My Princess Part 3

My Princess Part 3

Author              : Chindy Agryesti.

Facebook          : Chindy Agryyesti Horvejkul

Twitter             : @Chindy404

Blog                  : http://chindyhvk.blogspot.com/

Cast                  :
  •  Cho Kyuhyun
  •  Yoon Haera


Genre               : AU!, Romance.

Length              : Chapter

 Rating             : PG15



Cinta dapat datang dan pergi kapan saja, tetapi cinta sejati pasti datang tepat pada waktunya.

—My Princess—
                                                                             


Beggin :



Siapa sangka gadis cantik bernama Yoon Haera lah yang akan menjadi seorang putri. Menjadi istri dari pangeran impian abad ini. Gadis beruntung yang pasti telah berhasil membuat semua wanita menjerit iri kepadanya. Yoon Haera. Nama gadis itu. Yeoja berumur 22 tahun yang tidak sekali pun pernah berangan-angan bisa menjadi istri dari seorang pangeran. Bahkan di dalam mimpi pun, ia enggan untuk membayangkannya. Harus diakui, Haera memiliki sejumlah impian yang amat ingin ia wujudkan. Tapi, menjadi istri dari Cho Kyuhyun bukanlah mimpinya, bahkan terlintas di benak Haera sekali pun juga tidak pernah. Itu bukanlah sesuatu yang harus di impikan bagi seorang Yoon Haera.
“Eomma ini pasti salah. Mungkin mereka salah menyebutkan nama. Atau tidak, ada yeoja yang bernama sama denganku dan mereka pasti salah menuliskan alamatnya. Ini sangat tidak mungkin.” Sungut Haera. Akhirnya gadis manis itu membuka juga bibirnya setelah sekian waktu hanya diam mendengarkan ocehan sang Eomma yang tidak penting baginya.

Apa lagi jika bukan mengenai topik pernikahan istana. Sejak keluarga Yoon memulai acara makan malam mereka, tak ada hentinya Nyonya Yoon membicarakan kehadiran surat berstample kerajaan yang berasal dari Istana Presiden Korea ke rumah mereka. Haera merasa pengang dan juga kasihan kepada kedua telinganya yang sudah terlalu banyak menampung setiap kalimat Nyonya Yoon yang terlalu membesar-besar topik mengenai keputusan pihak kerajaan yang telah memutuskan dirinya sebagai calon istri Cho Kyuhyun.

“Bagaimana bisa kau berkata pihak kerajaan sudah salah. Itu sangat mustahil. Pemilihan calon istri bagi Pangeran menjadi bagian penting dalam kehidupan kerajaan. Jadi sungguh tidak mungkin pihak kerajaan salah menginformasikan berita penting ini. Tidak masuk akal Haera-ya..” Sergah Nyonya Yoon. Haera memutarkan kedua bola mata hitamnya dan kembali menghembuskan nafas kasarnya. Betapa sulitnya berbicara dengan orang tua, pikir Haera.

“Sepertinya Eonni tidak menginginkannya. Biar aku saja yang menggantikan eonni. Eonni pasti tidak keberatan kan?” Sahut Sae Ra yang duduk disebelah Haera. Sae Ra yang mencoba mengungkapkan keinginannya langsung dihadiahi tatapan tajam dari sang Eomma.

“Silahkan saja. Aku tidak perduli dengan hal semacam itu. Kau bisa menggantikan ku, sehingga aku tidak perlu berlama-lama lagi menghabiskan waktu ku disini. Disini sungguh sangat membosankan,” Celoteh Haera.

“Eomma dengar, eonni tidak keberatan jadi aku boleh kan--”

“Jeoltae Andwae! Jangan berharap Sae Ra-ya.. Eomma tidak akan mengabulkannya sekali pun eonni-mu tidak keberatan,”

“Eomma..” Sae Ra merajuk pada Nyonya Yoon dengan tatapan meminta.

“Tidak! Eomma sudah katakan tidak, percuma saja kau merajuk seperti itu pun jawaban nya akan tetap sama. Tetap tidak,”

“Appa..” Beralih dari sang Eomma, Sae Ra kini menatap Tuan Yoon, Appa-nya.

“Kau masih terlalu muda putriku. Biarkan kesempatan ini untuk eonni-mu.” Jawaban bijak itu meluncur dengan nada khas Tuan Yoon yang semakin membuat Sae Ra dan Haera sama-sama kesal. Sae Ra kesal karena penolakan langsung dari kedua orang tuannya sementara Haera, kesal atas keputusan orang tuanya yang tidak bisa diganggu gugat.

***

Cho Kyuhyun melemparkan asal benda putih kesayangan miliknya disofa sebelahnya. Kyuhyun memilih untuk mengakhiri kegiatan bermainnya. Toh memang tidak ada guna Kyuhyun terus memainkan benda tersebut. Yang ada hanya membuat Kyuhyun semakin mendongkol akibat games yang ia mainkan pasti akan berakhir kalah. Yang biasanya, benda bernama PSP itu selalu mutakhir membuat mood Kyuhyun menjadi baik, lain halnya untuk kali ini. Nyatanya PSP itu tidak membawa efek yang baik bagi namja bertinggi 180-an itu.

“Wae?! Kau terlihat sangat kacau? Apa kau baru saja ditolak oleh seorang gadis?” Kyuhyun menoleh ketika suara yang amat dikenalinya tiba-tiba muncul di indera pendengarannya. Didapati Kyuhyun sang Nunna, Cho Ahra baru memasuki ruangan tempat ia berada.

“Di tolak oleh seorang gadis? Sungguh tidak mungkin. Hal yang tidak pernah masuk perhitungan dalam hidupku,”

“Geureom, apa yang membuatmu seperti itu?” Selidik Ahra pada Kyuhyun seraya mengambil posisi, duduk disebelah adiknya.

“Kau tau kan mengenai penyeleksian yeoja yang akan menjadi calon istriku?”

“Tentu aku tau. Geundae waeyo?”

“Eomma telah memutuskan seseorang yang mungkin akan menjadi pendamping hidupku,”

 “Benarkah? Bagus kalau begitu. Tapi kenapa? Sepertinya kau tidak senang?”

“Geurae. Aku memang tidak senang. Manusia normal mana yang senang bila dijodohkan? Eomma membuatku merasa seperti namja tak laku diumurku saat ini.”

180 derajat melesat dari apa yang telah di perkirakan oleh Kyuhyun. Ia kira dengan ia menceritakan perasaannya saat ini, sang Nunna bisa memberikan solusi terhadap perasaannya yang menjadi tidak menentu sejak kemarin. Namun yang diharapkan Kyuhyun jauh dari apa yang kini dilihatnya. Reaksi Ahra saat ini menambah kesal dalam diri namja tersebut dengan sebuah tawaan yang timbul dari sudut bibir Cho Ahra. Tawaan yang Kyuhyun anggap sebagai ejekan dari Nunna-nya itu.

“Kau harusnya bahagia. Orang tua begitu memperhatikanmu bahkan untuk urusan yeoja pun mereka ikut turun tangan,”

“Bahagia? Bagaimana bisa aku merasa bahagia jika hidupku diatur seperti ini?”



Keesokan paginya, di ruang makan mewah itu telah berkumpul anggota keluarga Cho, tinggal hanya menanti seorang namja yang menjadi putra dalam keluarga tersebut. Cho Kyuhyun. Sarapan pagi hari itu mungkin dapat dikatakan terlambat, mengingat putra satu-satunya keluarga Cho tersebut belum juga menunjukkan batang hidungnya. “Ahra panggil adikmu. Kenapa anak itu belum juga keluar kamarnya hingga jam segini?”

“Arraseo,” Ahra bergegas meninggalkan Appa dan Eomma-nya di meja makan untuk mengunjungi sang adik yang menyusahkan itu.

“Hari ini bukankah hari kencan Kyuhyun yang pertama?” Tuan Cho mulai bersuara seperginya Ahra dari sana.

“Ne,” Balas Nyonya Yoon singkat.

“Mengenai yeoja itu, siapa namanya?”

“Ah ya aku baru ingat, aku belum memberitahu mu tentang yeoja itu. Dia bernama Yoon Haera. Dia yeoja yang sangat cantik, dan juga baik. Entah kenapa saat pertama kali melihat informasi tentang gadis itu. Aku sudah tertarik padanya. Dia bukan yeoja biasa, dia yeoja yang amat luar biasa. Aku yakin, pilihanku tidak akan salah.”

“Geurae, lakukan saja yang terbaik untuk putra kita,”


Sedetik kemudian, derap langkah pun terdengar, disusul oleh kemunculan sosok Ahra lalu diikuti Kyuhyun yang mengekor dibelakang Nunna-nya. “Kyu kau baru bangun?” Tebak Nyonya Cho. Sementara Kyuhyun tanpa berfikir lagi, langsung yang mengiyakan tebakkan sang Eomma dengan menganggukkan kepala tanpa dosa kearah Nyonya Cho. “Kau baru bangun?! Kau ingat ada acara apa hari ini?”

“Naega ara eomma.”

“Tapi kenapa baru sekarang kau bangun? Eomma sudah katakan, bangun lebih pagi agar dapat menyiapkan dirimu,” Celoteh Nyonya Cho.

“Bangun sekarang atau lebih pagi sama saja bukan? Aku tetap harus menemui yeoja yang tak ku kenali,”

“Aigoo.. Sulit sekali berbicara dengan kau ini,”

***

“Ini adalah pertemuan pertama mu dengan Cho Kyuhyun. Berusahalah bersikap ramah dan semanis mungkin. Buat dia terkesan padamu, jangan memalukan nama keluarga kita dengan menujukkan sikap aslimu. Anggap saja kau tengah bermetamorfosis menjadi orang lain. Menjadi gadis yang sesungguhnya.”

“Gadis yang sesungguhnya? Jadi Eomma kira selama ini aku apa? Namja?” Sungut Haera. Bertepatan dengan obrolan antara ibu dan anak tersebut yang masih terus berseteru kecil, saat itu juga di dengar mereka suara bel pintu berbunyi. “Itu pasti dia. Biar Eomma yang bukakan.” Nyonya Yoon segera menghambur menuju pintu, tersisa Haera yang masih dalam posisinya, duduk disoal di ruang keluarga.

Yoon Haera berjalan malas kearah ruang tamu sesudah teriakan melengking dari Nyonya Yoon didengar telinganya. Akan tetapi, langkah Haera yang pada awalnya dalam tempo yang konstan, lenyap begitu saja. Digantikan oleh tubuh Haera yang tiba-tiba menegang, sulit untuk digerakkan. Haera terdiam kaku ditempatnya. Kakinya seolah terkunci ditempat dimana ia berpijak. Begitu pula dengan kedua bulatan hitam milik Haera, yang juga telah terpenjara pada sosok tubuh jangkung berjarak 3 meter di depannya. Pandangan nya sama sekali tak teralihkan lagi.

Beberapa detik berlalu, Haera tampak menikmati pemandangan indah dari objek bernama Cho Kyuhyun tersebut. Haera terlalu sibuk mengagumi namja itu, hingga ia tidak sadar ini sudah kali ketiga Nyonya Yoon memanggil namanya. Dengan hanya menggenakan kemeja putih panjang yang lengannya digulung hingga batas siku, dipadu celana bahan hitam dan rambut yang sepertinya memang sengaja dibuat acak-acakan. Dengan penampilan sesederhana itu, Kyuhyun sudah berhasil menghipnotis yeoja bertinggi 168 itu. “Haera-ya..” Ini menjadi yang kali keempat, Nyonya Yoon memanggil nama putrinya lagi. “Eoh?”

“Mau sampai kapan kau berdiri disana?”

***

Nyonya Cho jelas merencanakan dengan sebaik-baiknya kencan pertama putranya. Ia sepertinya telah mempersiapkan hari itu khusus menjadi hari Kyuhyun bersama calon menantunya, Haera. Ibu negara itu
terlihat begitu antusias. Dan berharap melalui kencan yang sengaja ia buat, dapat menjadi satu awal baik antara Haera dan Kyuhyun.

“Akan kemana kita?” Akhirnya setelah 20 menit terakhir yang mereka habiskan dengan kebisuan didalam mobil, luruh juga bersamaan dengan sebuah pertanyaan singkat yang berasal dari bibir mungil Haera.

“Eomma-ku telah menyiapkann dua buah tiket drama musikal untuk kita,” Haera mengangguk paham. Setelah itu, suasana kembali hening seperti sebelumnya. Bahkan hingga mereka tiba di tempat yang menjadi tujuan mereka, suasana tak kunjung mencair. Meski harus Haera akui, sejak ia mulai menduduki kursi penumpang disebelah Kyuhyun, matanya tidak pernah ingin berhenti menatap namja dengan sejuta pesona disebelahnya itu. Dalam kebisuannya, Haera berusaha mencuri pandang untuk dapat menatap dan mengagumi kesempurnaan mahkluk bernama Cho Kyuhyun.

“Kajja kita turun,” Ajak Kyuhyun sembari menuruni mobil lebih dulu.


Acara menonton drama musikal itu terasa membosankan, bahkan terlampau membosankan. Entah ini akibat pertunjukkan yang memang tidak menarik atau entah karena faktor manusia yang tengah bersama Kyuhyun. Entah apalah, Kyuhyun juga tidak mengerti. Yang ia tau, ia sama sekali menikmati apa yang dilakukannya saat ini. Kyuhyun benci harus berhubungan dengan orang yang tidak dikenalnya. Lebih lagi jika ada unsur paksaan. Ia membenci semua ini.  Ia Benci melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya.

“Kita--”        

“Jika kau hanya ingin bertanya, kemana tempat yang akan kita datangi. Aku akan lebih dulu menjawabnya. Eomma-ku menyuruh kita untuk makan siang,” Selaan Kyuhyun tadi menjawab sudah rasa penasaran Haera. “Baiklah,”



Ditempat lain, disebuah rumah mewah milik keluarga Yoon baru saja kedatangan seorang tamu. Nyonya Yoon selaku pemilik rumah, sedikit terkejut saat tau rumahnya disambangi oleh ibu negara Korea. Kim Hana. Istri dari Presiden Korea Selatan yang juga merupakan sahabat Nyonya Yoon sejak di bangku sekolah.

“Kim Hana? Neo? Benarkah itu kau?” Sambut Nyonya Yoon dengan ekspresi terkejutnya.

“Geurae. Naya, Kim Hana imnida.”

“Aigoo.. Jinjjaeyo?” Kedua wanita sebaya itu berpelukan sejenak dan kemudian mereka melanjutkan obrolan didalam rumah.

“Ku pikir ini pertemuan pertama kita setelah hampir 30 tahun lalu,” Ungkap Kim Hana.

“Benar. Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Balas Nyonya Yoon.

“Aku baru mengetahui bahwa ternyata putrimu mengikuti acara penyeleksian yang ku adakan itu. Aku senang sekali ketika mengetahuinya. Seharusnya kau bilang padaku kalau kau memiliki putri secantik Haera. Sehingga aku tidak perlu repot-repot mencarikan calon istri untuk putraku.”

“Kita bahkan baru bertemu kembali hari ini, jadi bagaimana bisa aku mengabari mu?”


***

“Apa yang ingin Anda pesan? Omo! Bukankah kau Cho Kyuhyun?” Seorang waitres yang sudah seharusnya bertugas melayani pengunjung Restauran, tapi yeoja berseragam putih hitam itu seolah melupakan tugasnya. Ia malah berdiri terpengarah menatapi sosok Cho Kyuhyun.

“Chogiyo,” Panggil Haera. Yeoja itu harus menaikkan sedikit volume suaranya untuk menyadarkan pelayan Restauran tersebut yang masih berdiam diri dengan pandangan masih terus meneliti wajah sempurna Kyuhyun. “Ah ye?”

“Aku bertanya apa disini Sup Kimchi?”

“Isseo.”

“Aku pesan satu Sup Kimchi,” Pinta Haera yang kemudian di sambung Kyuhyun yang juga menyebutkan makanan yang ia pesan. Tersisa Haera berdua dengan Kyuhyun dimeja makan, selepas pelayan tersebut meninggalkan mereka.


“Seleramu buruk sekali,” Papar Kyuhyun. Entah maksud apa yang ingin Kyuhyun sampaikan kepada Haera melalui pernyataannya tadi. Sudah jelas sekali bahwa ungkapan tadi memang diarahkan untuk yeoja bernama Yoon Haera tersebut. Haera yang nampak tidak mengerti maksud atas kalimat Kyuhyun barusan.

“Maksudmu?”

“Di restauran mewah seperti ini, kau malah menanyakan Sup Kimchi. Hhh! Lucu sekali. Kau pikir ini Restauran pinggir jalan yang menyediakan makanan sejenis itu. Untung saja disini memang tersedia, jika tidak. Kau hanya akan mempermalukanku. Nanti mereka kira aku mengencani gadis kolot yang hanya memakan makanan tradisional.” Haera tidak mengerti. Benar-benar tidak mengerti. Memangnya apa masalah namja itu? Memakan Sup Kimchi, apa yang salah dengan makanan tersebut? Kesal Haera dalam hati. Toh apa yang ingin dimakan yeoja itu sama sekali tidak bersangkutan dengan Kyuhyun. Dan juga tidak menggangu bukan?

Haera menatap tajam manik hitam Kyuhyun. Lalu mengeluarkan kalimat yang sudah berada diujung lidah. “Apa hubungannya denganmu? Apa itu mengganggu mu? Kurasa tidak,”

“Yah benar, memang tidak ada hubungannya denganku,”

Diam. Keduanya terdiam. Suasana senyap kembali terjadi disekitar mereka.
Hingga sampai  kedua pelayan Restaurant menghampiri meja Kyuhyun dan Haera, untuk mengantarkan seperti yang tadi telah dipesan oleh kedua penghuni meja. “Gomawo,” Kata Haera kepada kedua pelayan itu dengan ramah, sementara kedua pelayan tersebut malah melempari Haera dengan tatapan yang tidak biasa.

Haera tidak begitu menikmati Sup Kimchinya. Kali ini terasa aneh dengan makanan yang terbuat dari sayuran tersebut. Bukan karena Sup Kimchi nya yang memiliki rasa berbeda, melainkan karena orang yang duduk bersama Haera saat ini. Membuat Haera tidak begitu semangat menyantap makanan Korea kesukaannya itu. 

“Sebenanarnya aku sangat mengharap hari ini tidak akan pernah datang dalam hidupku. Agar aku tidak perlu melakukan hal yang sebenarnya tidak pernah ingin ku lakukan. Termasuk melakukan kencan konyol ini. Ini sangat membosankan. Pergi dengan orang asing, menonton, makan siang, semua ini adalah hal konyol bagiku.”

“Orang asing? Aku?”

“Ne, bagiku kita hanya orang asing. Dan aku membenci orang asing.”
Haera memfokuskan tatapan pada Kyuhyun. “Sebenarnya apa maksud ucapanmu? Kau bilang aku ini orang asing bagimu? Kau perlu tau, kau juga sama, kau juga orang asing bagiku tuan,”

“Benarkah? Tapi entah mengapa aku tidak yakin. Sebaliknya, aku merasa ucapanku diawal pertemuan kita sepertinya benar. Kau mencoba mendekatiku melalui pertemuan tidak disengaja yang kau ciptakan. Aku sungguh kagum padamu Nona. Nampaknya orang yang amat pintar sekali. Kau memanfaatkan keadaan demi memenangkan penyeleksian itu.” Emosi Haera seketika berkoar akibat ungkapan Kyuhyun. Ia cukup pintar untuk memahami setiap kalimat Kyuhyun yang berbelit-belit. Mata sipit Haera melebar. Genggaman Haera pada sendok pun dilepaskan dan memfokuskan diri menatap namja tampan nan sombong itu. Haera telah kehilangan nafsu untuk melanjutkan makan siangnya.

“Cho Kyuhyun-shi!” Desis Haera menatap tajam Kyuhyun. “Apa yang kau sesungguhnya sedang kau bicarakan?! Memanfaatkan? Apa maksud dari kata itu? Apa dan siapa yang memanfaatkan keadaan?”

Selain pintar, rupanya kau gadis yang pandai berakting ya? Aktingmu hebat sekali,”

“Memanfaatkan posisimu sebagai putri dari sahabat Eomma-ku agar bisa menjadi istriku. Itulah kata memanfaatkan yang ku maksud.” Ungkap Kyuhyun melanjuti.

“Mwo? Putri sahabat Eomma-mu?”

'Jadi ini alasannya,' Lanjut Haera dalam hati.

“Ya harus ku akui, kau memang cantik. Namun sayang, itu bukanlah suatu hal yang dapat membuatku tertarik padamu. Cantik dan berasal dari keluarga terpandang, itu tidak memiliki pengaruh apa pun padaku. Terlebih lagi, gadis yang hanya dapat berlindung dibawah nama keluarga, adalah hal yang paling membuatku muak. Gadis manja, bodoh, tidak sopan, dan tidak dapat melakukan apa pun, bagaimana bisa menjadi istriku?” Tanpa disadari namja itu, setiap kata yang dilontarkan dari bibir tebal Kyuhyun berhasil membuat lubang di dalam hati Haera. Ini menjadi penghinaan terbesar dalam hidupnya. Selama 22 tahun yeoja itu hidup, ini kali pertamanya Haera merasa hatinya telah diporak poranda kan oleh seseorang. Penghinaan itu benar-benar menyisakan luka bagi Haera. Dibalik kebisuan gadis itu, Haera setengah mati berusaha menahan cairan bening agar berhenti mengumpul dibalik kelopak matanya. Kepedihan hatinya segera Haera tutupi melalui senyuman sinis yang sengaja ia tampilkan untuk menutupi kelemahan nya kini.

“Manja? Kau bilang aku gadis manja? Kau bertindak seolah kau mengenalku dengan baik. Seenak jidatmu, kau berspekulasi demikian mengenai diriku. Bukankah kau bilang aku ini orang asing?”

“Ah kau benar. Kau ini, orang asing tapi kurasa apa yang ku ucapkan tadi, tidak ada yang salah. Kau tidak memiliki sopan santun, itu benar. Kau gadis manja, kurasa itu juga benar, memangnya sifat apa lagi yang dimiliki oleh gadis yang hidupnya layak seorang putri seperti dirimu. Benar bukan? Tidak ada yang salah kan? Dan mengenai kau yang tidak dapat mengerjakan apa pun, itu sudah menjadi berita umum di Cheongwadai. Bahkan yang ku dengar, kau selalu memperoleh nilai terendah di setiap tahap penilaian. Hhh! Betapa memalukannya jika terungkap semua ini pada publik. Secara pribadi pun, aku malu harus menikahi gadis macam kau--”


Plak!

Haera sudah tidak dapat mengontrol lagi gerak refleks tangannya. Tanpa diperintah, tangan kanan Haera tergerak sendiri. Dan memukul Kyuhyun tepat di pipi namja itu. Tatapan tajam langsung Kyuhyun lemparkan pada Haera, gadis pertama yang telah berani menjamah pipi nya. Tidak sedikit pun Haera merasa takut akan tatapan menusuk dari namja tersebut, justru yang dilakukan Haera kini, membalas tatapan Kyuhyun tidak kalah menusuk dari namja itu.

“Aku tau, kau seorang pangeran. Kau orang penting bagi negara ini. Kau orang yang selalu di puja-puja. Kau selalu menjadi sanjungan bagi setiap orang. Kau berkuasa dinegara ini. Tapi satu yang perlu kau tau. Aku bukan orang yang bisa kau hina sesukamu. Sekali pun aku tinggal di negara milikmu, tapi bukan berarti kau bisa merendahkan ku seenak jidatmu. Kau benar. Aku ini bodoh, aku gadis manja, aku tidak bermoral, aku tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik, aku buruk dalam segala hal. Kau puas?”

“Dan satu lagi, aku tidak pernah berharap menjadi istri bagimu. Bahkan untuk membayangkan nya saja, aku merasa jijik. Jadi salah jika kau berkata aku memanfaatkan keadaan agar bisa menjadi menikahimu. Kau salah Cho Kyuhyun,”

“-shi.”

Masih dalam detik yang sama. Haera segera meraih Handbag dan berlalu dari hadapan Cho Kyuhyun seusai Haera mengakhiri ucapan nya. Sementara Kyuhyun yang seperti kaget akan prilaku Haera, hanya mematung menatap punggung yeoja itu.

***

Tanpa dapat dicegah lagi, cairan hangat itu luruh membasahi pipi mulus Haera. Air mata nya sudah terlalu lama dibiarkan hanya menggenang di mata indah itu. Sepertinya kini sudah waktu yang tepat membiarkan air matanya keluar dari tempat persembunyian. Beberapa orang di dalam bus sana menatap Haera dengan pandangan aneh pada gadis cantik tersebut. Haera mengetahui nya, tapi ia berusaha mengabaikan nya. Bukan pendapat dari para orang disana yang diperlukan gadis itu. Haera hanya perlu memenangkan perasaannya. Dan yang dilakukannya kini ialah menangis. Berharap dengan menangis dapat membuat perasaanya menjadi lebih baik. Tapi kenapa aku harus menangis? Untuk alasan apa aku menangis? Batin Haera. Uljima. Jangan menangis! Aku tidak perlu menangis! Tidak seharusnya aku menangis! Tidak ada alasan untuk air mata ini. Haera menyeka air matanya, menghapus jejak alur air mata di pipinya. Tapi nyatanya tak semudah saat ia mengatakan ia tidak boleh menangis. Karena pada kenyataannya, air mata tak bertindak sesuai yang diinginkan Haera. Tidak berhenti. Cairan hangat itu masih saja mengalir di sudut mata Haera. Bodoh! Yoon Haera neo pabo! Kau yeoja bodoh! Umpat Haera.

Kebenaran yang sesungguhnya bahwa ia menangis bukanlah untuk menangisi namja bernama Cho Kyuhyun. Haera menangis karena ia merasa telah menjadi gadis bodoh karena terpikat oleh pesona orang itu. Haera merasa bodoh telah mengagumi Kyuhyun. Haera juga merasa bodoh dengan perasaan cinta yang muncul begitu saja untuk orang tersebut. Tanpa Haera sadari, perasaan cinta itu telah hadir tanpa permisi. Betapa pun Haera berusaha mengabaikan pesona Kyuhyun. Tidak menutup kemungkinan Haera akan terjebak pesona oleh kesempurnaan seorang Cho Kyuhyun.


“Oh kau sudah pulang? Cepat sekali,” Haera mengabaikan pertanyaan eomma-nya kemudian segera menghambur menaiki anak tangga. Nyonya Yoon yang bingung dengan sikapHaera yang tiba-tiba berubah drastis. Nyonya Yoon tau, bahwa ada sesuatu yang telah membuat putrinya kesal atau marah. Haera tidak akan bersikap ketus begitu jika tidak ada penyebabnya. Nyonya Yoon mengenal Haera dengan baik.

***

“Besok aku akan kembali ke
Ethiopia,” Sontak semua mata tertuju pada Haera seusai pernyataan mengejutkan itu terlontar dari bibirnya tak terkecuali. Semua orang meja makan disana terkejut sekaligus tidak mengerti.

“Apa yang kau bicarakan?” Tuntut Nyonya Yoon. “Aku akan kembali ke Ethiopia dengan penerbangan paling pagi.”

“Haera-ya, kau tidak bisa semudah itu ingin kembali ke Ethiopia. Kau itu akan menjadi menantu kerajaan. Kau sudah terikat keluarga kerajaan.”

“Keputusanku sudah bulat. Aku akan tetap pergi besok. Dan mengenai pernikahan kerajaan, aku sama sekali tidak tertarik. Aku tidak peduli mengenai hal itu dan aku tidak mau melakukannya, jadi jangan terlalu berharap padaku. Aku sudah selesai makan, aku ingin ke kamarku, aku akan berkemas untuk besok,” Pamit Haera. Kedua orang tua Haera hanya dapat memandang pasrah kearah putri sulungnya. Yoon Haera memiliki pendirian yang kuat, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mengubah keputusan Haera. Terlebih Tuan Yoon, namja tengah baya itu tidak pernah bisa menolak keinginan putri nya. Tuan Yoon selalu memenuhi keinginan Haera, selalu mewujudkan apa yang didambakan Haera. Berlaku saat ini, Tuan Yoon tidak bisa menentang keputusan Haera yang tiba-tiba itu.

***

Apa yang pernah Haera katakan, ternyata bukan hanya sebuah omong kosong tanpa bukti. Apa ia ucapkan, tentu akan ia lakukan. Termasuk meninggalkan negaranya, merelakan posisi menantu keluarga kerajaan. Dan memilih, melalang buana di negara orang. Keputusan itulah yang menjadi pilihan yeoja berkulit putih susu tersebut. Tidak pernah ada kata penyesalan dalam kamus hidup Haera. Sekali pun harus kehilangan posisi sebagai menantu keluarga kerajaan, baginya itu bukanlah sesuatu yang harus ia sesalkan. Haera menjalani hidup sesuai yang ia kehendaki. Ia memiliki hak untuk memilih hidupnya dan tidak seorang yang bisa mengatur hidupnya termasuk kedua orang tuanya. Hari ini menjadi hari ke tujuh sejak kepergian Haera dari Korea. Di negara bagian Afrika sana, Haera merasa hidupnya lebih baik, dibandingkan ia harus menjadi seorang putri yang memiliki kehidupan mewah, namun disertai dengan sejumlah hinaan menghampiri dirinya. Ia tidak menginginkan kehidupan demikian.


“Wuah.. Ku kira aku tidak akan pernah mendatangi Cheongwadai,” Riang Sae Ra ditengah kegiatannya memandangi gedung mewah tempat pemerintahan Korea.

“Huh, bodoh sekali eonni memilih untuk kembali ke Ethiopia dibandingkan tinggal disini,” Tambah Sae Ra.

“Eonni-mu berhak memilih hidupnya sendiri,” Sahut Tuan Yoon dari kursi kemudi.

“Tapi itu pilihan yang salah Appa,”

“Biarkan eonni-mu memilih hidup yang dia inginkan. Sudah, ayo kita turun,”


Keluarga itu pun segera keluar dari dalam mobil dan berjalan melewati serambi Cheongwadai yangTop of FormTop of Form terlanjur luas sebelum tiba di pintu utama. Dua pelayan berjas di depan pintu, lantas membukakan pintu agar keluarga tersebut masuk yang kemudian langsung disambut oleh seorang pelayan didalamnya.

“Silahkan duduk, akan ku panggilkan Nyonya besar,” Kata Hye In Pelayan itu— saat akan berlalu.

“Chogiyo, boleh aku tau dimana letak toilet?” Sambar Sae Ra mencegah kepergian Hye In.

“Akan aku antar. Kau bisa mengikutiku.”

“Eomma, Appa aku akan ke toilet,” Sae Ra mengikuti langkah Hye In, menelusuri setiap ruang Cheongwadai sebelum akhirnya tiba di toilet. “Disini toiletnya, silahkan. Aku akan pergi dulu untuk memanggil Nyonya,” Pamit Hye In.


Sekeluarnya Sae Ra dari dalam toilet, ia menoleh kanan-kiri mencari seseorang. Mencari Hye In. Sae Ra pikir pelayan yeoja itu akan kembali menghampiri dirinya untuk mengantar lagi Sae Ra ke tempat Appa dan Eomma-nya. Tapi Hye In tidak Sae Ra dapati disekitar sana, sebab itu yeoja berumur 17 tahun tersebut mencoba berjalan kearah yang seingatnya tadi ia lewati.
Dengan kemampuan mengingat yang tidak terlalu baik, berhasil mengantar Sae Ra ke tempat yang sama sekali ia ketahui. Tempat yang sebenarnya tidak ia lewati. Sae Ra memandang dengan bingung sekitarnya.

'Amat tidak lucu jika aku menelpon Eomma atau Appa dan mengatakan aku sedang tersesat' Kata Sae Ra membatin. Pada akhirnya Sae Ra terus berjalan mencoba kembali ke tempat Nyonya dan Tuan Yoon berada. Tapi salah. Langkah yang ia ciptakan malah mengantarkan Sae Ra pada taman belakang yang kala itu pernah Haera datangi untuk melampiaskan rasa kesalnya. Pemandangan taman itu ternyata mampu mengalihkan Sae Ra dari kebingungannya. Ia melangkah semakin mendekati taman, tampak jelas Sae Ra begitu terpesona dengan keindahan yang taman itu tunjukkan. Dengan berbagai warna yang terpancar dari setiap bunga, tak heran membuat siapa saja yang melihat akan tertarik untuk memandanginya.

“Nugu?” Mendengar suara tersebut, refleks tubuh Sae Ra berbalik untuk melihat sang pemilik suara.

“Oh? Kau Cho Kyuhyun?” Kaget Sae Ra.

“Kau siapa? Apa perlu apa kau disini?” Tuntut Kyuhyun.

“Aku Yoon Sae Ra. Aku tersesat ketika akan kembali dari toilet.”

“Oh rupanya kau sedang bertamu disini. Tapi kurasa sungguh tidak sopan menjelajahi rumah orang seenaknya saja,”

“Tapi.. Tapi aku memang benar tersesat.”

“Baiklah ikuti aku. Kau orang yang suka menyusahkan orang lain ternyata,” Desis Kyuhyun. Di balik punggung tegap Kyuhyun, berdiri Sae Ra sambil bergumam sebal menyinggung namja di depannya.

 “Pantas saja eonni menolak orang ini,” Tanpa Sae Ra sadari, namja tampan didepan nya tersebut mendengar apa yang ia gumamkan. Tanpa apa-apa lagi tubuh jangkung Kyuhyun berbalik, melemparkan tatapan tajamnya. “Apa yang barusan kau katakan?”

“Eobseo. Bukan apa-apa,”

“Telingaku tidak tuli anak manis. Katakan, apa yang tadi kau bilang.”

“Aku, aku hanya berkata pantas saja eonni menolakmu, karena kau orang yang menyeramkan,” Balas Sae Ra ragu-ragu. Dahi Kyuhyun pun berkerut setelah mendengarnya. “Eonni-mu?”

“Ya, eonni-ku. Yoon Haera, kau mengenalnya bukan? Dia adalah eonni-ku.”

“Mwo?! Eonni-mu? Beberapa waktu lalu aku bertemu dengan yeoja tidak tau sopan santun itu dan sekarang aku harus menemui adiknya.”

“Mwo? Kau sebut apa eonni-ku? Yeoja tidak tau sopan santun? Biar pun kami memang sering bertengkar, tapi bagaimana pun ia tetap eonni-ku. Aku tidak suka ada orang yang menjelek-jelekkannya. Aku tau bagaimana eonni-ku. Jadi tolong jangan menjelek-jelekkan eonni-ku lagi.”
“Sudah dapat kutebak pasti kau memiliki sifat tak jauh beda dari eonni-mu itu. Huh! Di dunia mengapa banyak sekali yeoja semacam mereka, sombong dan tidak tau sopan santun. Terlahir dari keluarga terpandang, kenapa harus membuat mereka memiliki sikap yang selalu sama,”

“Sekarang aku mengerti dengan sangat. Kenapa eonni lebih memilih kembali ke Ethiopia dibandingkan menikahi namja seperti kau. Aku mendukung keputusan eonni, ternyata pilihannya benar.”

“Ke Ethiopia? Apa seperti itu sikap kakakmu yang sebenarnya? Pergi dari negara ini dan menghabiskan waktu di luar negeri setelah berhasil menamparku? Sampaikan pada eonni-mu, sekalipun ia ingin kabur dari negara ini, pilihlah negara yang jauh lebih baik yang bisa dijadikan tempat berlibur.”

“Kau pikir eonni-ku pergi dari negara ini untuk berlibur? Dia pergi ke Ethiopia bukan untuk berlibur atau menghindar darimu, tapi ia pergi kesana untuk bekerja sebagai sukarelawan,”

“Mwo? Geojitmal,”


TBC~

1 komentar:

Miliana on 10 Agustus 2020 pukul 01.06 mengatakan...

bagus banget kak ceritanya

macam macam teknik pengolahan makanan

Posting Komentar

 

Chindy Agryesti Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting