Author :
Chindy Agryesti.
Facebook :
Chindy Agryyesti Horvejkul
Twitter :
@Chindy404
Cast :
- Cho Kyuhyun
- Yoon Haera
Genre : AU!, Romance.
Rating :
PG15
Length :
Chapter
I Got Your Back Part 2
datang..
Siapa yg udh nunggu-nunggu?
Siapa yg udh nunggu-nunggu?
Langsung baca aja ya..
Aku pergi karena aku mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
Tak perlu aku memilikimu, karena bagiku melepasmu adalah cara mencintaimu.
–Yoon Haera –
Saat kau telah pergi dari hidupku, baru kumengerti apa itu
cinta.
—Cho Kyuhyun—
Cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan orang lain
menjadi penting bagi kebahagiaanmu.
—I Got Your Back part 2—
Began :
Part sebelumnya :
Haera POV
Kurasakan hatiku menjadi bergemuruh bagaikan
deburan ombak dipantai yang saling
bergulung-gulung. Panik. Khawatir telah mendominasi dalam
diriku. “Jong Hyun-ah,” panggilku sekali lagi. Sama seperti sebelumnya, tak ada
yang merespon panggilanku. Kulangkahkan kaki ini buru-buru keluar dari ruangan
kerjaku. Mata ini menelaah disekitar ruangan. Tapi nihil. Bergegas, aku
mendatangi ruangan yang letaknya berada di ruang kerjaku.
“Direktur ada perlu apa? Jika ada sesuatu, Kau
seharusnya menghubungiku saja,”
“Jong
Hyun, Jong Hyun-ku, apa kau melihatnya?” Desakku.
“Nde? Aniyo. Tak melihatnya. Ada apa Direktur ?”
“Jong Hyun tak ada. Tadi dia diruanganku tapi
sekarang tak ada..” Jelasku tertahan. “Tenang sajangnim, lebih baik kita cari
bersama-sama,”
Lama aku berkeliling menyelusuri setiap gedung yang tak dapat dikatakan kecil ini. Semua ruangan telah kusambangi. Dan tak sedikit pula setiap orang yang telah kutanyai. Ya tuhan kau dimana Jong Hyun-ah? Jangan buat Eomma khawatir. Batinku kembali berbicara. Sudah tak terhitung berapa kali aku terus membatin.
Aku mendesah. Hembusan nafas kasar yang selalu kukeluarkan. Kugunakan jemariku untuk mengusap cairan bening yang dikeluarkan oleh keningku. “Jong Hyun-ah kau dimana?” Tak kuasa aku menahan rasa takut, setitik cairan melaju turun dari sudut mataku. Aku takut. Takut aku tak bisa menemukannya, menemukan putraku.
Author POV
Haera dan seorang yeoja bernama Oh Hye Sung berjalan menuju lantai bawah.
Hanya tinggal lantai bawah yang belum mereka kunjungi. Haera masih amat sangat
berharap ia dapat menemukan putranya. Bukan hanya
sekedar berharap, tapi ia memang harus menemukan Jong Hyun, buah hatinya. Mereka
juga telah menghubungi keamanan perusahaan tapi dari semua itu Haera masih
belum bisa menemukan Jong Hyun. Haera dan Hye
Sung, yeoja yang
menjabat sebagai sekertaris Direktur Taehan Group. Yang itu berarti, dialah
sekertaris Yoon Haera, setia menemani Haera.
Beriringan mereka berjalan kearah meja Receptionis guna
menanyakan tentang Jong Hyun. Lagi-lagi kekecewaan harus Haera telan
bulat-bulat.
“Jong Hyun-ah kau dimana sayang?” Lirih Haera
menjatuhkan setitik air matanya –lagi—.
“Kita
pasti bisa menemukannya Direktur,”
Kemudian mereka mencoba menghampiri petugas
keamanan yang berjaga di depan
pintu masuk. “Ahjusshi apa kau belum dapat menemukan Jong Hyun, putra Direktur Yoon?”
“Belum
Hye Sung-shi, kami sedang mencarinya,”
“Oh baiklah, teruslah mencarinya,” Haera
mendesah –lagi—.
“Eoh? Neoneun Park Tae Hyun?” Oh Hye Sung,
yeoja itu bertanya pada seseorang yang tak jauh dari tempatnya dan Haera
berdiri didepan pintu masuk. Haera menoleh sejenak pada orang yang ditanya Hye
Sung, melihatnya tanpa minat. Pikirannya masih kalut dan hatinya belum bisa
tenang sebelum ia bisa melihat Jong Hyun dengan kedua
belah matanya sendiri.
“Ye benar.” Sahut namja bertinggi 180-an itu,
diiringi sebuah senyum hormat pada yeoja
bernotabene sebagai Direktur dari Taehan Group. “Sedang apa kau disini? Kau
belum kembali?” Hye Sung kembali melayangkan pertanyaan untuk namja tinggi yang
sudah ada disebelah Hye Sung, entah sejak kapan namja itu telah meminimalkan
jarak diantara mereka menjadi hanya beberapa
langkah diantara Hye Sung dan Tae Hyun. “Aku sedang
menunggu Presdir Cho,”
“Memangnya
dimana dia?”
“Tadi dia bilang akan ke toko Ice Cream bersama seorang namja kecil,” Meski sama sekali tak tertarik pada pembicaraan dua orang disebelahnya, namun Haera masih dapat mendengar topik yang mereka bicarakan. Haera melempatkan pandangannya pada namja itu ketika indera pendengaran Haera menangkap ada kata 'Namja kecil' dari kalimat Park Tae Hyun. “Neh? Namja kecil?” Sambar Haera.
“Ye. Uri Presdir pergi ke toko Ice Cream sana bersama namja kecil yang kami temui tadi didekat lift,”
“Dimana mereka?”
“Di toko Ice Cream seb--” Tanpa aba-aba, tanpa menunggu namja bernama Park Tae Hyun itu menyelesaikan kalimatnya, Haera langsung melenggang pergi meninggalkan Hye Sung dan Tae Hyung. Park Tae Hyun yang melihat tingkah Haera menatap punggung Haera dengan tatapan bingung.
Kyuhyun POV
Flashback
“Presdir, kau langsung ingin kembali Kantor?” Langkahku terhenti ketika seseorang dibelakangku menanyakan tujuanku selanjutnya selesai berakhirnya acaraku dari kantor yang tak kalah megah dari kantor Appa yang menjadi tempatku bekerja. “Hem,” Balasku dengan sebuah gumaman pelan. Kembali aku mengayunkan kaki ,menciptakan langkah menuju tempat lift yang berada didepanku kurang dari 10 meter. Park Jeong Hoon menekan tombol disisi kanan lift. Beberapa saat kami berdiri menantikan datangnya lift yang akan mengantarku ke lantai dasar.
Flashback
“Presdir, kau langsung ingin kembali Kantor?” Langkahku terhenti ketika seseorang dibelakangku menanyakan tujuanku selanjutnya selesai berakhirnya acaraku dari kantor yang tak kalah megah dari kantor Appa yang menjadi tempatku bekerja. “Hem,” Balasku dengan sebuah gumaman pelan. Kembali aku mengayunkan kaki ,menciptakan langkah menuju tempat lift yang berada didepanku kurang dari 10 meter. Park Jeong Hoon menekan tombol disisi kanan lift. Beberapa saat kami berdiri menantikan datangnya lift yang akan mengantarku ke lantai dasar.
Tingg..
Pintu lift terbuka otomatis setelah ditandai adanya bunyi yang kerap kudengar setiap kali akan menaiki lift. Tubuhku berbalik, menghadap pintu lift yang masih terbuka seusai aku dan Assisten pribadiku memasuki lift.
Pintu bergerak otomatis. Bergerak menyatu dari arah berlawanan untuk menutup. Tanganku refleks terangkat mencegah pintu lift agar tak tertutup ketika indera pendengaranku mendengar sebuah tangisan seseorang. Yang bisa kutebak adalah suara tangisan anak kecil. Seolah tubuh ini tergerak sendiri, kakiku terayun membentuk langkah untuk keluar dari lift lalu mencari sumber tangisan itu. Seorang namja kecil menangis tersendu menjadi pemandangan yang kudapati tepat disisi kiri tembok. Tangannya berada dimata sambil sesekali menyeka air mata lalu menguceknya. “Eo..mma..” Serunya ditengah isaknya. “Eo..mma..” Lagi ia berseru menyebut kata 'Eomma' didalam tangisannya. Aku berjongkok menyetarakan tinggi tubuhku dengan namja kecil yang sepertinya sudah pernah tak asing bagiku. “Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau menangis? Dimana Eomma-mu?” Tanyaku.
“Mo-lla..” Jawabnya parau. Ia menurunkan jemari tangannya yang sejak tadi tertengger
di sekitar matanya dan kini dapat kulihat wajah milik namja kecil
itu. Benar saja, wajahnya sudah tak asing bagiku. Aku pernah melihatnya tapi..
dimana? Sesaat aku terdiam, berusaha mencari ingatanku tentang namja manis ini.
Bukankah dia? Aku bertanya dalam diam pada
diriku sendiri. Benar, aku ingat. Dia adalah namja kecil yang
memanggil Haera ‘Eomma’ yang pernah dibawa Nyonya Hwang saat makan
siang beberapa waktu lalu. Lamunanku tersadar saat kulihat ia menatapku dengan
air mata yang masih membasahi
matanya. “Apa yang kau lakukan disini? Dimana Eomma-mu?” Kataku mengulang
pertanyaan yang tadi sempat kulontarkan namun masih belum dijawabnya. “Eo-mma? Aku tidak tahu.” Jawabnya
singkat disambung lagi dengan tangisan lagi. “Kenapa kau bisa disini?”
“Aku..
Tadi aku marah pada Eomma dan keluar dari tempat kerja Eomma..” Ungkapnya. “Ya
sudah jangan menangis. Nanti Ahjusshi antarkan kau ke ruangan Eomma-mu.
Bagaimana kalau sekarang Ahjusshi belikan kau Ice Cream tapi kau janji tidak
boleh menangis lagi,” Tawarku. Menyebut kata 'Ice Cream' dapat kulihat
matanya langsung berbinar dan air matanya pun tak lagi meluncur dari mata
bulatnya. Dia sangat lucu..
*Flashback end
Author POV
Bola mata Haera
berputar menyelusuri seluruh isi toko
ice cream yang letaknya tak jauh dari Taehan Group, kantor tempatnya bekerja. Nafasnya agak tersenggal, sebab ia berjalan jauh dari kata santai bahkan
ia mungkin saja akan berlari jika ia tak memikirkan ia tengah menggenakan rok sepan sekarang ini. Bola hitam
Haera mendapati seorang namja kecil dan seorang namja dewasa, mereka duduk
bersebrangan sesekali mereka tampak tertawa. Melihat itu, Haera merasa sedih
entah karena apa ia pun tak tahu. Dengan langkah lebar, Haera berjalan untuk
menghampiri kedua namja disana.
“Jong Hyun-ah..” Panggil Haera. Bola hitam bulat milik namja kecil bernama Jong Hyun beralih dari ice creamnya dan menoleh kearah sumber suara. Disebelah Jong Hyun sudah berdiri yeoja cantik dengan raut agak kacau.
“Eomma..” Seru Jong Hyun diiringi sebuah senyum. Haera berlutut membiarkan lutut menumpu tubuhnya dilantai marmer cafe, menyetara tinggi Haera dengan putranya yang masih duduk dikursi.
“Kau darimana saja Jong Hyun-ah? Kau tahu Eomma sangat mengkhawatirkanmu? Lain kali, jangan pergi tanpa sepengetahuan Eomma.” Segera saja Haera merengkuh putranya dalam pelukan. Lalu tangannya mengusap-usap lembut rambut hitam Jong Hyun. Haera seakan tidak menyadari bahwa disana ada seorang namja yang terdiam menikmati pemandangan antara seorang Eomma yang nyaris kehilangan putranya. Haera seakan tak menghiraukan sekitar mereka kecuali sibuk pada putranya. “Mian Eomma..” Lirih Jong Hyun.
“Eomma maafkan, tapi jangan seperti ini lain kali, Ara?” Haera telah menggenggam tangan Jong Hyun, akan mengajaknya keluar dari toko Ice Cream. Tapi Jong Hyun telah lebih dulu menahannya.
“Eomma aku ingin menghabiskan ice cream-ku dulu,” Pinta Jong Hyun.
“Nanti Eomma belikan kau Ice cream yang lebih banyak, kajja.” Tangan Haera kembali menarik tangan Jong Hyun. “Tapi aku ingin makan ice cream dengan Ahjusshi baik,” Haera terpengarah. Pandangan Haera mengarah kearah tatapan yang ditujukan Jong Hyun. Ahjusshi baik? Ia melirik sejenak kearah orang yang dimaksud Jong Hyun, detik selanjutnya ia telah membuang pandangan kearah lain.
“Jong Hyun-ah jangan membantah Eomma.” Tegas Haera. Ini menjadi kali pertamanya Haera bicara setegas tadi pada putranya. Sebab biasanya, Haera selalu berbicara dengan penuh cinta pada Jong Hyun.
“Kajja.” Ajak Haera sekali lagi sambil menarik tangan Jong Hyun. Namja manis itu tak lagi memberontak, ia hanya menurut perkataan sang Eomma. Tapi sebelumnya, Jong Hyun menyempatkan diri untuk berucap terima kasih pada namja yang ia panggil Ahjusshi baik. Kyuhyun memandangi kedua punggung orang itu yang makin menjauh dari pandangannya lalu menghilang ditelan oleh jarak dan waktu.
“Jong Hyun-ah..” Panggil Haera. Bola hitam bulat milik namja kecil bernama Jong Hyun beralih dari ice creamnya dan menoleh kearah sumber suara. Disebelah Jong Hyun sudah berdiri yeoja cantik dengan raut agak kacau.
“Eomma..” Seru Jong Hyun diiringi sebuah senyum. Haera berlutut membiarkan lutut menumpu tubuhnya dilantai marmer cafe, menyetara tinggi Haera dengan putranya yang masih duduk dikursi.
“Kau darimana saja Jong Hyun-ah? Kau tahu Eomma sangat mengkhawatirkanmu? Lain kali, jangan pergi tanpa sepengetahuan Eomma.” Segera saja Haera merengkuh putranya dalam pelukan. Lalu tangannya mengusap-usap lembut rambut hitam Jong Hyun. Haera seakan tidak menyadari bahwa disana ada seorang namja yang terdiam menikmati pemandangan antara seorang Eomma yang nyaris kehilangan putranya. Haera seakan tak menghiraukan sekitar mereka kecuali sibuk pada putranya. “Mian Eomma..” Lirih Jong Hyun.
“Eomma maafkan, tapi jangan seperti ini lain kali, Ara?” Haera telah menggenggam tangan Jong Hyun, akan mengajaknya keluar dari toko Ice Cream. Tapi Jong Hyun telah lebih dulu menahannya.
“Eomma aku ingin menghabiskan ice cream-ku dulu,” Pinta Jong Hyun.
“Nanti Eomma belikan kau Ice cream yang lebih banyak, kajja.” Tangan Haera kembali menarik tangan Jong Hyun. “Tapi aku ingin makan ice cream dengan Ahjusshi baik,” Haera terpengarah. Pandangan Haera mengarah kearah tatapan yang ditujukan Jong Hyun. Ahjusshi baik? Ia melirik sejenak kearah orang yang dimaksud Jong Hyun, detik selanjutnya ia telah membuang pandangan kearah lain.
“Jong Hyun-ah jangan membantah Eomma.” Tegas Haera. Ini menjadi kali pertamanya Haera bicara setegas tadi pada putranya. Sebab biasanya, Haera selalu berbicara dengan penuh cinta pada Jong Hyun.
“Kajja.” Ajak Haera sekali lagi sambil menarik tangan Jong Hyun. Namja manis itu tak lagi memberontak, ia hanya menurut perkataan sang Eomma. Tapi sebelumnya, Jong Hyun menyempatkan diri untuk berucap terima kasih pada namja yang ia panggil Ahjusshi baik. Kyuhyun memandangi kedua punggung orang itu yang makin menjauh dari pandangannya lalu menghilang ditelan oleh jarak dan waktu.
Kyuhyun POV
“Siapa namamu?”
Aku menempatkan sebuah cup ice cream didepan namja kecil yang masih jadi
pertanyaanku. “Jong Hyun. Jong Hyun imnida,” Jawabnya, lalu sibuk memegang
sendok dan memasukan ice cream kedalam mulut mungilnya.
Seketika senyumku mengembang melihatnya dengan mulut dipenuhi ice cream tak hanya itu, disudut bibirnya banyak terdapat sisa-sisa ice cream mengotori wajahnya. Terus aku menatapinya, hingga bayangan - bayangan tentang rasa penasaranku muncul dan kucoba untuk mengenyahkannya dengan bertanya pada namja kecil bernama Jong Hyun ini.
“Eum.. Boleh Ahjusshi bertanya padamu?”
Seketika senyumku mengembang melihatnya dengan mulut dipenuhi ice cream tak hanya itu, disudut bibirnya banyak terdapat sisa-sisa ice cream mengotori wajahnya. Terus aku menatapinya, hingga bayangan - bayangan tentang rasa penasaranku muncul dan kucoba untuk mengenyahkannya dengan bertanya pada namja kecil bernama Jong Hyun ini.
“Eum.. Boleh Ahjusshi bertanya padamu?”
“Tentu, karena
Ahjusshi orang yang baik, jadi Ahjusshi boleh bertanya,” Sahutnya riang. “Boleh
Ahjusshi tau, siapa Appa-mu?” Nampak kulihat ia menjadi agak murung dan tak
bersemangat lagi. Ia sudah tak sesemangat tadi, mendengarku menyinggung kata ‘Appa’ kepadanya.
“Appa? Jong Hyun molla.” Ia menggelengkan kepala. “Jong Hyun tidak pernah bertemu dengan Appa.” tambahnya lagi. “Jong Hyun tidak tinggal bersama Appa?” Kembali Jong Hyun menggerakkan lagi kepalanya kekanan dan kekiri. “Jong Hyun hanya tinggal bersama dengan Eomma dan Halmeoni,”
Siapa sebenarnya Jong Hyun? Tanyaku dalam hati. Bukan terjawab rasa penasaran ini malah semakin menganga. Dibalik itu, sedikit banyaknya, perasaan lega meresap dihatiku. Aku masih sangat berharap ia masih seperti dulu, masih memiliki rasa itu untukku. Meski sepertinya harapanku terlalu tidak mungkin. Hatiku pasti amat sangat terluka jika aku berada diposisinya dulu. Tak salah jika ia tak pernah mau menatapku sekarang ini. Aku sangat mengerti.
“Appa? Jong Hyun molla.” Ia menggelengkan kepala. “Jong Hyun tidak pernah bertemu dengan Appa.” tambahnya lagi. “Jong Hyun tidak tinggal bersama Appa?” Kembali Jong Hyun menggerakkan lagi kepalanya kekanan dan kekiri. “Jong Hyun hanya tinggal bersama dengan Eomma dan Halmeoni,”
Siapa sebenarnya Jong Hyun? Tanyaku dalam hati. Bukan terjawab rasa penasaran ini malah semakin menganga. Dibalik itu, sedikit banyaknya, perasaan lega meresap dihatiku. Aku masih sangat berharap ia masih seperti dulu, masih memiliki rasa itu untukku. Meski sepertinya harapanku terlalu tidak mungkin. Hatiku pasti amat sangat terluka jika aku berada diposisinya dulu. Tak salah jika ia tak pernah mau menatapku sekarang ini. Aku sangat mengerti.
Seakan pikiran
ini tak pernah lelah memikirkan semua tentang namja kecil itu, otakku masih
terus menerka-nerka tentangnya. “Ahjusshi kau mengenal Eomma-ku bukan?” Ia melontarkan
pertanyaan padaku disela kesibukannya menikmati ice cream.
“Eo-mma-mu Yoon Haera?” kataku tertahan. Ia menggangguk.
“Ahjusshi orang yang waktu itu makan siang bersama Eomma dan Halmeoni, geuchi?” Tanganku tergerak mengusap lembut kepalanya sambil tersenyum. Senyum yang kuanggap sebagai pengganti jawaban iya dari pertanyaannya. “Jong Hyun-ah..” Seruan itu berhasil membuatku dan Jong Hyun menoleh pada sumber suara. Sejenak ku terpaku melihatnya telah berada disini. Ia berjalan dengan langkah besar menghampiri tempat kami. Tampak wajahnya kusut dan gambaran raut cemas tertera jelas diwajah itu. Wajah yang sangat kuingin lihat selama 6 tahun ini. Wajah yang sangat kurindukan, namun apa daya jika saat ini ia malah membenciku. Disaat aku bahagia mendapatinya ia telah kembali, tapi aku tak dapat melakukan apapun untuk membuatnya kembali padaku. Dia membenciku, itu sudah pasti. Bodoh. Aku memang bodoh pernah melepasnya.
“Eo-mma-mu Yoon Haera?” kataku tertahan. Ia menggangguk.
“Ahjusshi orang yang waktu itu makan siang bersama Eomma dan Halmeoni, geuchi?” Tanganku tergerak mengusap lembut kepalanya sambil tersenyum. Senyum yang kuanggap sebagai pengganti jawaban iya dari pertanyaannya. “Jong Hyun-ah..” Seruan itu berhasil membuatku dan Jong Hyun menoleh pada sumber suara. Sejenak ku terpaku melihatnya telah berada disini. Ia berjalan dengan langkah besar menghampiri tempat kami. Tampak wajahnya kusut dan gambaran raut cemas tertera jelas diwajah itu. Wajah yang sangat kuingin lihat selama 6 tahun ini. Wajah yang sangat kurindukan, namun apa daya jika saat ini ia malah membenciku. Disaat aku bahagia mendapatinya ia telah kembali, tapi aku tak dapat melakukan apapun untuk membuatnya kembali padaku. Dia membenciku, itu sudah pasti. Bodoh. Aku memang bodoh pernah melepasnya.
Haera POV
Aku mendesah
lega ketika mendapati putraku dalam keadaan baik-baik saja. Meski harus
kuhadapi kenyataan tidak mengenakan ini. Anakku bersama orang itu. Dari sekian
banyak orang, kenapa Jong Hyun harus bersama orang itu? Orang yang harus
kuhindari.
“Kenapa Jong
Hyun bisa bersama orang itu?” Tanyaku berusaha dengan intonasi sebiasa mungkin
pada Jong Hyun. Aku tak ingin menyebut namanya, itu hanya membuatku kembali
mengingatnya. “Tadi Jong Hyun bertemu dengan Ahjusshi baik didekat lift. Dia
mengajak Jong Hyun membeli ice,” Ungkapnya menceritakan asal mula ia bisa
bertemu dengan orang itu. “Lain kali Eomma jangan seperti itu lagi. Dan juga,
jangan berbicara pada sembarang orang. Terlebih lagi orang yang baru kau temui
seperti orang itu,”
“Tapi Ahjusshi orang yang sangat baik dan dia juga baik padaku,”
“Sudah Eomma
katakan, jangan pernah membatah perkataan Eomma!” Tukasku. Intonasi suaraku
yang awalnya rendah kini menaik seketika. Jong Hyun langsung terdiam, ia
menundukkan kepalanya. Tubuhnya semakin tersudut pada pintu mobil. Aku tahu ia
pasti ketakutan karena bentakanku tadi. Aku menyesal telah membentaknya.
Rasanya aku ingin menangis saat ini juga. Melihat anakku ketakukan karena
ulahku. Maaf tapi bukan itu maksud Eomma. Eomma hanya ingin kau tidak
berhubungan dengan orang itu. Maaf. Tidak seharusnya aku mencampur adukkan
perasaanku pada Jong Hyun.
Perlahan mobil yang kukendarai berhenti dihalaman sebuah rumah mewah seiring kakiku tergerak menekan pedal rem. Suara deru mobil telah tak terdengar karena aku telah mematikannya, kini tinggallah aku dan Jong Hyun keluar dari dari mobil. Aku telah lebih dulu keluar, seperkian detik aku menunggui Jong Hyun keluar namun nyatanya ia tak kunjung keluar dari dalam mobil. Ku memutari mobil kearah pintu mobil tempat ia duduk, setelah kubukakan pintu, kulihat ia masih duduk terdiam sambil menundukkan kepalanya. Sepertinya ia marah padaku karena perbuatanku tadi padanya.
“Jong Hyun-ah..” panggilku sambil menjonggkokkan tubuh didepan pintu mobil. Ia menoleh dengan ragu lalu kembali menunduk, memainkan jemari-jemari kecilnya.
“Kau marah pada Eomma?” Ia menggeleng lemah. “Maafkan Eomma jika tadi Eomma membentakmu. Eomma hanya tidak ingin kau menjadi anak yang suka menentang apa yang Eomma katakan.” tuturku.
“Eomma tidak marah pada Jong Hyun kan?” Ia berucap masih sambil menunduk. Aku tersenyum dan meletakkan jemariku diatas rambut hitamnya.
“Eomma tidak marah padamu. Eomma hanya ingin kau menjadi anak penurut. Bagaimana bisa Eomma marah pada anak Eomma yang tampan ini?” Nampak ia telah berani mengangkat wajah dan melihatku.
“Benar Eomma tak marah?” Aku mengangguk mengiyakan kemudian merengkuhnya kedalam tubuhku.
Perlahan mobil yang kukendarai berhenti dihalaman sebuah rumah mewah seiring kakiku tergerak menekan pedal rem. Suara deru mobil telah tak terdengar karena aku telah mematikannya, kini tinggallah aku dan Jong Hyun keluar dari dari mobil. Aku telah lebih dulu keluar, seperkian detik aku menunggui Jong Hyun keluar namun nyatanya ia tak kunjung keluar dari dalam mobil. Ku memutari mobil kearah pintu mobil tempat ia duduk, setelah kubukakan pintu, kulihat ia masih duduk terdiam sambil menundukkan kepalanya. Sepertinya ia marah padaku karena perbuatanku tadi padanya.
“Jong Hyun-ah..” panggilku sambil menjonggkokkan tubuh didepan pintu mobil. Ia menoleh dengan ragu lalu kembali menunduk, memainkan jemari-jemari kecilnya.
“Kau marah pada Eomma?” Ia menggeleng lemah. “Maafkan Eomma jika tadi Eomma membentakmu. Eomma hanya tidak ingin kau menjadi anak yang suka menentang apa yang Eomma katakan.” tuturku.
“Eomma tidak marah pada Jong Hyun kan?” Ia berucap masih sambil menunduk. Aku tersenyum dan meletakkan jemariku diatas rambut hitamnya.
“Eomma tidak marah padamu. Eomma hanya ingin kau menjadi anak penurut. Bagaimana bisa Eomma marah pada anak Eomma yang tampan ini?” Nampak ia telah berani mengangkat wajah dan melihatku.
“Benar Eomma tak marah?” Aku mengangguk mengiyakan kemudian merengkuhnya kedalam tubuhku.
Author POV
Presdir Taehan Group, Hwang Seul Rin, hari ini
pemilik Taehan Group itu menyambangi perusahaan. Ada sebuah urusan yang
menyuruhnya harus meluangkan waktu untuk datang ke gedung mewah miliknya.
Ketukan pintu terdengar oleh Nyonya Hwang Seul Rin dari luar pintu. Ia pun membuka mulutnya, mengeluarkan sebuah kata, “Masuk,” Titahnya. Orang yang tadi tak diketahuinya kini telah dapat ia lihat. Orang itu adalah seorang yeoja muda dari bagian Personalia datang dengan membawa sesuatu ditangannya.
“Presdir ini ada sebuah undangan dari Cho Corp,” Tuturnya lembut dan sopan.
Ketukan pintu terdengar oleh Nyonya Hwang Seul Rin dari luar pintu. Ia pun membuka mulutnya, mengeluarkan sebuah kata, “Masuk,” Titahnya. Orang yang tadi tak diketahuinya kini telah dapat ia lihat. Orang itu adalah seorang yeoja muda dari bagian Personalia datang dengan membawa sesuatu ditangannya.
“Presdir ini ada sebuah undangan dari Cho Corp,” Tuturnya lembut dan sopan.
Flashback
Suara dentingan antara piring dan sendok yang
kini menjadi peneman suasana sepi disebuah ruang tamu mewah dirumah keluarga Cho.
Semua orang dimeja makan itu saling diam, menikmati makanan makan malam mereka.
Hingga suara khas milik Tuan Cho memudarkan suasana sepi dimeja makan itu. “Bagaimana
keadaan perusahaan?” Kata Tuan Cho melontarkan pertanyaan pada putranya yang
saat ini berkedudukan sebagai pemimpin perusahaan Cho Corp. “Tak ada
yang perlu Appa khawatirkan,” Jawab Cho Kyuhyun jujur nan singkat. Wajar jika pendiri Cho Corp itu –Tuan Cho—menanyakan
keadaan perusahaan pada putranya, bukannya tidak peduli, melainkan ia pun sendiri disibukkan oleh
pekerjaan. Hari ini Tuan Cho yang baru pulang setelah seminggu lamanya berada
di Jepang. Apalagi kalau bukan untuk urusan bisnis pula. “Bagaimana kerja sama
kita dengan Taehan Group?”
“Semuanya lancar,” Balas Kyuhyun singkat lalu
kembali memfokuskan pada makanannya.
“Tentang pesta Cho Corp, kau telah mempersiapkannya?”
Lagi Tuan Cho kembali bertanya.
“Sudah, semuanya telah aku persiapkan,”
Jelasnya. Tuan Cho mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Baguslah,”
“Baguslah,”
“Appa ingin kau mengundang Taehan Group juga,”
Flashback
end
Haera POV
“Haera-ya kau
akan ikut ke pesta Cho Corp?”
“Ndeh?!” Aku
yang tak tahu menahu tentang apa yang Eomma
katakan, sebab itu aku langsung tersentak seketika saat bibirnya berkata
mengenai Cho Corp.
“Kau belum tahu? Cho Corp mengundang perusahaan kita untuk menghadiri pesta perayaan ulang tahun berdirinya Cho Corp yang ke-30, acaranya dilaksanakan besok malam, kau ikut ne?” Mendengar nama perusahaan itu, mengingatkan kembali pada satu orang di Cho Corp.
“Haera-yah?”
“Kau belum tahu? Cho Corp mengundang perusahaan kita untuk menghadiri pesta perayaan ulang tahun berdirinya Cho Corp yang ke-30, acaranya dilaksanakan besok malam, kau ikut ne?” Mendengar nama perusahaan itu, mengingatkan kembali pada satu orang di Cho Corp.
“Haera-yah?”
“Nde?” aku tersentak kedua
kalinya. Panggilan Eomma
membuyarkan semua pikiranku tentang orang itu.
“A-aku sepertinya tidak ikut Eomma, aku ingin istirahat,”
“A-aku sepertinya tidak ikut Eomma, aku ingin istirahat,”
“Begitukah?
Padahal Eomma sangat berharap kita bisa pergi bersama,” Tutur Eomma. Eomma
pasti kecewa kepadaku, aku tahu itu. Mian Eomma, bukan maksudku begitu, hanya
saja.. Aku tidak ingin..
Jika aku pergi kesana bersama Eomma, bukankah itu berarti aku mengambil kesempatan untuk bertemu dengannya bukan? Ku tidak ingin. Terlebih lagi jika aku harus bertemu dengan mereka, bertemu dengan keluarganya, aku tidak ingin.
Jika aku pergi kesana bersama Eomma, bukankah itu berarti aku mengambil kesempatan untuk bertemu dengannya bukan? Ku tidak ingin. Terlebih lagi jika aku harus bertemu dengan mereka, bertemu dengan keluarganya, aku tidak ingin.
***
Yoon Jong Hyun, putraku melambaikan tangan dari jendela mobil. Senyumku mengiringi kepergian mobil hitam mengkilat yang membawa Eomma dan Jong Hyun pergi menuju perayaan ulang tahun Cho Corp. Perlahan mobil itu hilang dari pandanganku. Tinggallah dirumah ini kusendiri bersama pelayan rumah. Tubuhku berbalik, akan memasuki rumah tapi langkahku tertahan ketika mataku menangkap pemandangan langit malam gelap diatasku. Ku urungkan niatku untuk masuk dan malah melangkah menuju kursi taman. Aku mendudukkan tubuhku dikursi panjang berwarna putih. Kudongakkan kepala agar dapat lebih mudah memandangi pemandangan diatasku. Malam ini langit begitu cerah. Bulan itu bulat dengan begitu sempurna dan banyak bintang pun bertebaran menambah keindahan malam. Tak bosan-bosannya aku mengarahkan pandanganku untuk menatapi langit malam nan indah ini. Terus aku menikmati pemandangan malam yang membuatku tampak seperti orang bodoh. Duduk dalam diam dan menatapi langit. Bola mataku terus menatapi bintang-bintang, peneman bulan yang terus bergermelapan menghiasi malam. Tapi perhatianku hanya tertuju pada setitik bintang kecil yang letaknya begitu dekat dengan bulan. Awalnya kulihat ia memancarkan cahaya begitu terang namun berlanjutnya waktu, perlahan cahayanya mulai redup menyisakan bayangan-bayangan cahaya tak utuh. Kupikir jika hidupku diibaratkan dengan sebuah bintang. Bintang redup itu adalah diriku. Bintang kecil itu beruntung dibandingkan bintang lain bisa berada begitu dekat dengan bulan, begitupun dengan diriku. Hanya sebuah keberuntungan bagiku, aku pernah berada disisinya. Perlahan cahayanya pudar bersamaan hilangnya wujud bintang itu. Kuyakini bulan tak sedikitpun merasa kehilangan, karena ia masih punya bintang lain yang lebih indah dan lebih terang dari bintang itu. Dan kuyakini juga, orang itu pasti tidak pernah merasakan kehilangan untuk diriku. Bodohnya.. aku mengharapkan hal demikian terjadi padanya. Bagi hidupnya, mungkin aku hanyalah selembar kertas yang dapat ia gunakan, setelahnya dapat ia buang. Ia masih memiliki banyak kertas sebagai pengganti kertas itu, sehingga untuk apa ia merasa kehilangan...
To Be Continue
..
Dinantikan like plus komen-nya. Author gak mau tahu, yang baca harus kudu
wajib like dan komen ya. Klw yg gk komen author sumpahin gak bakal prnah ketemu
ma biasnya ckck.. *ngancem
For next story, just waiting for me, kkkk~
Mungkin dipart selanjutnya bakal agak lama, mian.
Anneyong..