kyuhyun?”
***
Bae Suzy melirik arloji hitam pada lengan kirinya. Jarum pendek jam telah berada diangka 5. Sudah waktunya bagi ia mengakhiri pekerjaan. Kemudian bergegas pulang kemudian mengisi perutnya yang tak terisi dijam siang tadi lalu mengakhiri hari yang melelahkan ini ditempat tidurnya yang hangat. Sederetan kegiatan yang telah direncakan Suzy selesainya ia mengakhiri harinya di kantor. Suzy berpamitan sesaat sebelum ia keluar dari kantor.
Sore itu, gulungan awan hitam menghiasi langit. Dan tiba-tiba saja rintikkan air hujan turun dan mengguyur kota Seoul di sore yang mulai menggelap akibat awan hitam. Lantas semua orang segera berduyun-duyun berlarian mencari tempat berteduh, menghindari guyuran air dingin yang berasal dari langit. Bae Suzy menjadi salah seorang dari banyaknya orang yang sibuk berlarian menghindari air hujan. Suzy buru-buru berlari menuju halte bus yang tinggal berjarak beberapa meter lagi dari tempatnya. Dengan pakaian yang agak lepek dan nafas yang berputus-putus ia meneduhkan tubuhnya di halte bus yang cukup ramai mengingat waktu saat itu waktu Pulang kerja.
Sekitar lima menit Suzy berdiam diri di halte menanti kedatangan bus hingga akhirnya tiba juga bus yang dinantinya. Bus tersebut tidak terlalu ramai. Kemudian Suzy memilih kursi belakang, dekat dengan kaca jendela bus yang tembus pandang. Bus melaju dibawah rintikkan hujan yang tak kunjung reda membuat Suzy menghela kasar nafasnya. Ia tak membawa payung hari ini, lalu harus bagaimana ia untuk mencapai rumahnya sementara jarak halte bus dengan rumahnya lumayan jauh dan tak ada pula kendaraan umum. Hari ini terasa menyulitkan bagi Suzy. Pekerjaannya di kantor bertubi-tubi hingga ia harus merelakan jam makan siang demi pekerjaan. Dan sekarang terdengar suara plastik yang diremas dari perutnya. Ia ingin segera pulang lalu mengisi perutnya yang kosong namun hujan menghalangi rencana yang tadi sudah ia susun. Haruskah Suzy merelakan bajunya basah agar dapat segera mengisi perutnya yang sudah tak dapat dikompromi lagi?
Bus berhenti ketika rambu lalu lintas berada pada warna merah. Yeoja manis didalam bus sana terus-terusan mendengus kesal. Dia merasa hari ini sungguh tak bersahabat. Hujan tiba-tiba turun tanpa diduganya, dan sekarang lalu lintas pun seolah ikut memperlambat proses tibanya Suzy dirumah atapnya. Suzy yang merasa sebal menorehkan kepala pada kaca jendela bus. Disana ia memainkan jemarinya mengukir rangkaian huruf pada kaca bus yang berembun akibat hujan. Sarang. Di tambahi juga simbol hati disebelah kata Sarang tersebut pada kaca. “Sarang..” Gumamnya. Sekelibat bayangan tentang seseorang hadir. Dengan segera, Suzy langsung menempelkan tangannya di kaca, menghapus kata yang tadi di tulis Suzy sehingga embun pada kaca pun ikut menghilang bersamaan dengan kata Sarang. Dengan dihapusnya embun pada kaca, kini Suzy dapat melihat kendaraan yang juga terdiam disisi-sisi bus yang ditumpangi Suzy. Sebuah mobil mewah berwarna hitam yang amat Suzy kenali menjadi pusat tatapan. Mobil itu. Suzy yakin dengan amat ia mengenal mobil tersebut. Dengan posis mobil itu yang tepat bersebelah dengan bus. Suzy dapat melihat pengendara mobil didalamnya. Sesosok manusia tampan hadir dipenglihatan Suzy. Namja itu tersenyum dengan seseorang dikursi sebelahnya. Pandangan Suzy ikut beralih pada sosok disebelah namja yang cintainya itu yang ternyata seorang yeoja. Yeoja yang amat cantik. “Apa kau sama sekali tak pernah menganggapku?” Senyum getir langsung tercipta diiringi oleh arus lalu lintas yang kembali melaju. “Dia bahkan sudah dapat tersenyum bahagia saat ini. Dan juga dia pasti telah mendapatkan yeoja pilihannya dan berbahagia bersama yeoja itu. Bodoh! Kenapa aku selalu berpikir dia juga tersiksa sepertiku. Neo jeongmal pabbo-ya Bae Suzy!”
***
“Hyung, lama tak jumpa,” Sapa Kyuhyun.
“Kau ini kan Presdir super sibuk,” Ejek Kibum, Hyung-nya. Kemudian dua namja tampan itu
berlajan memasuki sebuah Ballroom hotel mewah, tempat di adakannya pesta yang
akan mereka sambangi. “Chukae Siwon
Hyung,” Kyuhyun lebih dulu menyalami Choi
Siwon, namja yang tengah berbahagia hari itu. “
Gomawo Kyu, kau sudah hadir disini.”
“Siwon-ah
chukae.” Susul
Kim Kibum.
“Ne gomawo
Kibum-ah..” Sahut
namja berlesung pipit itu yang amat tampan dengan tuxedo hitam membalut tubuh
atletisnya.
“Mari aku
perkenalkan dengan calon tunanganku,” Kyuhyun dan Kibum lantas berjalan mengekor dibelakang
Siwon diselingi oleh obrolan-obrolan ringan mereka. “Na Eun-ah
kenalkan ini Cho Kyuhyun dan ini Kim Kibum,” Yeoja cantik bergaun putih tulang itu satu per satu
menyalami kedua manusia tampan yang bernotanene adalah sahabat dari calon
tunangannya, Choi Siwon. “Eoh? Kau Presdir Cho Corp geuchi?”
“Sepertinya
tanpa harus kuperkenalkan kau sudah mengenalnya,” Siwon berujar dengan intonasi yang dibuat-buat.
“Ah
memangnya siapa yang tidak mengenal Presdir tampan ini.” Gurau
Kim Na Eun –calon tunangan Siwon— yang malah berhasil membuat Choi Siwon
berdehem singkat tanpa diketahui maksud arti deheman tersebut.
“Tidak
usah cemburu seperti itu Hyung,”
Suara riuh tepuk tangan terjadi dengan begitu meriah ketika putra tunggal Choi Group dan yeoja chingunya saling menanggalkan sebuah cincin indah dijemari mereka satu sama lain. Disalah satu meja, Kyuhyun ikut bertepuk tangan dengan tak bersemangat. Kibum yang menyadari itu langsung melontarkan sebuah pertanyaan singkat pada namja yang telah dianggapnya Dongsaeng itu. “Kyu kau sedang ada masalah?” Sekilas Kyuhyun melirik Kibum yang tampak mengamatinya. “Aniyo, hanya ada beberapa masalah di perusahaan,” Jujur Kyuhyun. Walau ada hal lain yang bercampur didalam pikirannya hingga membuat namja mempesona itu terlihat agak kacau.
“Boleh aku
bertanya,”
“Apa itu?”
“Bagaimana
hubunganmu dengan yeoja itu? Bae Suzy..”
“Ah apa
aku belum menceritakannya padamu. Aku berhasil Hyung, aku berhasil membuat dia
sangat mencintaiku. Kau tau kan apa yang kuhendaki pasti akan selalu terwujud.
Dan keinginanku membuat putri wanita itu terluka juga berhasil Hyung.” Ungkap
Kyuhyun. Tak lupa disematkan juga senyum diwajah tampannya. Tapi bukanlah
senyum senang ataupun senang kemenangan melainkan senyum kepedihan.
“Lalu kau
senang?”
“Hyung
masih bertanya, tentu saja aku senang,”
“Benarkah?” Obrolan
mereka langsung terhenti seketika. Tak ada dari mereka yang memulai pembicaraan
lagi. Berlalu beberapa detik kemudian, Kibum kembali bersuara. “Kau sudah
menerima paket yang kukirimkan?”
“Kau
mengirim paket untukku?”
“Ah jadi
kau belum menerimanya,”
“Bukan
begitu, beberapa hari lalu aku memang menerima kiriman paket, tapi aku tidak
tau jika kau yang mengirimnya. Aku bahkan belum membukanya. Memangnya apa kau
kirimkan padaku?”
“Aku mengirimi informasi mengenai orang yang pernah kau ceritakan padaku, orang yang kau bilang pernah menyelamatkan nyawamu dulu.”
“Kau menemukannya
Hyung? Benarkah?”
“Ne..
Kuharap setelah kau mengetahuinya, semoga kau tidak akan menyesali perbuatanmu,”
***
Mata Cho Kyuhyun meneliti, mencari sebuah amplop coklat yang seingatnya masih berada disisi meja saat kemarin. Kyuhyun membukakan satu per satu laci meja. Tapi tetap tak ditemukan keberadaan amplop kiriman Kibum tersebut. Hingga akhirnya Kyuhyun benda tersebut pada tumpukan map-map laporan perusahaan. Kyuhyun mendengus lega. Kyuhyun dengan cekatan berusaha membuka isinya, namun pergerakan tangannya terhenti mengingat serentetan kalimat Kim Kibum.
“Kuharap
setelah kau mengetahuinya, semoga kau tidak akan menyesali perbuatanmu,”
Apa maksud ucapan Kibum Hyung? Ucapnya dalam hati seraya
mengeluarkan isi amplop tersebut.
Untuk beberapa detik selanjutnya Kyuhyun membeku bak patung bernyawa. Manik hitamnya tak lepas memandangi selembaran kertas yang berisi informasi orang yang dicari-carinya selama ini. Orang yang telah membuat Kyuhyun hidup hingga detik ini.
“Jadi ini
maksud ucapan Kibum Hyung?” Lirih Kyuhyun.
TBC..