Wrong [잘못했다] Part 9

4 komentar
Wrong [잘못했다]
Part 9

Author             : Chindy Agryesti.

Facebook         : Chindy Agryyesti Horvejkul

Twitter             : @Chindy404

Blog                 : http://chindyhvk.blogspot.com/

Cast                  :
  • Cho Kyuhyun
  • Bae Suzy


Genre              : AU!, Romance.

Rating             : PG15

Length             : Chapter


Kesalahanku adalah mencintaimu. Namun berdampingan dengan itu, mencintaimu merupakan hal terindah dihidupku.

—Wrong


Part 9 Begin :               

“Suji-ya..” Sejurus kemudian Suzy langsung membalikkan tubuh ketika satu suara yang amat ia kenali memanggil namanya. Suara Hye Kyung, sang Eomma. “Eoh? Eomma?” Balas Suzy sembari tersenyum kikuk dan terkesan agak dibuat-buat. Suzy memutar-mutarkan kedua manik hitamnya, mencari sasaran yang bisa dijadikan titik fokus kecuali dua benda bulat milik Eomma-nya. Suzy menghindar dari tatapan Hye Kyung. “Kau dari mana saja? Saat Eomma bangun kau sudah tidak ada. Kau pergi kemana? Eomma kira kau memang sengaja berangkat ke kantor lebih pagi.” Dalam hati Suzy mendesah lega seusai mendengar ucapan khawatir Hye Kyung. Lega karena sang Eomma tidak mengetahui perbuatannya yang pergi tengah malam tanpa pamit dan bermalam di rumah seorang namja. Bukan maksud Suzy ingin membohongi Hye Kyung tapi ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya bahwa ia pergi tengah malam untuk menemui seorang pria yang sekarang bukan siapa-siapanya dan terlebih lagi mereka melakukan hal sebenarnya tidak patut untuk dilakukan mereka. Sungguh sangat hal yang tidak mungkin untuk Suzy katakan. Yeoja cantik itu tentu tau, hal itu pasti akan membuat Eomma-nya amat kecewa jika sampai Hye Kyung tau. Ia tidak ingin Eomma yang ia sayangi kecewa terhadap dirinya. “Oh aku aku.. Aku lari pagi tadi pagi.. Iya aku lari pagi,” Sangkal Suzy. 

“Hingga sore seperti ini? Bahkan hingga kau tak berangkat kerja?” 

“Ah itu.. Aku aku bertemu dengan Hae Rin,” 

“Dia mengajakku jalan-jalan. Jadi aku izin hari ini lagi pula pekerjaanku di lagi pula pekerjaanku di Kantor ku tidak banyak. Yasudah Eomma aku ingin mandi dulu,” Selesai mengakhiri kalimatnya, Suzy segera berlalu dari hadapan Hye Kyung. Menghindar dari sang Eomma. “Tapi Suji-ya ada yang ingin Eomma sampaikan,” Suzy menoleh sekilas sebelum membawa tubuhnya masuk ke dalam kamar. “Bisakah bicarakan itu nanti?

***

Berulang kali Cho Kyuhyun tersenyum dengan sendirinya, padahal tidak ada satu hal pun yang dapat dianggap lucu di ruang kerjanya sana. Bahkan terlihat aneh ketika bibir merah nan tebal itu terangkat ke belakang membentuk seulas senyum. Senyum yang tengah menggambarkan isi hatinya kini. Perasaan bahagia yang tengah melanda dirinya. Perasaan bahagia yang terlalu sulit tuk ia sembunyikan. Senyum itu semakin sering mengembang lebih lagi pada waktu namja itu mengarahkan pikirannya pada sebuah peristiwa malam itu.

Suara ketukan pintu menginterupsi kegiatan melamun Kyuhyun. Segera Kyuhyun membawa dirinya kealam sadar. Tak disangka sudah hampir 30 menit lalu aktivitas Kyuhyun hanyalah melamun dibumbui oleh senyum-senyum aneh tanpa alasan. Setelah Kyuhyun mengucapkan kata Masuk sebagai perintah pada orang dibalik pintu, sedetik setelahnya pintu telah terbuka. Seorang yeoja cantik hadir pada pandangan Kyuhyun. “Presdir ini ada beberapa dokumen yang harus kau tanda tangani.” Ujar Park Seo Yeon. “Letakkan saja disana.” Sahut Kyuhyun. Yeoja berambut panjang tersebut mengangguk patuh lalu melaksanakan seperti apa yang diperintahkan oleh Presdir Cho Corp. Seo Yeon membungkukkan tubuhnya untuk pamit dari hadapan Kyuhyun. Yeoja itu telah berbalik dan mulai melangkah hendak keluar dari ruangan sana. Suara ketukan antara lantai dengan ujung high heels yang digenakan Seo Yeon pun tercipta dengan konstan. Belum sampai yeoja itu keluar, irama ketukan high heels tersebut berubah dibarengi oleh suara jeritan seorang yeoja. Suara Seo Yeon.

“Aaawww,” Kyuhyun yang menyaksikan itu, tentu tidak hanya diam. Bergegas Kyuhyun menghampiri Seo Yeon dan membantu yeoja itu berdiri.

“Lain kali hati-hati jika kau berjalan ketika menggenakan high heels,” Komentar Kyuhyun setelah membantu Seo Yeon berdiri. “Ah ye. Mian.” 

“Kau tidak bersalah kenapa harus minta maaf? Apa kakimu tidak apa-apa?” 

“Tidak apa-apa,” 

Bohong jika Seo Yeon berkata ia tidak apa-apa. Sebab yang ia merasakan saat ini, rasa nyeri di sekitar pergelangan kakinya. Yeoja itu merasa tidak enak hati untuk berkata jujur bahwa kakinya tidak sedang baik-baik saja. “Benar? Kakimu tidak apa-apa?” Sekali lagi Kyuhyun melontarkan pertanyaan yang sama untuk meyakinkan bahwa sekertarisnya itu tidak apa-apa. “Jinja. Gwaenchana,” Jawab Seo Yeon.


Perasaan bahagia entah timbul dari mana datangnya, yang jelas saat itu juga Seo Yeon bahagia ketika sadar Kyuhyun tampak khawatir pada keadaanya. Namun tak lama perasaan bahagia itu pun menghilang ketika Kyuhyun melepaskan genggaman tangannya yang sejak tadi bertengger dilengan Seo Yeon. Sedikitnya Seo Yeon kecewa Kyuhyun melepaskan genggaman pada lengannya. Walau dengan sadar Seo Yeon tau tak seharusnya ia mengharapkan lebih pada namja itu. Mereka bukan siapa-siapa lagi saat ini. Status mereka tidak lagi seperti dulu. Hubungan mereka sekarang telah berbeda. Cho Kyuhyun pada saat ini adalah Presdir Cho Corp, atasannya. Bukan lagi namja miliknya. Park Seo Yeon berusaha menarik diri pada kenyataan. Kenyataan bahwa semuanya tak lagi dengan saat ini.

“Presdir saya permisi,” Seo Yeon berlalu dari hadapan Kyuhyun dengan segala usaha memasakan kakinya yang terkilir untuk berjalan sebisa mungkin. Walau rasa nyeri semakin menyengat di kakinya.

***
Bae Suzy menjalani hari sebagai mana biasanya. Namun ada satu hal yang berubah dari hidupnya. Bagaikan sinar matahari yang terhalang oleh kabut dan setelah kabut itu menghilang sinar matahari kembali memancar dengan warna terangnya. Hari-hari Bae Suzy yang sempat berubah menjadi kusam kini telah kembali berwarna. Diwarnai oleh kembalinya seorang namja disisinya. Cho Kyuhyun. Namja itu bagaikan sekumpulan crayon yang dapat mewarnai hidup Bae Suzy dengan segala macam warna berbeda. Membuat hidup ini terasa amat indah melalui setiap coretan warna berbeda.

“Aku menunggu di depan kantormu,”
Sebuah pesan singkat dengan isinya yang juga begitu singkat telah diterima oleh Suzy. Yeoja itu membaca sekilas isi pesan dan melirik arloji ditangan kiri. Benar. Sekarang sudah pukul 5. Waktu lazim untuk semua pegawai kantor mengakhiri pekerjaannya. Tapi tidak secepat ini. Batin Suzy. Bahkan ia pun belum bersiap diri untuk meninggalkan kantor. Tapi namja itu malah sudah datang. Suzy mengehela nafas sembari merapikan pekerjaan kemudian meraih tas tangannya.
Suzy dapati namja itu tengah bersandar pada Audy-nya dengan tangan bersedekap didepan dadanya. Tak lupa kaca mata hitam bertengger manis diwajah tampan itu dengan poni rambut coklat yang acak-acakan yang anehnya malah membuat namja itu semakin tampan dan cool. Semua yeoja pasti akan terpesona dengan pemandangan sederhana namun menarik itu. “Kau terlalu cepat,” Komentar itu langsung tercetus dari bibir Suzy ketika menghampiri Kyuhyun.
“Memang ada larangan aku tidak boleh menjemputmu lebih cepat. Apa harus aku meminta izin pada perusahaanmu agar bisa memulangkanmu lebih cepat dari biasanya?”
“Bukan seperti itu hanya saja--” Suzy tidak dapat meneruskan lagi kata-katanya ketika sebuah benda lembut mendarat sempurna di bibirnya. Suzy yang shock dengan perlakuan Kyuhyun hanya mematung.

Akhirnya setelah beberapa detik kemudian Kyuhyun melepaskan tautan bibirnya karena Suzy yang kunjung membalas ciumannya. Kyuhyun menatap lurus pada Suzy seolah tengah bertanya 'Wae? (Kenapa?) Kenapa kau tidak membalasnya?'
Kepala Kyuhyun sudah hendak maju kembali, namun dada Kyuhyun sudah langsung ditahan oleh kedua tangan Suzy. 

“Hya!” Seru Suzy. 

“Wae?” 

“Ini tempat umum,” 

“Ah aku tau. Jadi kau ingin kita melakukannya ditempat yang tertutup. Begitu?” Godaan dengan diiringi oleh tatapan nakal dari Kyuhyun semakin membuat Suzy geram. “Hya! Bukan seperti juga,”   


Audy hitam Kyuhyun berhenti di sisi jalan tepat di depan sebuah toko roti. Lantas Kyuhyun menoleh pada pada toko roti tersebut, begitu pula dengan Suzy yang juga ikut menoleh menatap lurus toko roti milik sang Eomma. 

“Kau pulanglah,” Suzy melepaskan sellbelt sesudah berujar singkat tadi pada namja chingu-nya.

“Benar tidak perlu ku antar?” 

“Ne tidak usah. Kau pulang saja dan istirahat. Anneyong.” Sebelum menghambur keluar mobil, Suzy mendaratkan sekilas bibirnya pada bibir tebal milik Kyuhyun. Kyuhyun hanya tersenyum sambil menatapi tubuh yeoja-nya dari dalam mobil.

***

“Suji-ya?” Ketika suara sang Eomma memanggil namanya, Suzy langsung menorehkan kepala menatap Hye Kyung dengan pandangan bertanya. 

“Ada yang Eomma ingin ceritakan padamu,”

“Nde?”

“Eomma memiliki seorang sunbae saat Eomma sekolah dasar di Gwangju dulu. Selain dia sebagai sunbae, kami adalah tetangga. Rumah Eomma dan rumahnya bersebelahan. Tak heran jika kami bersahabat dengan sangat dekat bahkan Eomma sudah menganggap dia adalah Oppa bagi-ku. Kami tumbuh bersama bertahun-tahun. Dia sosok Kakak yang sangat baik juga perhatian. Hingga suatu saat keluarganya harus pindah ke Seoul. Berpuluh-puluh tahun Eomma tidak pernah bertemu dengannya lagi. Hingga beberapa waktu lalu, Eomma kembali bertemu dengannya. Apa kau tau siapa sunbae Eomma itu?” 

“Appa Kyuhyun, geuchi?”

“Maja. Cho Seung Hwan dialah Sunbae Eomma. Yang ternyata Appa dari Kyuhyun.” 

“Aku sudah tau. Kyuhyun menceritakan semuanya padaku,” 

“Eomma ingin bertanya, apa maksud ucapanmu waktu itu bahwa Kyuhyun memiliki tujuan mendekatimu?” 

“Ahh.. Mengenai itu.. Lupakan saja.” 

Sengaja Suzy tidak ingin memberitahukan pada Hye Kyung kronologis cerita yang pernah menyeretnya pada luka akibat cinta. Ia menutup rapat mulutnya, Suzy hanya takut Eomma-nya akan merasa bersalah akibat kesalahan yang sebenarnya tidak pernah yeoja paruh baya itu lakukan. Biarlah hanya dirinya yang tau keseluruhan alur cerita kesalahpahaman itu. “Eomma ingin lain waktu menemui Appa Kyuhyun.” 

“Tidak akan pernah bisa lagi Eomma,”

“Waeyo?” 

“Karena Appa Kyuhyun telah meninggal,” 

“Mwo?”

***

“Suzy-shi kemarin saat pulang kerja, aku melihatmu dengan seorang namja. Apa itu namja chingu-mu?” Suzy memamerkan senyum sebagai jawaban Iya atas pertanyaan Eun Hee, rekan satu divisi Suzy. “Dia sangat tampan. Siapa namanya? Bisa kau kenalkan lain waktu pada kami?” Suzy kembali menunjukkan senyumnya. Namun kali ini senyum getir yang muncul. Suzy terlalu bingung untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang amat sulit bagi Suzy jawab. Suzy perlu berpikir ratusan kali memilih jawaban.

Mana mungkin Suzy menjawab dan berkata bahwa namja chingu-nya itu adalah Cho Kyuhyun, namja pujaan se-Korea Selatan. Apa jadinya jika Suzy menjawab demikian. Terlebih lagi pada Eun Hee, yang dengan jelas Suzy ketahui, dia termasuk salah seorang penggemar Presdir Cho Corp tersebut. Tentu tidak mungkin. 

“Hya? Kau malah melamun. Ayo kapan kau bisa memperkenalkan kami?” 

“Ah itu--” 

“Eun Hee-ya apa kau tau kemarin Cho Kyuhyun berada disini?” Eun Hee lantas menoleh cepat saat sebuah cetusan terdengar dari belakang mereka. Setidaknya itu memberikan Suzy waktu untuk lanjut berfikir. Nama Cho Kyuhyun seperti magnet yang dapat menarik siapa saja mendekat kearah magnet itu. Lebih lagi Eun Hee, mengingat yeoja itu memiliki telinga yang jeli apa lagi untuk mendengar nama Cho Kyuhyun. Suzy menjadi agak ketar-ketir, pasalnya ada rekan kerjanya yang mengetahui keberadaan Kyuhyun saat menjemput dirinya kemarin sore. Ia tidak ingin hubungannya dengan Kyuhyun semakin terpublikasi.

“Benarkah? Untuk apa ia disini?”

“Molla, aku hanya melihatnya berdiri didepan kantor saat jam pulang kerja. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.” 

'Sebegitu populerkah dirinya?' Ucap Suzy tentu hanya disuarakan dalam hatinya. 

“Kira-kira untuk apa ya Presdir sesibuk dia bisa datang ke sini?”

'Tentu saja untuk menjemput ku.' Sahut Suzy masih dalam hati.

“Mungkin untuk menjemput sesorang,” Sambar yeoja di sebelah Suzy, Na Rin.

“Betapa beruntungnya yeoja yang menjadi yeoja chingunya. Betapa inginnya aku menjadi wanita beruntung itu,” Andai saja mereka tau, yeoja beruntung itu ada disamping mereka. Didekat mereka. Mendengar apa yang mereka diucapkan.

***

Tae Hyun-ah apa jadwalku hari ini?”

“Hari ini kau ada meeting dengan Presdir Kim dari Hongja Group,” 

“Baiklah,” 

Setelah pintu lift terbuka, Kyuhyun memacu langkahnya lebih cepat menuju ruang kerjanya. Dan Tae Hyun dengan sigap mengekor dibelakang Cho Kyuhyun. Saat berjalan menuju ruangannya, namja bertinggi 180-an itu tak sengaja ekor matanya melihat seorang yeoja berjalan dengan agak terpincang didalam ruangan Sekertaris. Jelas Kyuhyun tau, itu adalah Seo Yeon. Dugaan Kyuhyun benar bahwa kaki yeoja pasti telah terkilir. Kyuhyun terus melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam ruangan kerjanya dan berkutat pada tugas-tugas nya sebagai seorang pemimpin Cho Corp.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Dengan segala kesibukan yang melanda Kyuhyun hingga ia tak sadari hari telah berganti menjadi gelap. Matahari entah sudah sejak kapan meninggalkan bumi, Kyuhyun tak tahu. Yang ia tau, bahwa saat ini sudah melampaui batas waktu pulang kerja. Kyuhyun melirik arloji. Ini sudah pukul 7 malam. Hari ini ia tidak menjemput yeoja chingu-nya. Kyuhyun melewatkan satu aktivitasnya itu. Kyuhyun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Tangan kirinya meraih ponsel dimeja. Tak lama ponsel pun berpindah posisi menjadi disisi telinga namja itu.

“Yeobseyo,” Suara dari ujung ponsel  Kyuhyun.

“Bogoshipeo,” Ungkap Kyuhyun. 

“Kau menghubungiku hanya untuk mengatakan itu?”

“Bisa dikatakan begitu. Kau sedang apa?” 

“Aku sedang membuat ramen. Eomma pulang terlambat hari ini. Jadi aku hanya bisa makan ramen. Dan kau sedang apa?”

“Na? Aku masih berada di kantor.”

“Yasudah kau lanjutkan saja perkerjaanmu. Jangan pulang terlalu malam dan jangan lupa untuk makan. Anneyong,”

“Aishh yeoja ini. Berani sekali ia menutup panggilanku secara sepihak seperti ini,” Sebal Kyuhyun.



Beberapa pegawai membungkuk hormat ketika sang Presdir lewat didepan mereka. Baru Kyuhyun akan memasuki mobil, tapi gerakan tubuhnya tertahan mendapati Seo Yeon, sekertarisnya berjalan keluar kantor. “Kau akan pulang?”

“Ye,”

“Kakimu sedang tidak baik, biarkan aku mengantarmu.” 

“Tidak perlu Presdir. Aku bisa meminta Park Ahjusshi memanggilkan taxi untukku,”

“Ini perintah!” Cecar Kyuhyun tidak ingin kalah dengan penolakan yeoja itu. Tanpa Kyuhyun tau, bibir yeoja itu tertarik membentuk seluas senyum saat akan memasuki Audy mewah Kyuhyun.
Di dalam perjalanan, kedua orang didalam mobil tersebut sama-sama diam. Mereka memiliki pemikiran masing-masing. Suasana canggung dapat dirasakan Seo Yeon. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Kyuhyun. Namja itu malah terlihat santai dan tak ada tanda-tanda bahwa ia merasakan kecanggungan seperti yang yeoja itu rasakan. Sebagaimana biasanya orang yang tengah sibuk mengemudi, dan itu juga yang dilakukan Kyuhyun. Memfokuskan diri pada kegiatan menyetirnya. Sementara yeoja disebelah Kyuhyun itu, tak henti merasa kecanggungan menyelimuti dirinya.
“Dimana rumahmu?” Tanya Kyuhyun. 

“Di Gangnam Presdir,” “Tak perlu terlalu formal. Kita tidak sedang berada di kantor.” 

Ah ye Presdir,”

“Tidak perlu memanggilku Presdir. Ini kan sudah diluar jam kerja. Panggil saja aku seperti waktu dulu.”

“Arraseo,”

“Kau bertindak seolah kau baru mengenalku saja,” Mungkin kalimat itu terdengar sangat biasa dari seorang Presdir, namun berbeda hal bagi Park Seo Yeon. Kalimat-kalimat tadi malah sukses mengangkat jiwa yeoja itu beterbangan diatas awang-awang. Pernyataan tadi entah mengapa berhasil membuat yeoja itu menjadi amat bahagia. Setiap kata yang teruntai dari bibir Kyuhyun barusan, seolah menjadi pembuka harapan bagi Seo Yeon. Suatu harapan yang telah yeoja itu tekadkan untuk mewujudkannya.



Kyuhyun menghentikan mobilnya di depan gedung Apartemen di daerah Gangnam. Ia pun menoleh pada yeoja di kursi mobil sebelahnya. Yeoja bernama Park Seo Yeon ikut menoleh pada Presdir-nya seusai ia melepaskan selbelt dari tubuhnya. 
“Gomawo,” Katanya singkat.

“Chakaman,” Tahan Kyuhyun. Seo Yeon berbalik lalu menatap Kyuhyun dengan pandangan heran.

“Kau bisa masuk sendiri dengan kakimu yang seperti ini?”

“Ne, aku bisa.”

“Kau yakin?”

Dengan agak terpaksa Seo Yeon tetap menerima bantuan Kyuhyun yang bersikeras akan mengantarkan yeoja itu ke dalam Apartemen-nya. Kyuhyun memapah tubuh yeoja itu. Mereka berjalan menuju Apartemen Seo Yeon yang bertempat dilantai 6.

“Apa kau sudah memeriksakan kakimu ke rumah sakit?”

“Belum.”

“Kau harus memeriksakan kakimu. Jangan hanya dibiarkan terus-terusan.” Ujar Kyuhyun mencoba menasihati yeoja itu. “Ye, jika aku punya waktu, aku pasti memeriksakan nya.”

“Kau bisa izin bekerja untuk sehari. Kau juga harus perhatikan tubuhmu,” 

“Ne arra,”

 Tak terasa mereka telah tiba pada sebuah pintu kamar. Mengikuti langkah Seo Yeon yang terhenti, langkah Kyuhyun juga ikut terhenti. “Kau ingin masuk?” Tawaran itu diajukan Seo Yeon untuk sang atasan. “Tidak. Aku ingin langsung pulang. Ini sudah malam. Kau beristirahatlah, kompres kakimu sebelum tidur dan jangan lupa periksakan ke rumah sakit,” Tutur Kyuhyun panjang lebar sebelum akhirnya berlalu dari hadapan yeoja itu. Park Seo Yeon mengulas lagi sebuah senyum. Entah ini sudah keberapa kalinya ia tersenyum dengan hanya melihat perlakuan yang Kyuhyun berikan. Saat ini, yeoja itu amat yakin pada tekadnya. Tekad untuk meraih kembali apa yang sempat ia lepaskan dari hidupnya. Melalui perlakuan Kyuhyun tadi seolah menjadi sebuah pintu pengharapan bagi Seo Yeon. Perhatian namja itu, membukakan kembali keyakinan Seo Yeon untuk meraih apa yang ia cintai. Yeoja itu yakin masih ada kesempatan kedua baginya.

***

Hari minggu telah tiba. Suzy berniat menghabiskan hari libur untuk membereskan rumahnya. Sudah semenjak yeoja cantik itu memiliki pekerjaan, Suzy tidak memiliki waktu membantu Eomma-nya, maka itu sengaja Suzy merelakan waktu liburnya untuk berkutat dengan pekerjaan rumah tangga.
Bae Suzy memulai pekerjaan membersihkan rumah diawali dengan menyapu, berlanjut dengan mengepel lantai.

Waktu sudah berlalu 2 jam sejak Suzy membereskan rumahnya. Seisi rumah itu telah berubah menjadi bersih juga rapi. Suzy berkaca pinggang melihat perubahan pada isi rumahnya. Sesaat Suzy menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia tersenyum bangga, berpikir bahwa hasil pekerjaannya tidak sia-sia. Peluh yang bermunculan didahi Suzy nyatanya membuahkan hasil untuk perubahan rumah nya. Suzy meraih sebuah gelas lalu segera menenggak habis isi gelas tersebut. Gelas kosong tersebut kemudian di letakkan kembali oleh Suzy pada meja dapur. Setelah meninggalkan dapur, Suzy memposisikan tubuhnya duduk dihadapan televisi. Namun televisi yang dipandangnya itu hanya menampilkan warna hitam karena memang televisi televisi itu tidak dinyalakan. Suzy memutarkan kedua bola matanya, dari sudut mata bulat itu Suzy menangkap meja kecil dengan beberapa laci bersusun dibawahnya terletak tak jauh dari tempat duduknya. Seperti ada yang suatu tarikan yang menarik Suzy untuk menjangkau meja kecil berbentuk persegi panjang tersebut. Suzy mendekat dan duduk didepan meja. Laci paling atas dibuka Suzy. Ia mendapati tumpukan kertas tak diketahuinya mengisi laci paling atas. Kini dibuka Suzy laci kedua. Suzy langsung mengangkat isi dari laci kedua itu setelah mengetahui ternyata isinya ialah album foto.

Dengan perlahan, jemari Suzy bergerak membuka setiap lembaran kertas kaku itu. Suzy memandangi lekat-lekat setiap foto yang dilihatnya. Disetiap lembar kertas, ia dapati gambar dirinya ketika masih anak-anak dulu dengan berbagai pose lucu nan imut. Senyum sering kali menghiasi wajah manis itu, melihat betapa narsis dirinya saat kecil dulu. Berbagai macam pose dapat Suzy temukan ditiap lembarnya. Mulai dari pose imut, lucu, kesal, marah, menggemaskan, semua tertuang dalam bentuk kertas didalam sana.

Sekejap mata senyum itu langsung pudar, digantikan oleh tatapan sendu ketika menemukan gambar seseorang yang sangat dirindukan Suzy. Bae Ji Hwang, orang yang tidak akan pernah dapat Suzy temui lagi di dunia. Hanya dengan melalui foto-foto itu, Suzy dapat melihat kembali wajah tampan sang Appa yang meninggalkannya di umur Suzy yang masih amat kecil. Di umur yang masih 3 tahun, Suzy sudah harus mengalami kehilangan Appa yang dicintainya. Dan menjalani hidup tanpa sosok Appa disisinya.

Suara ketukan pintu menginterupsi kegiatan Suzy mengenang sang Appa. Sebelum bangkit dari posisinya, Suzy menyeka air mata yang jatuh tanpa disadari yeoja itu.
Suzy dikejutkan oleh kehadiran namja itu didepan rumahnya. “Kau.. Sedang apa disini?” Selidik Suzy. “Hanya ingin bertamu ke rumah kekasihku,”

“Aku ini tamu, bukankah seharusnya tamu dipersilahkan masuk?”

“Ndeh?” Sadar akan sindiran yang Kyuhyun tujukan untuknya, Suzy menggeser tubuhnya memberi jalan agar Kyuhyun dapat masuk. Tanpa aba-aba Kyuhyun memasuki rumah itu tepatnya mendahului sang pemilik rumah.

“Kau sedang apa?”

“Aku habis membereskan rumah,” 

“Yeoja chingu-ku ternyata orang yang rajin,” Ledek Kyuhyun. “Aku ini memang rajin,” Sahut Suzy menatap kesal Kyuhyun.

“Dimana Eomma-mu?”

“Ia sudah pergi ke toko roti,” Yeoja itu kembali duduk didekat meja, tempat album foto itu terletak.

Eoh apa ini?” Kyuhyun mendekat lalu duduk disisi Suzy dengan pandangan ikut menatapi album foto tersebut.

“Oh ini album foto.” 

“Berikan padaku, aku ingin melihatnya.” Kyuhyun menarik sepihak tanpa persetujuan sang empunya. Langsung saja dibuku Kyuhyun album yang sempat tadi ditutup Suzy tersebut. “Kau sangat narsis ternyata,”

Kyuhyun bereaksi dibarengi oleh senyum mengejeknya. Foto-foto yang Kyuhyun lihat dijadikan itu sebagai bahan ejekan untuk menggoda sang yeoja chingu. “Kau terlalu banyak komentar Tuan Cho,” Suzy mendesis sebal akan ejekan-ejekan yang namja itu lontarkan.

“Ini--” Mulut Kyuhyun terasa kelu untuk melanjutkan lagi kalimatnya. Untuk beberapa saat nafas namja itu tertahan. Matanya lekat menatap satu gambar orang dalam album itu. “Itu adalah Appa-ku,” Cetus Suzy tanpa dipinta oleh Kyuhyun.

'Wajah ini. Aku mengenalnya. Aku mengingatnya.' Kata Kyuhyun membatin.

 'Dialah penyelamatku. Dia pahlawan bagiku.'

“Dia meninggal saat umurku 3 tahun,” Kyuhyun tersadar dari lamunan saat yeoja didepannya itu membuka mulut menceritakan mengenai Appa yeoja itu.

“Dia meninggal dalam insiden penembakan saat ia sedang bertugas,”

“Dia adalah seorang kepala polisi. Ia menyelamatkan seseorang bahkan hingga rela mengorbankan nyawanya. Eomma bilang, Appa-ku adalah orang yang baik. Dia orang yang penyayang dan juga rela berkorban. Hingga menukar nyawanya pun ia rela. Appa adalah pahlawan bagiku. Meski aku sendiri tidak memiliki banyak waktu yang kulewati bersama Appa.”

“Kau benar dia adalah seorang pahlawan. Dia adalah pahlawan bagiku juga.” Dengan pandangan yang agak mengabur, Suzy mengarahkan tatapan pada Kyuhyun. Suzy tidak mengerti maksud dari kalimat Kyuhyun barusan.

“Apa maksudmu?”

“Dia adalah pahlawanku, dia penyelamatku, dia penolongku. Dia yang telah membuatku hidup hingga saat ini. Dia yang memberi aku kesempatan untuk aku bisa tetap hidup. Dia yang rela menukar nyawanya demi bocah nakal sepertiku. Dialah--” Kyuhyun tak sanggup lagi mengungkapkan kata-katanya. Yang dilakukan namja itu hanya menunduk tak berani menatap putri dari orang yang telah menolongnya itu. Ia teramat malu mengangkat wajahnya meski hanya untuk melihat ekspresi yeoja itu saat mengetahui semua kebenaran tentang kematian yang menimpa Appa Suzy.

“Maksudmu apa?”

“Akulah penyebab kematian Appa-mu. Dia mengambil peluru yang seharusnya menembakku. Akulah orang yang diselamatkan oleh Appa-mu. Akulah yang membuat kau kehilangan Appa-mu. Aku yang menyebabkannya.” Yang dapat dilakukan yeoja itu kini hanyalah diam mematung dengan bibir yang terkatup rapat-rapat. Suzy menatap Kyuhyun dengan pandangan tak percaya. Yeoja itu terlalu shock menerima satu kenyataan lagi di dalam hidupnya. 

“Kau--” 

“Ne, aku tau ini pasti sulit untuk kau terima. Tapi kumohon maafkan aku Suji-ya. Aku tidak berharap Appa-mu akan menyelamatkanku. Saat aku mengetahui semua ini, aku berharap Appa-mu tidak pernah menyelamatkanku, biarlah aku yang tertembak saat itu. Aku takut kau membenci.


TBC~






My Princess Part 2

1 komentar
My Princess Part 2

Author              : Chindy Agryesti.

Facebook         : Chindy Agryyesti Horvejkul 

Twitter              : @Chindy404 

Blog                  : http://chindyhvk.blogspot.com/

Cast                 :
  •  Cho Kyuhyun
  •    Yoon Haera


Genre              : AU!, Romance.

Rating             : PG15

Length             : Chapter


Cinta dapat datang dan pergi kapan saja, tetapi cinta sejati pasti datang tepat pada waktunya.


—My Princess—

                                                                     
Beggin :


Dibalik selimut tebal berwarna putih itu, seorang yeoja muda masih dengan lelapnya menjelajahi alam mimpi, ditemani oleh hangatnya lembaran selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Meski matahari sudah tak berada di ufuk timur lagi, namun sepertinya tidak ada tanda-tanda yeoja tersebut akan lekas bangun untuk mengakhiri kegiatan favoritnya itu. Matahari bahkan sudah melaksanakan tugasnya, menerangi isi bumi sejak beberapa jam lalu. Sementara yeoja itu, untuk menyeret jiwanya ke alam sadar pun belum dilakukannya. Mungkin saja yeoja bernama Yoon Haera itu berniat menghabiskan sehari ini untuk kegiatan tidurnya. Jika saja, suara familiar itu tidak menginterupsi aktivitas Haera. Tidak menutup kemungkinan, Haera sungguh menghabiskan waktunya untuk berada di pulau kapuk ditemani guling dan selimut hangatnya seharian penuh. Dari luar kamar, teriakan berasal dari sang Eomma semakin jelas dan pula semakin mengganggu kententraman Haera. Dengan sedikit keterpaksaan, Haera akhirnya membuka juga mata sipitnya. Berselang beberapa detik, pintu kamar itu pun terbuka disertai teriakan Nyonya Yoon yang tak ada hentinya untuk membangunkan putri sulungnya itu. “Mau sampai jam berapa kau akan berkutat pada selimutmu itu?” Celotehan Nyonya Yoon itu nyatanya berhasil membuat mata putrinya terbuka sempurna. “Biarkan aku tidur sepuasnya hari ini Eomma. Kesempatan langka aku bisa memiliki waktu luang seperti ini,” Haera mencoba membela diri, yang langsung disambut oleh pelototan dari sang Eomma. “Kau ini seorang yeoja. Bagaimana bisa seorang yeoja tidur selama ini?! Ini sudah pukul 11, kau berharap Eomma akan memberimu waktu untuk tidur lagi. Andwae! Sekarang bangunlah. Mandi dan bereskan kamarmu. Kau bisa melakukan kegiatan yang lebih berguna dibandingkan hanya  untuk tidur saja,” Haera hampir saja kembali memejamkan matanya, mendengar celotehan sang Eomma yang ia pikir hampir mirip dengan seseorang orang yang tengah berdongeng.

“Kau masih belum juga mau bangun? Aish mimpi apa aku ini memiliki putri semalas dirimu? Haera-ya sadarlah kau ini yeoja. Kau akan menjadi seorang istri suatu saat. Ini sangat memalukan jika ada yang tau bahwa seorang calon putri berkelakuan seperti ini!”

“Ye ye arraseo. Aku akan bangun.” Bergegas Haera menjulangkan tubuhnya diatas lantai. Dan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah malas. Sebenarnya masih perlu beberapa menit lagi untuk benar-benar membuat yeoja itu tersadar. Nyawa Haera belum sepenuhnya berkumpul, namun sudah harus ia paksakan melakukan aktivitas. Bisa saja Haera menetap lebih lama lagi ditempat tidurnya untuk beberapa saat selanjutnya asal telinganya siap untuk menerima setiap ocehan yang pasti akan  ia dapatkan dari sang Eomma. Dan juga topik pembicaraan Nyonya Yoon yang mengarah pada pembicaraan calon istri pangeran, menjadi salah satu alasan Haera tidak ingin berlama-lama mendengar pidato dari sang Eomma. Jelas sekali Nyonya Yoon berharap banyak pada penyeleksian itu. Padahal Yoon Haera selaku orang yang menjalaninya saja tidak berharap apa-apa. Sementara Nyonya Yoon terlihat mengharap banyak pada putri-nya itu. Bisa dikatakan, Nyonya Yoon mengharapkan apa yang tidak diharapkan putrinya.

***

“Haera-ya bantu Eomma, ada tamu tolong bukakan pintunya.” Teriak Nyonya Yoon dari dapur pada Haera yang sedang asyik dengan drama televisi yang ia tonton diruang keluarga. Haera mengeluh pada sang Eomma yang sudah mengganggu kegiatan bersantainya sebelum akhirnya beranjak juga yeoja itu dari sofa dan melangkah malas menuju pintu. Dibukanya pintu utama yang langsung menampilkan sesosok namja yang sudah dapat Haera tebak orang itu ialah seorang pengantar surat. Pria berumur kepala empat itu langsung saja menyerahkan sebuah amplop kepada Haera dan segera berlalu.

“Surat apa ini? Mengapa terdapat stample kerajaan?” Gumam Haera saat itu juga tepatnya saat setelah menerima surat ber-stample tersebut. “Nugu?” Dari arah belakang, Nyonya Yoon menghampiri Haera yang masih berdiri tak jauh dari pintu. “Molla. Tadi seorang kurir mengantar ini,” Haera membalas datar disertai uluran tangannya untuk menyodorkan kertas tersebut pada sang Eomma. “Coba Eomma lihat. Tidak biasanya ada yang mengirim surat ke rumah kita,” Selepas surat itu berpindah tangan pada Nyonya Yoon, Haera membalikkan tubuh berniat untuk kembali melanjutkan kegiatan berkencannya dengan televisi. “Ini surat dari Cheongwadai Haera-ya..” Haera tak menggubris. Sedikit pun yeoja itu tak tertarik dengan semua yang berhubungan dengan Cheongwadai. Haera meraih remote televisi dan sibuk mencari siaran televisi yang cocok untuk menjadi tontonan yeoja itu. Karena drama yang sedang ia tonton baru saja berakhir. “Haera-ya..” Panggil Nyonya Yoon. Haera membalas dengan hanya sebuah deheman singkat. “Haera-ya kau lolos chagi. Kau masih berkesempatan,” Jerit Nyonya Yoon girang. Yeoja tengah baya itu bergumam bahagia kemudian menghampiri sang putri.

“Apa maksud Eomma?”

“Kau lolos dari tahap pertama,” Jelas sang Eomma.

“Geojitmal! Maldo andwae! Itu tidak mungkin Eomma,”

“Igeo Igeo.. Kau lihat sendiri. Ini benar-benar namamu. Kau hebat putriku!” Nyonya Yoon tak hentinya berseru bahagia sementara Yoon Haera hanya dapat menghela nafas berat. Apa yang tidak diharapkannya malah terjadi.

Haera terdiam, memikirkan sesuatu. Haera  merasa ada keganjilan atas lolos nya ia melalui tahap pertama. Pasalnya dari seluruh serangkaian percobaan seperti memasak, menjahit, merajut, merangkai bunga, bercocok tanam, dari semua itu tak ada yang dapat Haera kerjakan dengan baik. Jika seandainya diberikan penilaian terhadap setiap pekerjaan Haera, mungkin nilai yang paling tepat ialah nilai E. Jadi bagaimana mungkin bisa Yoon Haera lolos begitu saja sementara masih banyak yeoja yang dapat melakukan pekerjaan lebih baik dibandingkan Haera.

Di waktu yang bersamaan, ditempat yang berbeda. Cho Kyuhyun menghampiri sang Eomma yang berada di ruang keluarga bersama dengan Cho Seung Hwan, Appa Kyuhyun.
“Eomma kau memanggilku? Ada apa?” Tuntut namja itu dan langsung menduduki sofa diseberang Appa dan Eomma-nya. “Apa sudah ada yeoja yang membuatmu tertarik?” Selidik Kim Hana.

“Eobseo.”

“Yang ada hanya wanita tidak sopan yang selalu membuatku kesal,” Tambah Kyuhyun. Yang sebelumnya sudah Kyuhyun ketahui, bahwa yeoja itu menjadi salah satu peserta yang mengikuti seleksi untuk merebut posisi menjadi istrinya. Keberadaan yeoja itu di istana tepat dengan waktu diadakannya seleksi, sudah dapat Kyuhyun simpulkan bahwa yeoja itu menjadi salah satu kandidat calon istrinya. Yeoja pertama yang ditemui Kyuhyun yang dengan beraninya berbicara sambil melemparkan tatapan tajamnya pada seorang Cho Kyuhyun, pada namja pujaan setiap wanita tersebut. Yoon Haera. Ialah wanita yang berani berbuat demikian. Dialah satu-satunya yeoja yang telah menorehkan sejarah dalam kehidupan Cho Kyuhyun. Bila mana ia selalu dilempari tatapan kagum dan penuh cinta dari pada setiap yeoja yang ditemuinya. Berbeda halnya, dengan yeoja yang Kyuhyun temui belakangan ini. Yeoja pemilik nama Yoon Haera tersebut tak segan melempari Kyuhyun dengan tatapan tajamnya. Perlakuan yang amat berlawanan dari perlakuan yang biasa Kyuhyun terima.

“Bagaimana proses penyeleksiannya?” Tuan Cho yang sedari tadi hanya sibuk dengan lembaran dokumen yang ia pegang, akhirnya membuka juga mulutnya untuk bertanya mengenai proses pencarian calon istri bagi putra tunggalnya, Cho Kyuhyun. Tidak dipungkiri bahwa Presiden Korea itu sedikit banyaknya penasaran akan acara penyeleksian calon istri untuk putranya, yang memang sengaja diadakan untuk mempertahankan adat kerajaan yang sudah ada sejak zaman Joseon dulu. “Semuanya lancar. Bahkan aku sudah memiliki satu kandidat yang tepat untuk menjadi calon istri Kyuhyun, hanya tinggal menunggu tahap selanjutnya. Eomma yakin dia akan cocok denganmu Kyu. Gadis itu cantik, pintar, berpendidikan, dan juga berasal dari keluarga yang baik,” Ungkap Nyonya Cho. Siapa pun yang melihat ekspresi yeoja paruh baya tersebut saat itu, sudah dapat menyimpulkan bahwa ia menyukai dengan amat yeoja yang tengah di bangga-banggakan nya itu, Yoon Haera. “Jika pada akhirnya Eomma yang memilihkannya untukku, kenapa harus dilakukan acara seperti itu? Itu terdengar tidak adil,” Cetus Kyuhyun. “Ya itu karena Eomma baru mengetahui ternyata putri dari sahabat Eomma ikut mendaftar untuk menjadi calon istri-mu. Seandainya Eomma ingat lebih awal tentang putri sahabat Eomma itu, sepertinya tidak perlu melakukan penyeleksian seperti ini,”

“Putri dari sahabat-mu?” Sambar Tuan Cho.

“Ne, sahabatku ketika sekolah dulu. Dia memiliki dua orang putri dan anak pertamanya ternyata mengikuti penyeleksian yang kita adakan,”

Terungkap satu alasan yang melatarbelakangi ketertarikan Nyonya Cho terhadap putri sulung dari keluarga Yoon tersebut. Tak lain dan tak bukan, alasan tersebut karena Haera yang merupakan putri Seo Min Hwa yang ternyata adalah sahabat dari Kim Hana ketika mereka sekolah dulu. Dan Kim Hana pun menginginkan hubungannya dengan Seo Min Hwa bisa melebihi dari sekedar sahabat, melalui putra-putri keduanya. Dan itulah menjadi sebuah spekulasi yang diharapkan oleh Ibu dari pangeran Korea tersebut.


***

Haera kembali dipaksa untuk mengenakan gaun –lagi— untuk mengikuti penyeleksian tahap kedua ini. Dan kembali Haera harus bersedia membiarkan tubuhnya dibalut oleh pakaian yang tidak disukainya, gaun. “Kau harus melakukan sebaik-sebaiknya,” Rangkaian kata barusan menjadi kalimat pengantar yang diucapkan oleh Nyonya Yoon pada putri-nya sebelum kepergian Haera menuju Cheongwadai. Dan hingga detik ini, meski sudah berselang setengah jam lalu, kalimat sang Eomma itu masih  terus melekat dikepala Haera.

'Melakukan sebaik-baiknya?' Batin Haera.

'Memangnya apa yang bisa kulakukan? Eomma terlalu berharap banyak. Seharusnya Eomma saja yang mengikuti acara konyol ini,' Gerutu Haera yang hanya dapat ia suarakan dalam hati. Ia hanya tidak ingin menjadi anak durhaka yang suka mengumpat tentang Eomma-nya sendiri.

“Nona, sudah tiba,” Haera menatap sekeliling bangunan mewah berwarna putih didepannya itu. Sebelum akhirnya menghembuskan nafas beratnya dan beranjak keluar dari mobil.
Haera kira kedatangannya di Cheongwadai kemarin akan menjadi kunjungan pertama sekaligus yang terakhir baginya. Haera pikir, ia tidak akan menginjak lagi kakinya ditempat pemerintah negara Korea Selatan itu. Namun semuanya terbalik dengan harapannya. Nyatanya saat ini yang masih memiliki kesempatan untuk berada di Cheongwadai lagi. Mengingat tidak sembarang orang yang dapat memasuki rumah pemerintahan Korea tersebut.



Haera baru saja mengakhiri penyeleksian tahap kedua ini. Ia keluar dari sebuah ruangan dimana didalamnya terdapat ibu negara yang telah menyediakan pertanyaan untuk setiap 
orang yang berhadapan dengannya. Persis seperti orang yang melakukan wawancara bila mana tengah melamar pekerjaan. Tipikal gadis apa adanya, jujur, dan tulus. Berbekal kepribadian tersebut, Haera mampu melalui setiap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan padanya dengan mudah dan tanpa ragu. Sebagai mana kepribadian yeoja itu, Haera berhasil memikat Nyonya Cho melalui jawaban-jawabannya yang didasarkan kejujuran yeoja itu.


Haera membiarkan kakinya terus melangkah meski ia sendiri merasa asing dengan lingkungan Cheongwadai. Ia hanya menginginkan suasana sunyi dimana ia bisa menyamankan dirinya karena yeoja itu benci dengan keramaian dan kegaduhan. Hingga tanpa disadari, yeoja itu kini berada disebuah ruangan besar nan mewah. Haera sama sekali tidak tahu dimana ia berada sekarang ini dan bagaimana ia bisa berada disana. Tapi yang Haera tau, sekarang ini ia berada di sebuah ruangan yang sepertinya adalah ruang keluarga. Ruangan itu didominasi oleh warna coklat eboni dengan segala furniture yang tertata pas disetiap sudutnya. Haera dibuat takjub oleh ruangan tersebut. Dan satu hal yang paling membuat takjub Haera. Figura besar yang tertempel pada dinding. Figura yang memuat sosok seseorang yang selalu membuatnya kesal. Cho Kyuhyun. Haera melihat replika orang itu dalam foto keluarga tersebut. Sedetik pun tidak teralihkan tatapan Haera kearah lain. Bola matanya seakan terkunci. Yoon Haera terlalu shock mengetahui satu kenyataan yang tidak dapat dipercayainya.

“Jadi namja itu--”

“Dia putra dari Presiden Cho?” Haera berdialog seorang diri sambil masih menatapi foto keluarga Presiden Korea Selatan tersebut. Pikirannya memang dengan mudah menyimpulkan satu kenyataan itu, tapi hatinya sulit menerima kenyataannya.

“Jadi aku mengikuti seleksi ini untuk menjadi istrinya? Menjadi istri dari namja menyebalkan itu? Maldo andwae!”

Belum selesai Haera dengan kegiatan mendesisnya. Alunan musik yang terdengar begitu indah memenuhi indera pendengaran Haera. Beberapa detik selanjutnya, tidak hanya dentingan piano yang terdengar. Kini disertai juga suara bariton yang mulai memainkan nada-nada indah dalam untaian setiap kalimatnya.

Geudael saranghan manneun heunjokdereun ijen jiwoyagetjyo,
Geudae sajindo hamke nanun chatjando juindo eophsi nama itjyo,
                            
Chuokmaneuron ne miryonmanneuron deoneun eimi opneun modeun gotdeureul.

Haera tak kuasa menahan kakinya untuk tidak mendekat kearah sumber suara. Kedua kakinya bergerak dengan sendirinya tanpa Haera kehendaki. Semakin banyak langkah yang tercipta dari kaki jenjang itu, semakin pula dentingan piano dan alunan lagu itu terdengar dengan jelas.

Sondamyon nan nunmuri heulloso barabeol ttaemyeon mame mongi deuroso,
Ijen gaseum sirin chuogeuro mudodeuryo geudae heunjogeul nan jiujyo,
                        
Sarang do eopjyo naege nameun georagon geudeye chuokpun,
Bancokeul iro amu sseulmodo eophsi nal mugobgeman hal ppunninde,

Naye nunmuldo gin naye hansumdo ijen soyongopneun gol aljyo,


Disisi pintu tempat Haera berdiri, dari situ Haera dapat melihat siapa orang yang tengah memainkan lagu favoritnya. Seorang namja berpakaian kemeja putih dilihat Haera. Jemari namja itu secara teratur menekan tuts piano, merangkai melodi indah nan mempesona. Dengan penghayatan yang begitu mendalam, Kyuhyun menyanyikan lagu berjudul Love Dust itu dengan segenap perasaan yang membuat siapa saja akan terpengarah kagum akan sosok sempurna seorang Cho Kyuhyun.

Sonman deodo nan nunmuri heulloso barabol ttaemyeon maeume meongi deureoso,
Ijen gaseum sirin chuogeuro namgyojil geudae heunjogi neomu mannaso apheujyo,

Kkok monjicheoreom ne mam geotgose geu sarangi nama,

Geudel saranghan geu heunjogeul chiujyo ne bang gadeukhan geudeye hyanggikajido
Hajiman ne ane namaitneun sarangeun jiuryo hedo modu boriryo hedo
Geuge jal andwenabwayo geudega ne mame beoso


Walau dengan mata yang terpejam, Kyuhyun masih terus berfokus memainkan jemarinya di atas tuts piano dan mulutnya yang juga tak pernah diam, terus melantunkan lyric dari lagu bertemakan cinta tersebut. Love Dust. Lagu favorit Yoon Haera. Hingga akhir lagu tersebut, Haera tak membuang pandangannya pada apa pun kecuali hanya menatapi orang itu, menatap takjub akan sosok Cho Kyuhyun dimatanya.

Sial! Rutuk Haera. Untuk pertama kali, Haera merasa resah dan juga bingung sendiri. Dia pernah mengenal lebih dari selusin namja tampan. Dari yang sekedar tampan hingga yang tampan luar biasa. Dari yang keren, agak keren bahkan sampai yang sangat keren. Tapi baru kali ini Haera, merasa resah akan pesona seseorang. Lebih tepatnya, pesona yang dimiliki Cho Kyuhyun. Haera takjub menatap namja itu, batinnya tidak pernah bisa berhenti untuk tidak memuji kesempurnaan seorang Kyuhyun. Ia mendesis kesal karena jantungnya yang tiba-tiba menjadi tak menentu.

“Apa yang kau lakukan disini?” Suara dingin itu berhasil menyadarkan Haera ke alam sadarnya. Yeoja itu nampak menjadi kikuk seketika, akibat teguran yang menghampirinya tiba-tiba yang berasal dari bibir namja itu, Kyuhyun. “Ah itu.. Aku, aku hanya sedang tersesat. Iya, aku sedang tersesat dan tidak sengaja melihatmu,” Baru Haera membalikkan tubuhnya, berniat akan berlalu dari hadapan orang itu. Pandangan Kyuhyun yang terlihat tidak bersahabat, membuat Haera ingin segera pergi dari sana. Pandangan curiga yang dilemparkan Kyuhyun pada Yoon Haera seolah tengah memojokkan seorang pencuri yang sudah tertangkap basah.

“Sepertinya kau menikmati permainan piano-ku,” Langkah Haera kontan berhenti begitu ucapan tadi keluar dari bibir Kyuhyun. Haera berbalik. “Jangan kau pikir aku tidak mengetahui keberadaanmu. Kau sudah berdiri disini sejak awal aku memainkan piano. Dan kau terpesona padaku, geuchi?”

“Mwo?!”


***

Sementara di ruang lain. Masih di dalam lingkungan istana Presiden Korea. Sekumpulan wanita berseragam sama tengah berbincang atau tepatnya bergosip.

“Apa kalian sudah tau? Kudengar Nyonya Cho telah memutuskan yeoja yang akan menjadi calon istri Pangeran Cho,”

“Jinjja?”

“Nugu?”

“Nugu? Siapa yeoja beruntung itu?”

Pertanyaan bertubi-tubi langsung ditujukan pada yeoja pembawa berita barusan. “Jika tidak salah dengar, gadis itu merupakan putri dari sahabat Nyonya Cho. Padahal gadis itu, sudah seharusnya gugur di tahap pertama. Tapi karena Nyonya Cho mengenal sang Eomma gadis itu sehingga terpaksa diluluskan.”

“Benarkah seperti itu?”

“Enak sekali yeoja itu. Hanya karena Nyonya Cho mengenal sang Eomma. Ia bisa dengan mudahnya mengalahkan ratusan yeoja dari Korea,”

“Andai jika yeoja itu saja aku. Aku pasti menjadi yeoja paling beruntung di dunia,”
Komentar demi komentar terlontarkan dari bibir-bibir para pelayan istana Korea. Suatu topik yang nampak begitu menarik diperbincangkan bagi mereka. “Dia sangat beruntung. Seingatku dia adalah gadis yang mendapat penilaian terburuk saat tahap awal. Dia tidak bisa melakukan apa pun dengan baik. Dan terlebih lagi dia gadis yang tidak memiliki sopan santun ya walau harus ku akui ia memang cantik dan keluarganya pun merupakan keluarga terpandang.”

“Walaupun cantik tapi sopan santun adalah hal yang paling utama. Bagaimana bisa yeoja yang akan menjadi ibu negara tapi tidak memiliki sopan santun,” Sahut yang lainnya.

“Ne, sungguh tidak masuk akal. Sahabat memang sahabat. Tapi negara adalah negara. Tidak bisa seenaknya saja memilih sembarang gadis untuk menjadi ibu negara nantinya. Tapi kau tau dari mana dia gadis yang tidak sopan santun?”

“Itu aku pernah melihat dia memaki Pangeran Cho ketika di taman belakang. Dia juga berteriak-teriak tak jelas saat di taman.”

Agak berlebihan jika yeoja pembawa berita itu mengatakan kalau Haera memaki Kyuhyun ketika di taman. Sebab kenyataan yang sebenarnya, ucapan Haera hanyalah sebuah bentuk bela diri terhadap kalimat Kyuhyun yang terkesan merendahkan yeoja itu. Namun kehadiran pelayan itu, menyalah artikan pembelaan diri Haera. Dia menyangka Haera tengah memaki Pangeran mereka.

“Apa yang lakukan disini?” Tak ada satu pun yang menyadari, sudah beberapa detik berlalu sejak keberadaan kepala pelayan, Hye In dibelakang mereka. Hye In memang tidak mendengar pasti apa yang mereka obrolkan tapi, setidaknya melalui gerak-gerik mereka dapat Hye In tebak jika mereka sedang bergosip entah mengenai apa itu. “A-a-ani-yo.. Kami hanya sedang bercerita saja,” Balas salah satu pelayan. “Kembalilah pada pekerjaan kalian. Kalian disini untuk bekerja bukan untuk mengosipkan hal-hal yang tidak perlu dibicarakan oleh kalian,” Sindir Hye In tidak tanggung- tanggung. Para pelayan itu lantas diam seraya menunduk. Sebelum akhirnya mereka pamit dan berlalu dari hadapan Hye In.


***

Bayangan ketika Cho Kyuhyun memejamkan mata, ketika mulutnya bergerak melantunkan seuntai kalimat, ketika jemari namja itu menari-nari diatas tuts piano. Semua itu, entah mengapa selalu hadir dalam benak Haera secara tiba-tiba tanpa yeoja itu inginkan. Semua rekaman mengenai namja bernama Cho Kyuhyun itu dengan sendirinya hadir dan sulit bagi Haera menyingkirkan orang tersebut dari otaknya. Bahkan Haera sudah berfikir ada yang salah dengan otak bagian terdalamnya. Sebelumnya tidak pernah, ia memikirkan seseorang hingga seperti ini.

“Aish pabo! Kenapa aku terus saja memikirkan namja menyebalkan itu!”

“Yoon Haera lupakan. Lupakan tentang orang itu. Hanya membuang waktumu saja! Geurae, lupakan, lupakan!” Papar Haera pada dirinya sendiri. Tangannya dengan cepat meraih bantal kepala dan digunakan Haera untuk menutupi wajahnya.

Seperempat menit Haera berposisi demikian, mengurung wajahnya dibawah bantal. Tapi ternyata posisi Haera itu tetap tidak berpengaruh apa-apa. Bayangan namja itu masih terus saja menghantui di pikiran Haera. “Andwae! Kenapa aku masih saja terus memikirkan dia!” Gusar Haera. “Yoon Haera pabo!” Bantal itu menjadi sasaran empuk bagi Haera melampiaskan kekesalannya. Haera membuang kesal bantal berwarna senada dengan warna bed cover tersebut. Ini sudah pukul 11 malam, sudah lewat dari jadwal tidur Haera yang seharusnya.

“Pergi! Pergi!” Sungut Haera seraya melayangkan kepalan tangannya untuk mengetuk-ngetuk pelan bagian kepalanya.

“Pabo!”

 “Kenapa dia tidak mau pergi? Apa aku mulai menyukainya?!”

“Andwae! Itu tidak mungkin. Tidak mungkin aku menyukai namja menyebalkan sepertinya. Jeongmal andwaeyo!”


***


“Ada apa dengan matamu? Apa kau tidak tidur semalaman? Matamu sudah seperti mata panda,”

'Ini karena pangeran menyebalkan itu!'  Sahut Haera yang hanya dapat ia sampaikan di dalam hati.

“Hanya tidak bisa tidur saja,” Sanggah Haera begitu menduduki salah satu kursi diseberang Nyonya Yoon.

“Eomma bukankah hari ini akan diumumkan mengenai calon istri untuk pangeran Cho?” Sambar Sae Ra yang duduk disebelah Haera.

“Ah maja. Hari ini adalah hari pengumumannya,” Sahut Nyonya Yoon dengan wajah riang.

“Aku tidak yakin kau akan menang Eonni,”

“Tutup mulut bawelmu itu! Aku tidak butuh komentar darimu!” Sergah Haera kesal.

“Aku kan hanya berpendapat. Kau saja yang terlalu sensi. Pantas saja tidak ada namja yang ingin menjadikanmu yeoja chingu,”

“Hya!”

Tepat disaat pertengkaran kedua putri keluarga Yoon baru akan dimulai, secara tiba-tiba suara bel menggema. Yang secara tak sadar, berhasil menyudahi kegiatan adu mulut kakak-adik tersebut. Salah satu dari putri keluarga Yoon itu mendumal tak jelas ketika Nyonya Yoon menjatuhkan perintahnya pada Sae Ra agar membukakan pintu, melihat siapa tamu yang berkunjung ke rumah mereka sepagi ini. Bahkan untuk membukakan pintu saja, Haera dan Sae Ra harus melakukan perdebatan kecil lebih dahulu. Sebelum akhirnya Nyonya Yoon yang mengeluarkan perintahnya. Menitahkan Sae Ra untuk membuka pintu.

“Siapa yang datang?” Tanya Nyonya Yoon setelah bergabungnya Sae Ra kembali di meja makan.

“Hanya seorang kurir yang mengantar surat, igeo.”

“Apa ini?” Nyonya Yoon menerima sodoran kertas putih dari tangan Sae Ra.

“Ini surat dari istana. Jangan katakan kau yang berhasil memenangkannya Haera-ya..” Lanjut Nyonya Yoon mulai sibuk membuka isi surat tersebut.

“Sungguh tidak mungkin,” Sahut Sae Ra.

“Diam kau bocah kecil!” Gertak Haera.

“Siapa yang kau bilang bocah kecil? Aku sudah besar, kau tak lihat sebentar lagi aku akan memasuki universitas.” Sahut Sae Ra tak kalah sinis dari sang kakak.

“Tapi aku tidak peduli!”

Haera dan Sae Ra  terlalu sibuk oleh perdebatan mereka yang sebenarnya bukanlah hal penting. Hingga mereka tidak mempedulikan keberadaan sang Eomma yang duduk diseberang mereka dengan wajah penuh keterkejutan. “Eomma wae? Ada apa?”

“Kau memang putri Eomma. Eomma sangat bangga padamu.”

“Mwoga?”

“Kau akan menjadi putri Haera-ya..”

“Ndeh?!”                           



TBC~~~






                                      

 

Chindy Agryesti Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting