Wrong [잘못했다]
Part 11
Author :
Chindy Agryesti.
Facebook :
Chindy Agryyesti Horvejkul
Twitter :
@Chindy404
Cast :
- Cho Kyuhyun
- Bae Suzy
Genre :
AU!, Romance.
Rating : PG15
Length :
Chapter
Kesalahanku adalah mencintaimu. Namun berdampingan dengan itu, mencintaimu merupakan hal terindah dihidupku.
—Wrong—
Part
11 Begin :
Suzy sudah tidak dapat menahan lagi
air bening di sudut matanya. Air mata itu tanpa seizinnya meluncur bebas tanpa
bisa yeoja itu tahan. Ia sudah berusaha keras mengupayakan agar air mata itu
tidak jatuh. Tapi pertahananya luruh juga beriringan dengan tiap detik yang
terasa begitu menyesakkan baginya. Bagaimana tidak? Melihat pemandangan di
balik kaca putih itu. Pemandangan orang yang dicintainya tengah bertautan bibir
dengan yeoja lain. Kedua orang di dalam sana, belum satu pun dari mereka
menyadari kehadiran Suzy sejak tadi. Nampaknya mereka terlalu menikmati
kegiatan itu. Suzy menelan salivanya setelah sekian waktu ia hanya membatu,
bahkan sekedar bernafas saja seolah di lupakan oleh yeoja itu. Tangannya
meremas ujung blus putih yang membalut tubuh indahnya. Untuk menyalurkan betapa
hatinya begitu pedih saat ini. Sudut bibir Suzy tertarik ke belakang,
menciptakan sebuah senyum penuh luka di wajah cantiknya. Masih detik yang sama,
kedua orang disana melepaskan ciuman mereka akhirnya. Yang kemudian memamerkan
wajah syok mendapati Suzy yang berdiri tak jauh dari mereka. Yang hanya
terhalangi oleh kaca tebal tembus padang. Suzy masih menunjukkan senyum terlukanya
sambil tetap memandang kearah dua orang disana.
'Naega ara', Batinnya
bersuara. Suzy membalikkan tubuhnya segera, berusaha mengenyahkan diri dari
gedung Cho Corp tersebut secepat yang ia bisa. Dengan tubuhnya yang mendadak
lemas, Suzy tergopoh-gopoh membawa dirinya keluar diiringi oleh suara hentakan
antara lantai marmer dengan sepatu flat shoes yang membungkus kakinya. Melewati
tiap lorong sebelum tiba menghampiri lift.
“Suji-ya..” Semakin jelas panggilan
itu, semakin tak sabaran pula Suzy menekan-nekan tombol lift dengan tak sabar.
Ia hanya berharap lift bisa membantunya saat ini, agar ia bisa menghindari
Kyuhyun. Dia belum siap berhadapan dengan namja itu. Suzy butuh waktu sekarang
ini. Derap langkah semakin jelas, Suzy menoleh kanan-kiri berharap ada sesuatu
yang membantunya menghindari namja itu.
“Suji-ya, jangan seperti ini. Aku
bisa menjelaskannya padamu. Tadi itu.. Bukan seperti yang kau lihat Suji-ya..”
“Geumanhae (Berhenti)!” Seru Suzy
tanpa menoleh apa lagi menatap namja dibelakangnya itu.
“Jigeum, naega ara (Sekarang, aku
tau).” Tau bahwa kemungkinan besar, namja itu berada disisinya hanya ingin
menembus rasa bersalah akan kematian ayahnya yang disebabkan oleh pria itu.
Setiap orang memiliki persepsi sendiri, dan itulah persepsi Suzy pada Kyuhyun
saat ini. Suzy telah lebih dulu membuat hipotesis tersendiri, tanpa menyelidiki
kebenarannya. Suzy takut dengan kenyataan. Kenyataan bahwa mungkin saja semua
persepsi nya itu akan menjadi nyata bahwa namja itu berada disisinya hingga
detik ini hanya karena rasa bersalah. Ia takut mendapati itu semua. Lebih lagi
mendapati bahwa Kyuhyun masih mencintai gadis yang diciumnya barusan. Gadis
bernotabebe sekertaris Kyuhyun itu. Mungkinkah ia sanggup menerima semua itu?
Jawabannya, tentu tidak.
***
Baru Suzy membuka pintu, berniat melangkahkan kaki keluar dari istana sederhananya. Matahari pagi ini bersinar terik diawal hari. Tidak seperti biasanya, yang selalu terlambat mengeluarkan sinar hangatnya. Begitu pintu flat Suzy terbuka, otomatis sinar hangat langsung menyerbu masuk. Suzy mendapati sosok bayangan bertubuh jangkung sesaat ia membuka pintu. Suzy mengangkat wajah untuk melihat wujud dari bayangan yang ia lihat. Tatapan dingin, Suzy lemparkan pada namja bernama Cho Kyuhyun di depannya itu. Jika boleh ia jujur, ia belum cukup siap berhadapan dengan manusia ini. Ia belum memiliki waktu yang cukup untuk berpikir rasional.
“Sedang apa kau disini? Kau berniat
ingin menjadi security di rumahku? Tidak perlu. Rumahku akan selalu aman dari
pencurian dan sejenisnya.” Perlu berpikir ratusan kali, untuk apa yang akan dicuri
dari rumahku. Lanjutnya yang hanya sampai dalam hatinya.
“Aku ingin menjelaskan semuanya. Aku tidak ingin kau terus salah sangka padaku. Yang semalam kau lihat, tidak seperti itu Suji-ya..”
“Aku lebih percaya dengan apa yang kulihat. Semua orang memiliki mulut, yang bisa dikendalikan oleh sang pemilik. Apakah ia harus berkata jujur, ataukah ia harus berkata bohong. Dan itu tergantung si pemilik, tergantung apa yang ingin dikeluarkan dari mulutnya. Bukankah begitu?”
“Kau benar. Mulut memang bisa dikendalikan oleh si pemilik. Tapi hati, hati tidak akan pernah dikendalikan oleh apa pun. Sebaliknya, hati yang mengendalikan seluruhnya. Dan saat ini, hatiku menuntut mulutku untuk berkata jujur.”
Suzy mencoba tidak menghiraukan perkataan Kyuhyun. Walau sesungguhnya, hati kecilnya telah memihak pada Kyuhyun. Hati kecilnya mempercayai apa yang dilontarkan Kyuhyun. “Aku butuh waktu. Aku ingin sendiri. Kuharap untuk saat ini, jangan menggangguku dulu.”
“Eolmana (Berapa lama)?”
“Satu jam? Dua jam? Lima jam? Satu
hari? Satu malam? Aku sudah memberimu waktu bukan semalaman ini?”
“Aku tidak peduli dengan semua racauan mu. Sekarang kau pergilah. Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu,” Dengus Suzy seraya berjalan menuju tangga, membawa dirinya pergi dari depan namja berkemeja hitam itu. Pergerakan tangan Kyuhyun cukup cepat untuk meraih erat lengan Suzy. Hingga memaksa yeoja itu berbalik menatap kedua manik hitam hitamnya.
“Kau begitu mudahnya menyuruhku
menjauh darimu, tanpa berfikir bagaimana perasaanku saat kau bilang demikian.
Kau bahkan tidak tau kan, bagaimana perasaan sejak tadi malam. Aku
terus-terusan memikirkanmu. Menebak-nebak apa yang kau lakukan setelah
melihatku di kantor tengah berciuman dengan gadis lain. Apa kau menangis? Apa
kau mau mendengar penjelasanku besok? Apa kau akan mengakhiri hubungan kita?
Apa kau akan membenciku? Apa kau mau menatap ku lagi? Semua itu. Sejak malam
tadi terus dan tidak pernah berhenti memenuhi kepalaku. Aku takut dari semua
pemikiran itu, akan ada satu yang akan terjadi. Aku takut kau menangis
karenaku, aku takut kau membenciku, aku takut kau tidak mau mendengar
penjelasanku, aku takut kau tidak mau menatapku lagi, aku takut kau menyerah
pada hubungan kita. Aku takut. Salah satu dari itu mungkin saja terjadi. Dan
satu ketakutanku yang tidak bisa kuhindari, aku takut kehilanganmu. Aku takut
kau pergi dari sisiku.” Kyuhyun menundukkan kepalanya, seusai ia menyelesaikan
semua isi hatinya pada Suzy. Mungkin saat ini Kyuhyun terlihat seperti pengemis
cinta yang tidak punya malu. Bersungut-sungut di depan seorang yeoja dengan
wajah yang begitu pasrah. Amat memalukan, jika sampai ada orang yang melihat
seorang Cho Kyuhyun, Presdir Cho Corp yang terkenal dingin dan angkuh itu, kini
tengah bersungut memohon maaf dari seseorang. Peristiwa yang tentu amat langka
terjadi.
“Aku mencintaimu. Jangan pernah
ragukan untuk hal itu. Sekali pun Seo Yeon masa lalu ku, tapi kaulah masa
depanku.”
***
Kyuhyun memegang setir mobil menggunakan tangan kanannya sementara satu tangannya lagi ia gunakan untuk menggenggam erat jemari Suzy yang duduk di sebelah kursi kemudi. Sesekali Kyuhyun membuang pandangan nya kearah samping, untuk menatap yeoja yang amat ia cintai itu setelah Eomma dan Nuna-nya. Tak jarang Kyuhyun meremas jemari Suzy dalam genggamannya dengan kelembutan.
“Kau tau? Aku hampir gila, saat aku
tidak bisa mengejarmu karena aku berfikir kau hanya butuh waktu sebelum aku
menjelaskan semuanya. Hatiku mencelos, saat melihat air mata keluar dari mataku
akibat ulahku. Aku sudah seperti bom yang akan meledak kapan saja. Aku benci
diriku, karena sudah membuatmu menangis. Padahal aku sudah berjanji dengan
diriku, aku tidak akan membuatmu menangis. Tapi sepertinya aku mengingkari
janjik u.” Suzy mengubah arah tubuhnya menjadi menyamping. Menghadap namja yang
sibuk memegangi setir mobil. Suzy tersenyum pada Kyuhyun.
“Aku senang kau bersikap demikian.
Itu sudah membuktikan kau benar-benar mencintaiku,”
“Memangnya kau pernah memergoki kebohongan cinta dari ku. Tidak pernah.”
“Dan sekarang beritahu aku, kenapa tadi
malam kau berciuman dengan Seo Yeon?” Kyuhyun memutar kepalanya, mengulang
rekaan peristiwa semalam, sebelum diakhiri oleh ciuman sepihak dari
sekertarisnya itu.
Saat Kyuhyun beranjak meninggalkan ruang kerja nya, Kyuhyun melewati ruang kerja Seo Yeon sebelum mencapai lift. Malam ini, Kyuhyun lembur hingga larut. Tapi siapa sangka, yeoja itu bersedia menunggu Kyuhyun hingga larut malam. Seo Yeon dengan sengaja menyamakan jam pulangnya dengan Kyuhyun. Ada suatu hal yang ingin ia perjelas. Sesuatu yang pribadi, di luar dari urusan pekerjaan.
“Kyu, bisa kita bicara?” Harap Seo Yeon yang sukses
menghentikan langkah Kyuhyun, namja itu menyadari Seo Yeon yang juga baru
keluar dari ruang kerjanya. Sebelum menjawab, Kyuhyun melirik arloji di tangan
kirinya.
“Ini sudah malam. Sebaiknya kita bicarakan besok saja. Kau
pulanglah.” Kata Kyuhyun bijak sambil tersenyum. Ketika Kyuhyun akan memulai
langkah lagi, namun tertahan oleh kalimat Seo Yeon.
“Kyu, apakah tidak ada lagi kesempatan untukku lagi? Danbeonman (Sekali lagi)? Aku mencintaimu Kyu, masih selalu mencintaimu.” Mau tidak mau, Kyuhyun harus berbalik untuk menghargai sang sekertaris yang sedang berbicara padanya.
“Mian. Jawabanku masih tetap sama dan akan selalu sama. Aku
sudah tidak mencintaimu lagi Seo Yeon-ah. Aku sudah memiliki Suzy. Yeoja yang
amat aku cintai. Aku tidak ingin menyakitinya. Dia adalah hidupku.”
“Kau tidak ingin menyakitinya. Tapi kau menyakitiku.” Seo
Yeon membalas dengan intonasi suara yang bergetar, menahan tangisnya.
“Tidak seperti Seo Yeon-ah. Sebaliknya, aku tidak ingin ada
yang terluka. Baik dia atau pun kau.”
“Sekarang ini kau sudah menyakitiku Kyu.” Kyuhyun memandang frustasi pada yeoja itu. Ia sendiri pun bingung, bagaimana menghadapi yeoja ini yang sudah hampir menangis. Sama sekali tidak ada di pikiran Kyuhyun, untuk membuat yeoja itu terluka ataupun menangis. Sebaliknya, Kyuhyun mengusahakan hal terbaik untuk menengahi masalah perasaan ini. Kyuhyun berharap yeoja itu akan melepasnya, sebab ia sendiri tidak ingin melukai Seo Yeon. Kyuhyun tidak mungkin membalas perasaan Seo Yeon, sekarang ini lain keadaannya dengan lima tahun silam. Dulu memang hanya ada Seo Yeon di matanya, tapi saat ini. Tentu itu sudah tidak berlaku. Ada Bae Suzy disisinya sekarang. Dan ia amat mencintai gadis berkulit putih susu itu.
“Mian.” Ujar Kyuhyun parau tanpa menatap mata gadis di
depannya.
“Bolehkah aku menciummu. Ini permintaan terakhirku. Itu cukup
untuk ku jadikan perpisahan kita dan pelepasanmu. Bolehkah?”
Kyuhyun ragu. Haruskah ia memberi jawaban iya atau tidak?
Namun sepertinya penolakan Kyuhyun sudah menggoreskan luka, dan ia tidak
memperdalam goresan itu. Biar ini menjadi tanda perpisahannya dengan yeoja yang
pernah singgah dihatinya untuk beberapa waktu lampau. “Ya.” Sahut Kyuhyun
dengan nada datar. Kurang dari sedetik setelah persetujuan itu. Seo Yeon
berjinjit mengalungkan tangannya pada leher pria yang masih sangat ia cintai
agar menunduk sehingga ia lebih mudah menjangkau bibir Kyuhyun. Seo Yeon
melumat bibir Kyuhyun tanpa memperdulikan namja itu akan membalasnya atau
tidak. Yang ada dibenaknya saat itu ialah hanya merasakan bibir Kyuhyun dan
menyimpan kelembutan bibir itu, yang mungkin tidak akan dirasakan nya lagi di
kemudian hari.
“Dia menciumku sebagai tanda perpisahan dan pelepasanku.” Jelas Kyuhyun.
“Aigoo, ternyata ada gadis seperti
itu. Ku kira hanya ada dalam drama saja. Mengharapkan ciuman seseorang sebagai
tanda perpisahan.”
“Memangnya kau tidak akan melakukan hal yang sama?” Goda Kyuhyun.
“Tentu tidak. Itu sangat memalukan
sebagai seorang yeoja. Sama saja merendahkan harga diriku sebagai yeoja.”
Celoteh Suzy yang disambut senyuman dari bibir Kyuhyun.
“Tapi kurasa yang dilakukan Seo Yeon
sangat benar. Setiap yeoja pasti akan meminta ciuman dariku sebelum perpisahan.”
“Tapi aku tidak akan berbuat
demikian.”
Sejauh ini, Kyuhyun sudah pernah menceritakan hubungannya antara Seo Yeon. Jadi setidaknya membuat ia lebih mudah untuk meyakinkan kekasihnya itu. Dan mengingat betapa Kyuhyun menjaga kejujurannya pada Suzy sehingga saat ini Kyuhyun bisa merasakan betapa indahnya hidup yang di landasi oleh kejujuran terutama jika menyangkut sebuah hubungan manusia dengan manusia lainnya. Rasanya hidup sudah menjadi begitu indah dengan setiap kalimat jujur yang terucap.
***
A few days later..
Namja berpakaian lengkap yang menjabat sebagai asisten sekaligus sahabat Kyuhyun itu terus-terusan menatap arloji berharap meeting penting kali ini akan segera usai. Sejak tadi hingga sekarang, ponsel Kyuhyun masih terus bergetar panjang. Tae Hyun meyakini ada suatu hal penting dari penelpon yang tidak di ketahui siapa. Sebab nomor pemanggil itu hanya rangkaian angka-angka yang diketahui Tae Hyun. Ingin namja bertinggi 180 itu ingin sekali menjawab panggilan di ponsel Kyuhyun. Tapi tidak mungkin, Kyuhyun paling tidak suka privasinya diganggu. Ia pun harus menghormati Kyuhyun dengan tidak mengganggu privasi atasannya.
Sang pemateri yang berdiri di podium telah mengakhiri presentasinya diikuti suara riuh tepuk tangan. Tanpa berlama-lama lagi, Tae Hyun sesegera mungkin menghampiri Kyuhyun. Namja itu sedikit menundukkan kepalanya, mengarahkan mulutnya mendekat pada telinga Kyuhyun dan membisikkan sesuatu disana. “Presdir, ada panggilan untukmu dengan nomor tak dikenal. Sejak tadi nomor yang sama terus berusaha menghubungimu. Dan juga banyak pesan singkat yang ia kiriman.” Sebelum berbicara, Kyuhyun memutar kepalanya, berfikir sejenak. Menebak-nebak siapa yang menghubunginya hingga berkali-kali, sebelum kemudian menengadahkan tangan, meminta ponselnya. Lee Tae Hyun mundur beberapa langkah menjauh dari posisi Kyuhyun duduk. Sementara itu, Kyuhyun mulai sibuk menggerakkan jemarinya diatas layar ponsel. Dan benar saja, getaran panjang timbul dari ponsel Kyuhyun, dengan nomor yang tidak ia kenali. Kyuhyun tidak langsung menjawabnya. Namja tersebut masih harus menghormati para klien-nya di ruangan itu. Rapat belum seutuhnya selesai, jadi bagaimana mungkin menjawab telepon ditengah rapat penting ini. Setelah getaran itu terhenti, Kyuhyun membuka pesan masuk saat itu juga.
Kyuhyun-ah, ini aku, Eomma Suzy. Bisa kau mengangkat panggilanku? Ini sangat penting.
Kyuhyun-ah, angkat panggilanku. Ini menyangkut Suzy. Suzy kecelakaan.
Seusai membaca pesan kedua, dimana ia menemukan kalimat Suzy kecelakaan. Tubuhnya menegang. Dalam sekejap mata, seluruh pasang mata menoleh pada Kyuhyun menjadikan namja itu pusat pandangan saat ini. Setelah berdengar suara decitan kursi yang tidak pelan. Kyuhyun tidak memperdulikan lagi rapat ini. Pikiran nya hanya tertuju pada satu poros. Suzy. Hanya yeoja itu yang ia pikirkan saat ini. Merasa tidak ada yang perlu ia katakan sekaligus tidak ingin mengulur waktu, Kyuhyun secepat kilat melangkah besar keluar dari ruang meeting. Tae Hyun otomatis mengikuti pergerakkan Kyuhyun mengekor keluar dari sana. Satu yang sudah disimpulkan Tae Hyun mengenai panggilan di ponsel Kyuhyun tersebut bukanlah sesuatu yang sepele. Kyuhyun berbisik dengan nada panik yang berusaha ia tahan. “Siapkan mobil.” Dengan sigap pun Tae Hyun berjalan buru-buru melangkah menuju basement mobil. Tak sampai dua menit Kyuhyun berdiri dengan gelisah di pintu utama gedung Cho Corp menanti Tae Hyun. Asistennya termasuk memiliki gerakkan yang cekatan di setiap pekerjaan. Tapi rasanya berbeda kali ini, Kyuhyun merasa Tae Hyun amat lamban kali ini. Sebenarnya tidak seperti demikian, hanya saja rasa panik dan khawatir yang menguasai Kyuhyun membuat namja itu menjadi tidak sabaran.
Sekeluarnya Kyuhyun dari ruang meeting, ia sudah menghubungi Hye Kyung—Eomma Suzy—, sehingga ia tau kemana tempat yang sekarang mesti ia tuju.
“Ahjumma, ini ada apa sebenarnya? Bagaimana dengan Suzy? Dia baik-baik saja kan?” Desak Kyuhyun begitu mendapati Hye Kyung di depan sebuah ruangan rumah sakit. Yeoja tengah baya itu menggeleng lemah.
“Aku tidak tau jelas tapi orang yang
menolongnya mengatakan, Suzy baru menjadi korban tabrak mobil. Sekarang dia
masih ditangani dokter.” Kyuhyun mengusap dengan kasar rambutnya lalu
menjenggutnya pelan. Kyuhyun duduk
satu kursi di sebelah Hye Kyung, ikut menanti Bae Suzy. Pikirannya kacau,
berikut dengan penampilannya saat ini. Rambutnya acak-acakkan akibat remasan
jemarinya, dan dasi yang sudah tidak berbentuk walau masih melingkar di
lehernya.
***
Suzy membuka matanya perlahan, setelah lama berkutat dengan rasa pusing yang mendera kepalanya. Beberapa bagian tubuhnya terasa mati rasa. Bau obat langsung terendus di indera penciuman Suzy. Bau khas rumah sakit yang sangat tidak ia sukai.
Suzy melemparkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan serba putih tempat ia berada. Di sisi jendela, disana tubuh tegap seorang namja berdiri memunggungi Suzy. Bahwa kemungkinan orang tersebut belum menyadari Suzy yang telah siuman. “Kyu,” Panggil Suzy dengan suara nya yang parau dan serak. Kyuhyun membalikkan tubuh setelah mendengarnya. “Suji-ya, kau sudah sadar? Apa ada yang sakit atau ada yang tidak nyaman?” Entah sejak kapan tangan Kyuhyun sudah menguasai pipi chubby yeoja itu, mengelusnya dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Suzy menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Kyuhyun.
“Kenapa aku bisa ada disini?”
“Kau kecelakaan.” Suzy memejamkan mata mencoba mengingat-ingat peristiwa yang menimpa dirinya. Bayangan ketika sebuah mobil dengan kecepatan tak terkira melaju kearahnya saat ia hendak menyebrang jalan menuju tempat pemberhentian bus. Suzy mengingatnya dengan jelas, detik-detik sebelum tubuhnya didera kesakitan akibat hantaman kendaraan beroda empat itu.
Andai saja, pagi ini Suzy tidak bangun kesiangan. Ia tidak mungkin repot-repot harus berlarian dari gang rumahnya ke halte bus. Hanya untuk mengejar bus. Ia pasti bisa lebih santai lagi, dan tidak perlu terburu-buru saat menyebrang. Tapi itu hanyalah pengandaian. Sekarang nasi telah menjadi bubur.
“Kyu, aku ingin ke toilet.” Pintanya. Mengabaikan rasa nyeri di beberapa bagian tubuhnya, Suzy mencoba menggerakkan kedua kakinya. Menurunkan kaki jenjangnya untuk menjangkau lantai. Namun baru sekejap menyentuh lantai, Suzy terkesiap dengan kakinya yang bahkan tidak mampu untuk menopang tubuhnya, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan kedua kakinya. Kyuhyun dengan sigap langsung menangkap tubuh lemah Suzy. Kakinya memang terlihat normal seperti biasa, tapi juga ada yang berbeda. Kakinya seperti...
Mati rasa.
Suzy mendongak untuk menatap Kyuhyun
yang sudah tengah memegangi tubuh Suzy. Kyuhyun menghindari tatapan Suzy, sebab
ia tau persis apa yang ingin ditanyakan yeoja itu saat ini.
“Kyu,” Dari tatapan mata Suzy,
sangat jelas bahwa ia tengah bertanya-tanya pada Kyuhyun meski tak ia suarakan.
“Ada apa dengan kakiku?” Tuntut Suzy
dengan nada memaksa. Sebelum menjawab, Kyuhyun berusaha memenangkan yeoja itu.
Kyuhyun mengangkat tubuh Suzy, kembali menaikkan Suzy pada ranjang rumah sakit.
“Marhaebwa (katakan)! Ada apa dengan
kakiku?” Suzy semakin mendesak Kyuhyun, meminta jawaban dari bibir namja itu.
“Suji-ya, tenanglah. Kau harus
tenang.”
“Kyu! Katakan.” Suzy setengah
menjerit. Kyuhyun meletakkan kedua tangannya pada bahu Suzy. Memegangi tubuh
Suzy agar ia tenang. Baru Kyuhyun membuka mulutnya, setelah kedua matanya
bertemu dengan manik milik Suzy.
“Kau janji kau harus tenang.” Dengan
segera Suzy mengangguk.
“Kau sudah berjanji, jadi apa pun
yang nanti akan kau dengar. Kau tidak boleh menangis, kau harus tenang dan kau
harus kuat. Araseo?!” Beberapa detik Kyuhyun menjeda kalimat sebelum akhirnya
membuka kenyataan pahit tentang orang yang di cintanya. Wajah Kyuhyun tak kalah
tegangnya dari Suzy. Rasanya ia belum siap membuka kenyataan ini. Kenyataan
yang sebenarnya sulit untuk ia terima. Tak hanya sulit, bahkan ia tidak mau
menerima kenyataan itu. Hatinya sakit melihat keadaan yeojanya sekarang ini.
“Kakimu kemungkinan besar sudah tidak
dapat berfungsi lagi.” Bulir-bulir air mata jatuh bersamaan dengan perubahan
raut wajah Suzy yang menjadi pucat pasi. Mulutnya ternganga tidak percaya. “Itu-
ber-ar-ti.. aku? lumpuh?” Kyuhyun tidak menjawab, ia hanya menundukkan kepala,
menatapi lantai putih dalam-dalam. Ia sama terpukul dengan Suzy begitu
mendengar kalimat itu terlontar langsung dari dokter yang menangani Suzy.
Kyuhyun tidak sanggup melihat deraian air mata di pipi mulus Suzy. Tiap tetes
air mata yang keluar dari mata yeojanya, seolah berubah menjadi belati yang
menyayat-nyayat hatinya. Di rengkuhnya tubuh Suzy dalam dekapan Kyuhyun. Lagi,
air mata menetes kedua kalinya dari mata yang biasa memancarkan tatapan tajam
itu.
***
Suzy merenung sendirian. Menatap jalan kecil di depan rumahnya yang teramat jarang di lalui orang. Ia melamun. Menerawangkan pikirannya entah kemana. Sudah seminggu setelah peristiwa kecelakaan itu. Yang mengharuskan Suzy duduk diatas kursi roda. Melalui harinya dengan aktivitasnya yang terbatas. Suzy tidak lagi bekerja seperti beberapa waktu lalu. Keadaannya sungguh tidak memungkinkan Suzy untuk bisa melakukan aktivitas seperti sebelumnya. Disini, di depan pintu flat barunya. Sekarang menjadi suasana barunya. Menatapi jalan yang lengang menjadi kegiatan baru Suzy ditempat kediaman baru bersama Eomma-nya. Dengan kondisi duduk dikursi roda, amat tidak memungkinkan Suzy dan Eomma-nya tetap tinggal di rumah atap. Siapa yang bisa diandalkan sementara mereka hidup hanya berdua. Sehingga sebuah flat sederhana, tidak jauh dari rumah atapnya dulu, yang kini menjadi tempat tinggal baru bagi ibu dan anak itu.
“Hei,” Dilihat Suzy sosok namja itu telah berdiri persis didepannya dengan memamerkan senyumnya.
“Sedang apa kau disini?”
“Untuk menemui yeoja chinguku tentu
saja,”
“Kau kan harusnya masih bekerja,”
Menyinggung perihal waktu, yang seharusnya Kyuhyun masih berada di kantornya.
Terlalu cepat untuk jam pulang kantor dengan waktu yang baru akan memasuki jam
istirahat.
“Aku ini bos. Jadi sesuka ku ingin
pulang jam berapa. Tidak ada yang bisa melarangku.”
“Ye, ye, ara. Jadi katakan padaku,
untuk apa kau disini?”
“Mengajak yeoja chingu ku berkencan.”
“Jangan bercanda. Ini masih jam kau
bekerja. Cepatlah kembali ke kantormu. Jangan jadi bos yang menyalahgunakan
kedudukan.”
“Itu wewenangku sebagai bos. Lagi
pula perusahaan tidak akan bangkrut hanya karena aku tidak masuk kantor sehari. Aku sudah
jauh-jauh datang kesini, jadi setidaknya kau harus menghargai kedatangan ku,
Nona Bae. Ayo, kita berkencan hari ini.”
“Tapi aku sedang malas keluar.”
“Ah ya tambahan untukmu, bahwa aku membenci
penolakan, cukup mengerti agasshi?”
TBC~