[ONESHOOT] Forever Love [ 영원한 사랑]

4 komentar


[ONESHOOT]

Forever Love [ 영원한 사랑]



Author              : Chindy Agryesti.

Facebook        : Chindy Agryyesti Horvejkul 

Twitter             : @Chindy404 

Blog                 : http://chindyhvk.blogspot.com/

      Cast                 :

  • Cho Kyuhyun
  •    Yoon Haera


Genre              : AU!, Romance

Length             : Chapter

 Rating            : PG15
                                                                                                                           

Jiwa dapat meninggalkan raga, tetapi cinta tidak akan tertinggal karena waktu.
—Forever Love—



Di awali oleh sebuah kesenangan tersendiri bagi sekumpulan sahabat itu. Yang tidak di sadari malah mendatangkan penderitaan hidup bagi seseorang yang tidak tahu-menahu. Permainan yang tentu menyenangkan bagi para namja tersebut. Tanpa memperdulikan perasaan orang yang menjadi bahan permainan mereka.


Beggin :


Yoon Hae Ra mematut bayangan dirinya pada cermin besar di depannya. Setelah memastikan tidak ada yang kurang pada penampilannya, Hae Ra bergegas meninggalkan ruang kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat special bagi Seo Gyu Ri, sepupunya. Orang yang sudah Hae Ra anggap layaknya kakaknya sendiri. Dan Hae Ra ingin memberikan penampilan yang terbaik di hari penting kakak sepupunya itu.
Setelah menempuh jarak dari rumah ke hotel. Tiba juga Hae Ra di sebuah hotel berbintang di Seoul. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, bergegas yeoja ber-dress peach itu memasuki gedung hotel yang menjulang tinggi di depannya, menuju ballroom hotel tempat resepsi sepupunya di laksanakan pukul sepuluh ini.
Lift yang mengantarkan Hae Ra ke lantai tujuh itu berdenting. Tak lama pintu lift terbuka. Dapat dilihatnya, orang-orang yang sudah mulai memadati ballroom hotel. Langkah Hae Ra mendadak tertahan begitu mendapati sebuah figura besar yang memajang wajah kedua mempelai. Wajah Seo Gyu Ri dan calon suaminya. Hanya dalam sekejap mata tubuh Hae Ra melemas. Dadanya terasa sesak luar biasa. Air mata sudah menggenang di balik kelopak matanya. Ia bahkan tidak yakin bisa berdiri lebih lama lagi.

Tuhan takdir apa lagi yang kau berikan padaku ini? Akankah aku sanggup menghadapinya?

Fokus mata Hae Ra masih tertuju pada figura mewah itu. Tidak ada yang salah dengan foto tersebut, hanya saja gambar disana. Berhasil menyayat hati Hae Ra. Luka kemarin belum juga sembuh, tapi kini ia sudah harus menerima lagi luka yang baru.

“Hae Ra-ya kenapa kau diam disini? Ayo masuk, upacaranya akan segera dimulai,” Nyonya Yoon menghampiri Hae Ra ketika melihat putrinya yang hanya terdiam di ambang pintu ballroom. Nyonya Yoon memang tiba lebih dulu disini bersama Tuan Yoon. Sebab hari ini pasangan tengah baya itu yang akan menjadi wali dari mempelai wanita. “Ada apa denganmu ini? Tingkahmu sangat aneh, kau sakit?” tubuh Hae Ra belum juga mengeluarkan reaksi apa pun. Tubuhnya seperti patung. Membeku dan membisu. Sekali lagi, Nyonya Yoon memanggil nama Hae Ra seraya menarik lengan Hae Ra menggiringnya masuk ke dalam ballroom. Nyonya Yoon membawa Hae Ra duduk di kursi depan.

Yoon Hae Ra terus-terusan membisu. Tidak ada satu kata patah yang keluar dari bibirnya sejak yeoja itu menapakkan kaki di tempat ini. Selama upacara pernikahan tersebut Hae Ra terus menjaga pandangannya agar tidak menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Hatinya tersakiti amat dalam. Dia tidak sanggup menyaksikan orang yang ia cintai menjadi milik orang lain. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, saat ini orang yang ia cintai adalah milik sepupunya sendiri, orang yang juga ia sayangi.

Ya tuhan apa bisa aku menerima ini? Ku mohon, kuatkan aku.
 
Hae Ra membuang pandangan ke arah lantai bersamaan dengan gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan besar ini. Satu bulir air mata sudah tidak tertahankan lagi. Sengaja Hae Ra semakin menundukkan wajahnya untuk membunyikan air mata yang tadi sempat jatuh. “Eomma aku ingin ke toilet,” hanya kalimat singkat itu yang terucap dari Hae Ra sebelum beranjak meninggalkan tempat duduknya.

Sesampainya yeoja itu di toilet, air mata yang sudah tak terbendung lagi tumpah juga pada akhirnya. Tetes demi tetes air yang mengalir di pipinya kian menderas. Hingga tanpa di sadari isakan mulai hadir menjadi pengiring air mata. “Aegi, tolong kuatkan eomma. Bantu eomma menghadapi ini semua.” gumam Hae Ra di sela tangisnya sambil tangannya mengelus lembut bagian perutnya.

Lama Hae Ra hanya menyendiri di ruang toilet, menumpahkan semua sesak di hatinya. Meski sebenarnya ia belum siap dan mungkin tidak akan pernah siap keluar dari sini, tapi tidak memungkinkan ia harus tetap mendekap disini. Diluar sepupunya sedang melangsungkan pernikahannya jadi bagaimana mungkin ia menghilang begitu saja tanpa kabar. Meski keberadaannya disana, itu sama saja menyakiti dirinya sendiri. Hae Ra harus tetap kuat. Ia sudah harus belajar menerima kenyataan bahwa namja yang amat ia cintai di dunia ini telah menjadi milik sepupunya. Baru Hae Ra akan meraih kenop pintu toilet. Namun tiba-tiba Hae Ra merasakan sekitarnya berputar-putar dan di detik selanjutnya semua menggelap. Hae Ra sudah tak tau apa lagi yang terjadi dengan tubuhnya

***

Hae Ra menerjapkan kedua matanya ketika di dengarnya suara keributan yang bersumber dari luar ruangan tempatnya berada. Aroma obat langsung terendus begitu Hae Ra menghirup oksigen di sekitarnya. Belum selesai ia meneliti ruangan bernuansa putih ini, pintu terbuka. menampilkan sosok eomma-nya yang masih menggenakan pakaian pesta disusul oleh Tuan Yoon di belakang. Tak hanya pasangan suami-istri itu saja, masih ada orang yang lainnya dibelakang Tuan dan Nyonya Yoon yaitu Seo Gyu Ri beserta namja yang sekarang ini sudah resmi menyandang status suaminya. Namja bernama Cho Kyu Hyun tersebut turut hadir di tempat Hae Ra saat ini. “eomma,” lirih Hae Ra ketika menyadari tatapan eomma-nya yang terlihat lain kali ini. Hae Ra tak mengenal tatapan itu. “Hae Ra-ya eomma memiliki satu permohonan darimu. Jujurlah pada kami. Siapa ayah dari anak yang tengah kau kandung?” mata Hae Ra mendelik dengan refleks. Satu-satunya pergerakan yang ia keluarkan hanya genggaman jemarinya pada seprai ranjang rumah sakit. Sisanya tubuhnya membeku, terdiam sejadi-jadinya. Bahkan kegiatan bernafas pun sempat ia hentikan sejenak. Sekarang rahasia besar itu terbongkar sudah. Rahasia yang mati-matian Hae Ra tutupi rapat serapat-rapatnya. Tapi pada akhirnya rahasia itu terbongkar juga. Keluarganya sudah mengetahui itu, mengetahui keadaan dirinya saat ini. Tidak ada yang perlu lagi Hae Ra tutupi toh semuanya sudah terlambat. Kedua orang tuanya telah mengetahuinya. Yang dapat Hae Ra lakukan hanyalah pasrah akan reaksi keluarganya yang harus ia terima. Tamparan, cacian, makian. Hae Ra sudah mempersiapkan diri untuk itu. Ia siap menerima segala bentuk kemarahan dari orang tuanya. Karena ia merasa ia memang pantas untuk mendapatkannya. Sudah dapat Hae Ra bayangkan kemungkinan terburuk yang mesti ia terima. Tapi Hae Ra sudah siap. Hae Ra akan menerimanya sekali pun hidupnya harus berubah, tidak akan sama seperti dulu. Hae Ra akan tetap siap. Sebab di saat Hae Ra memutuskan untuk mempertahankan janinnya, ia sudah mempersiapkan diri untuk segala konsekuensinya. Meski pun ia tau, akan ada banyak rintangan jika ia tetap memelihara janin tersebut. Ia memang masih mempunyai pilihan alternatif, tapi Hae Ra tidak akan pernah sanggup melakukan itu. Ia tidak ingin menjadi seorang pembunuh. Terlebih lagi membunuh anaknya sendiri, darah dagingnya. Yeoja itu tidak akan sanggup. Sekali pun anak itu harus menjadi awal penderitaannya, itu bukan masalah. Hae Ra ingin melihat janin itu terlahir di dunia ini. Tumbuh dan berkembang. Walau dengan kenyataan, ia terlahir tanpa seorang ayah. “Imo apa yang kau bicarakan? Anak? Anak apa?” Gyu Ri yang tidak mengetahui apa-apa, tentu menjadi suatu tanda besar yang memenuhi kepalanya. Ia baru menginjakkan kakinya di rumah sakit ini tapi sudah di sambut oleh kalimat membingungkan dari bibinya. “Anak yang sedang di kandung Hae Ra. Dia tengah hamil tanpa sepengetahuan kita. Sekarang biar kita dengar pengakuan langsung dari mulutnya. Katakan pada kami. Siapa ayah dari anak itu? Eomma tidak pernah menuntut apa pun darimu tapi sekarang eomma hanya meminta kejujuran darimu.” Hae Ra menggeleng lemah. Satu nama itu terlintas di benaknya. Tapi ia tidak mungkin menyuarakannya langsung. Kebahagiaan sepupunya baru dimulai, dan Hae Ra tidak mau menghancurkan atau pun mengacaukan kebahagiaan tersebut. Hae Ra terlalu menyayangi Gyu Ri, ia tidak ingin merusak kebahagiaan orang yang ia sayangi serta kebahagiaan orang yang ia cintai. “Hae Ra-ya jawab kami. Siapa namja itu? Siapa yang telah menghamilimu?” kali ini Tuan Yoon yang berbicara dengan nada yang agak memaksa. Kembali Hae Ra menggerakkan lagi kepalanya, ia menggeleng. “Aku.. Aku tidak bisa mengatakannya,” balasnya. Tidak ada keberanian untuk Hae Ra menatap eomma atau appa-nya.

“Wae? Kenapa kau tidak mau mengatakannya? Namja itu tidak ingin bertanggung jawab?”

“Aku tidak akan pernah mengatakannya walau pun kalian memaksaku, tidak akan pernah.”

Karena aku tidak ingin membuat kebahagiaannya hancur, cukup hanya aku saja yang terluka.

Sambung Hae Ra yang hanya tersuarakan dalam hati kecilnya. “Geurae, jika kau bersi kukuh tidak akan memberitau kami. Maka satu pilihan terakhirmu yaitu menggugurkannya,” Tegas Tuan Yoon dengan emosi yang sudah tidak terkendali lagi. Kekecewaan itu sepertinya mampu melenyapkan sikap tenang yang biasa Tuan Yoon tunjukkan. Sungguh, hal seperti ini tidak pernah dibayangkan beliau akan terjadi dan menimpa putri semata wayangnya yang teramat ia banggakan. Tapi kebanggaan itu sirna sejak mendapati putrinya tengah hamil diluar nikah. Putri yang begitu begitu disayanginya tega memberikan kekecewaan teramat dalam. Tuan Yoon tidak yakin, apa masih ada kebanggaan yang beliau miliki terhadap putrinya? Sepertinya tidak.

“Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak akan membunuh anakku sendiri. Ku mohon eomma, appa biarkan aku melahirkan anak ini. Tolong biarkan dia terlahir di dunia ini.” sungut yeoja itu.

“Kau sendiri yang memilih pilihan itu. Kau tidak memberitau kami tentang ayah anak itu. Maka jalan satu-satunya adalah menggugurkannya. Aku tidak ingin memiliki cucu yang disebut anak haram. Apa kau tidak memikirkan bagaimana tanggapan orang di luar sana jika mereka tau aku memiliki putri yang hamil tanpa seorang suami. Kau sama saja tengah berusaha merusak martabat keluarga kita.” emosi Tuan Yoon semakin tak terbendung. Emosinya meluap dengan volume suara yang tinggi. Ini menjadi kali pertamanya dalam hidup, Hae Ra melihat appa-nya se-emosi ini. Sejujurnya, Hae Ra sangat takut. appa-nya yang ia kenal, seorang ayah dengan sikapnya yang begitu berwibawa, bijaksana, penuh cinta kasih. Namun saat ini tidak Hae Ra temui appa-nya ia kenal. Rasanya Hae Ra tidak mengenal namja paruh baya di ruangan ini.

“Apa tanggapan orang lain begitu penting di bandingkan cucu appa sendiri? Apa martabat juga lebih penting dari anakmu sendiri? Apa itu semua sangat penting bagi appa di banding apapun?”

“Ne, semua itu sangat penting bagiku. Di banding apapun. Sehingga kau harus tetap menggugurkan anak itu. Ingin tidak ingin. Kau harus melakukannya,” Hae Ra mengangkat wajahnya, menatap dengan tatapan memohon terhadap appa-nya. Otaknya secara tiba-tiba menitahkan agar Hae Ra melakukan sesuatu. Yeoja itu lantas bangkit dari tempat tidur, mendekati Tuan Yoon dengan kedua lututnya mencium lantai rumah sakit.

“Appa ku mohon jangan paksa aku melakukan hal itu. Aku tidak bisa dan aku tidak ingin. Ku mohon..” tangis Hae Ra.

“Appa berikan satu kesempatan lagi. Kau hanya perlu memilih satu dari kedua pilihan ini. Menggugurkan bayi itu atau tinggalkan keluarga Yoon?” air mata lolos dengan mudah bertepatan dengan terpejamnya kedua mata Hae Ra. Kemungkinan terburuk yang sempat terpikirkan olehnya, sepertinya akan benar-benar terjadi. Bahkan jika memang ia harus meninggalkan keluarganya serta melepaskan status putri keluarga Yoon. Hae Ra siap.

“Yeobo,” Nyonya Yoon berdesis pelan. Kemudian melangkah mendekati sang suami.

“Dia putri kita satu- satunya. Kau tidak mungkin tega melakukannya bukan? Kau tidak akan benar-benar mengusirnya, geuchi?”

“Kata siapa? Aku tidak sedang mengatakan omong kosong. Jika memang ia tetap lebih memilih mempertahankan bayi haram itu, aku akan mengusirnya. Anggap saja aku tidak memiliki putri, dibandingkan aku harus malu karenanya!” semua ini akan berakhir. Statusnya sebagai putri keluarga Yoon akan segera berakhir. Hanya sampai disini. Hari ini. Hari terakhir Hae Ra menjadi putri mereka. Setelah ini, mereka sudah tidak lagi memiliki putri bernama Yoon Hae Ra.

***

Cho Kyu Hyun memandang kosong pada laptop di depannya. Benda persegi panjang tersebut hanya sebagai pajangan bagi namja itu. Pikirannya sedang tidak terfokus pada apa pun. Yang ada hanya bayangan bagaimana yeoja itu menangis, memohon sembari berlutut di kaki appa-nya. Pemandangan memilukan itu secara langsung ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana yeoja itu berjuang mati-matian mempertahankan anak di dalam rahimnya dengan segala resiko. Tapi apa yang Kyu Hyun lakukan, namja itu hanya terdiam sebagai penonton.

“Yoon Hae Ra? Itukah anakku? Mengapa tidak pernah kau mengatakannya? Maaf untuk semua luka yang pernah ku torehkan padamu,” Kyu Hyun memejamkan matanya, berusaha menghalau pemikiran tentang yeoja itu. Sudah cukup Kyu Hyun memikirkannya. Memangnya untuk alasan apa Kyu Hyun memikirkan yeoja itu? Ini adalah malam pertamanya dengan yeoja yang sudah resmi berstatus istrinya, Seo Gyu Ri. Jadi semestinya Kyu Hyun tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal lain. Tapi yeoja yang sudah ia sakiti itu, berhasil menyita seluruh pikiran Kyu Hyun. Hingga namja itu tidak memiliki mood untuk melakukan sesuatu.

“Kyu,” Kyu Hyun menoleh ke arah pintu dimana ia mendapati sosok istrinya disana.

“Kau sibuk?”

“Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Kau tidurlah lebih dulu,” titah Kyu Hyun lembut. Mengabaikan perkataan Kyu Hyun, Gyu Ri justru malah semakin mendekatkan dirinya pada Kyu Hyun. “Aniyo. Aku akan menunggu hingga pekerjaanmu selesai,” putus Gyu Ri.

“Kau pasti lelah seharian ini, tidur saja lebih dulu.”

“Oppa ada denganmu?” Kyu Hyun menggeleng. Pertanyaan barusan sangat benar. Ada apa dengan dirinya? Itu juga pertanyaan yang sejak tadi ingin Kyu Hyun tanyakan pada dirinya sendiri. Apa yang salah dengan dirinya? Jadi jangan salahkan namja itu jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan istrinya karena ia sendiri pun tidak mengerti akan jawaban tersebut.

***


Hari-hari terlampaui dengan begitu berat oleh Yoon Hae Ra. Dimana kehidupannya saat ini jungkir balik dari kehidupan sebelumnya. Sekarang, Hae Ra harus berjuang keras mencari uang untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dan menabung untuk proses persalinannya yang tidak lama lagi mengingat umur kandungannya kini sudah memasuki bulan ke sembilan. Di setiap detik Hae Ra melalui harinya ditemani peluh bercucuran dari dahinya. Ia banting tulang dengan keadaan perut yang membuncit besar. Yeoja itu bekerja seakan tidak mengenal lelah. Saat ini ia hanya tinggal di sebuah flat sederhana yang hanya terdiri dari satu ruangan. Hae Ra hidup dengan segala kekurangan namun ia selalu berusaha mencukup-cukupkannya. Sulit. Sangat sulit baginya menjalani hidup demikian. Dimana biasanya Hae Ra hidup serba berkecukupan dengan segala fasilitas mewah dan benda ber-merk. Tapi saat ini, jangan kan fasilitas mewah atau benda ber-merk, dapat menyentuh nasi dengan lauk seadanya saja Hae Ra sudah sangat bersyukur. Tubuhnya kurus dengan raut sayu yang menjadi pemandangan di wajahnya di setiap hari. Tidak ada senyum. Tidak ada tawa. Yang ada hanya wajah pucat akibat kelelahan bekerja. Lingkaran hitam selalu hadir di bawah matanya. Ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk sekedar beristirahat. Komitmen hidupnya sekarang ini hanya bekerja, bekerja, dan berkerja. Memikirkan bagaimana caranya ia tetap bertahan hidup di segala kekurangannya.

 Jika biasanya Hae Ra baru akan menginjakkan kakinya di rumah setelah larut malam. Tapi hari ini, tidak demikian. Ia izin pulang lebih awal. Sejak siang tadi Hae Ra sudah merasakan tubuhnya sedang tidak sehat. Hae Ra berjalan pelan menelusuri gang kecil yang setiap hari di laluinya. Hari tidak terlalu panas, namun anehnya peluh terus saja bercucuran dari dahinya. Tangannya tergerak berulang kali menyeka peluh. Dan tiba-tiba di rasakannya, perutnya sakit luar biasa. Hae Ra sudah tidak sanggup melangkah lagi. Sakitnya tidak tertahan lagi. Yeoja itu meringis kesakitan sembari memegangi perutnya. Satu tangannya di gunakan untuk menyangga tubuh pada tembok jalanan. “Ya tuhan kumohon selamatkan anakku. Biarkan dia tetap hidup,” mohon Hae Ra disela kesakitannya.

***

“Yeobseyo,”

“...”

“Disini tidak ada yang bernama Yoon Hae Ra. Anda salah sambung,”
 
“...”

Telepon rumah itu lantas terlepas dari genggaman tangan kekar namja paruh baya tersebut. Mendengar kegaduhan tersebut, Nyonya Yoon, sang istri segera menghampiri suaminya di ruang tengah. Raut wajahnya berubah cemas ketika mendapati ekspresi Tuan Yoon yang tidak biasa.

“Yeobo, ada apa?” tegur istrinya. Tubuh Tuan Yoon terhuyung dengan tiba-tiba. Sofa disisi tubuhnya menjadi penyangga dari tubuh kokoh itu. Nyonya Yoon langsung menghampiri Tuan Yoon untuk membantunya tetap berdiri.

“Ada apa sebenarnya?”

“Yoon Hae Ra.. Dia.. sudah meninggalkan kita,” susah payah Tuan Yoon merangkai setiap kata. Keterkejutannya membuat ia hilang kendali.

“Apa maksudnya?” desak Nyonya Yoon tak terkendali.

“Hae Ra meninggal,” hanya tiga itu tetapi rasanya begitu menyesakkan untuk menerima kenyataan tersebut. Putrinya. Putri yang sangat disayanginya itu. Kini, sudah pergi. “Lelucon macam apa itu?” desis Nyonya Yoon. Ia mencoba untuk tidak mempercayai kalimat suaminya barusan. “Itulah yang ku dengar tadi,” Nyonya Yoon memejamkan matanya, disusul oleh air mata yang menuruni pipinya. Tubuhnya lemas seketika. Pegangan tangan yeoja paruh baya itu terjuntai di udara, terlepas dari lengan suaminya. “Geojitmal. Ini pasti bohong!”


Di lorong rumah sakit Nyonya serta Tuan Yoon melangkah tak sabaran menuju satu ruangan. Langsung saja mereka masuk ke dalam ruangan tersebut setelah menemukan ruangannya. Sesosok tubuh berbaring di selimuti oleh selimut rumah sakit di dapati oleh mereka. Nyonya Yoon tidak percaya akan apa yang indra penglihatannya lihat. Tubuhnya menjadi sulit di gerakan. Langkahnya berubah menjadi langkah ragu. Perlahan, Nyonya Yoon menghampiri siluet tubuh seorang yeoja itu. Seluruh tubuh yeoja paruh baya itu bergetar hebat. Bahkan hanya untuk membuka selembar selimut itu saja butuh perjuangan kuat. Tubuh Nyonya Yoon hampir mendarat di atas lantai begitu membuka selimut tersebut, jika saja Tuan Yoon tidak segera memapah tubuh istrinya.

“Hae Ra-ya.. Ireona. Eomma sudah datang. Kenapa kau malah tertidur seperti ini Hae Ra. Putriku,” jerit Nyonya Yoon tidak terkendali.

“Putriku eomma mohon. Bangunlah. Jangan tinggalkan eomma. Mianhae, maafkan eomma,” Decitan pintu terdengar, pintu terbuka dan menampilkan seorang yeoja berumur kepala empat. Dalam dekapan yeoja itu terlihat sesosok bayi mungil yang tengah tertidur dengan tenang.

“Anneyong haseyo. Saya yang tadi menghubungi kalian. Perkenalkan saya Kim Hye Sook, saya ahjumma yang tinggal bersebelahan dengan flat Hae Ra.”

“Ini cucu kalian. Dia seorang namja yang sangat tampan,” Bayi mungil itu berpindah tangan dalam dekapan sang kakek. Di tatapnya namja kecil itu dalam-dalam. Anak semata wayang mereka telah pergi dan sekarang tersisa cucu satu-satunya mereka. Suatu peninggalan paling berharga dari Yoon Hae Ra. Putri mereka sudah tak ada lagi di dunia ini. Dan cukup satu kebodohan terbesar mereka, membiarkan putri mereka hidup dalam kesengsaraan. Sekarang pasangan itu tidak ingin mengulang membuat kesalahan bodoh dengan tak mengakui cucu mereka sendiri.

“Imo apa yang tejadi?” setelah melontarkan kalimat barusan, Gyu Ri yang tidak percaya akan yang ia lihat, hanya terpaku begitu memasuki ruang inap tersebut. Di samping yeoja itu berdiri namja tinggi yang tidak lain adalah suaminya, Cho Kyu Hyun. Gyu Ri dan Kyu Hyun mendekat pada tempat tidur. Sekarang dapat mereka lihat, wajah pucat dengan mata terpejam itu, wajah Yoon Hae Ra. Gyu Ri sudah tidak dapat menahan lagi tangisnya. “Hae Ra-ya ada apa denganmu? Wae ire?” Gyu Ri mencoba menggerak-gerakkan tubuh sepupunya. Orang yang sudah anggap adiknya sendiri. Kini hanya dapat terbaring tanpa nyawa. Sudah tidak ada lagi sosok adik yang sangat mengertinya.
Perginya yeoja itu, membawa duka yang begitu mendalam. Tidak hanya bagi orang tua dan Gyu Ri saja. Tanpa di ketahui siapa pun, namja itu, namja yang berdiri disebelah Gyu Ri tengah menitikkan air matanya. Rasa sesak dan penyesalan di dalam dirinya tidak terhalau lagi. Karena dirinya, yeoja itu mendapati banyak penderitaan dan berakhir demikian. Kyu Hyun lah penyebab semua kesengsaraan yang Hae Ra jalani.

 Andai saja aku tidak pernah terlibat oleh permainan bodoh tersebut, yeoja itu tidak mungkin seperti ini. Dia pasti akan tetap di dunia ini, yeoja itu tidak harus mengandung anaknya, yeoja itu tidak harus hidup menderita di akhir hidupnya.

 “Ada yang ingin saya sampaikan mengenai Hae Ra.” setelah beberapa waktu hanya isakan terdengar, kini Kim Hye Sook mulai bersuara. “Hae Ra pernah mengatakan kepada saya bahwa dia sangat menyayangi kalian. Hae Ra sangat merindukan kalian. Dia ingin sekali bertemu dengan orang tuanya tapi dia sendiri dia malu untuk bertemu dengan kalian. Dia merasa sudah terlalu mengecewakan kalian. Hae Ra takut kalian malu memiliki putri sepertinya.”

“Hae Ra-ya mianhae. Maafkan eomma. Eomma tidak pernah malu memiliki putri sepertimu. eomma bangga padamu. Sangat,” Nyonya Yoon mendekatkan kepalanya pada wajah Hae Ra seraya mengelusnya dengan kasih sayang.

“Dia yeoja yang sangat hebat. Setiap hari dia hanya bekerja dan bekerja untuk proses persalinannya. Sejak saya mengenalnya, hidupnya sungguh memprihatinkan. Hae Ra selalu mengutamakan bayinya di banding apa pun. Jadi saya harap kalian mau merawat bayi itu. Dan mengenai ayah bayi itu, Hae Ra pernah bilang pada saya. Dia sangat mencintai namja itu. Hae Ra ingin melihat namja itu bahagia. Itulah sebabnya dia tidak bisa mengatakan siapa ayah dari bayinya.”

“Ada satu hal yang ingin aku sampaikan,” celetuk Kyu Hyun yang sedari tadi membisu.

“Aku.. Akulah appa dari anak itu. Aku namja brengsek yang telah menghamilinya.” semua orang disana terkejut tak terkecuali. Terutama Seo Gyu Ri, istri namja itu.

“Oppa, apa yang kau bicarakan?” tegur istrinya.

“Maaf. Selama ini terlalu pengecut untuk mengakui ini semua.”
 
“Oppa apa itu benar? Tidak. Kau pasti hanya asal bicara kan?”

Kyu Hyun tidak bicara apa-apa. Tak ada jawaban apa pun yang bisa namja itu berikan. Kebisuan Kyu Hyun sudah memperjelas semuanya.

“Oppa..” tatapan terluka terpancar dari kedua mata Gyu Ri.

“Semua ini berawal karena ku. Aku yang sengaja menjadikan dia sebagai bahan taruhan. Dan tidak ku sangka akan berakhir seperti ini. Aku memberikan banyak penderitaan kepadanya. Aku minta maaf.” sesal Kyu Hyun. Nyonya Yoon meringsek maju ke arah Kyu Hyun dan kemudian sebuah tamparan keras tepat mengenai pipi Kyu Hyun. Pipi Kyu Hyun langsung memerah dan terasa perih.

“Namja brengsek! Bagaimana bisa kau hidup dengan tenang seperti ini setelah membuat putriku yang tidak tau apa-apa menderita. Apa kau manusia? Dimana hatimu?!” Kyu Hyun merasa ia pantas mendapatkan tamparan dari Nyonya Yoon bahkan ini belum sebanding dengan apa yang Hae Ra alami. Satu tamparan itu tidaklah berarti apa-apa.

***

Perlahan satu per satu orang mulai meninggalkan gundukan tanah yang terbilang masih baru itu. Tapi tampaknya tidak ada tanda-tanda Nyonya Yoon akan segera meninggalkan tempat tersebut. Dia masih ingin terus menemani di tempat peristirahatan terakhir putri tercintanya. Menemani putrinya. Yoon Hae Ra.
Nyonya Yoon sama sekali tidak bergeming dari posisinya. Ia masih terus menatapi gundukan tanah itu. Hingga beberapa waktu berlalu, akhirnya Nyonya Yoon mengangkat juga wajahnya dan langsung menatap namja itu, menghujani Kyu Hyun dengan tatapan tajamnya. Nyonya paruh baya itu masih sulit menerima kenyataan bahwa suami dari keponakannya lah yang secara tak langsung membuat putrinya seperti ini. Masih sulit juga baginya mempercayai, cucunya memiliki ayah yang seperti Kyu Hyun. Manusia tanpa hati. Tapi kenyataan tetaplah kenyataan. Namja bernama Cho Kyu Hyun itu tetap ayah dari cucunya. Sekali pun ia berusaha menyangkal kenyataan. Sebab itu, Nyonya Yoon tetap berusaha menerima Kyu Hyun sebagai ayah dari cucunya. Bukan sebagai suami dari keponakannya. Dan tentu kebenaran ini suatu kepahitan bagi Gyu Ri. Yeoja itu sama sulitnya dengan eomma Hae Ra untuk mempercayai semua itu. Suami yang dicintainya ternyata ayah dari anak sepupunya. Orang yang membuat Hae Ra menderita itu ternyata suaminya sendiri. Gyu Ri bisa membayangkan betapa Hae Ra menderita menjalani hidupnya. Dan itu semua ulah suaminya. Tak di sangka Gyu Ri, ia mencintai namja yang tak punya hati. Dan ia tidak bisa terus menjalani hidup seperti itu. Maka, perpisahanlah menjadi jalan keluarnya. Gyu Ri memang mencintai Kyu Hyun tapi ia juga menyayangi Hae Ra. Hae Ra sudah mengorbankan hidupnya dengan merahasiakan rahasia menyakitkan ini. Sekarang saatnya Gyu Ri yang berkorban demi sepupunya, Yoon Hae Ra. Dia tidak ingin menjadi orang egois. Dia menjalani hidup bahagia dengan orang yang juga Hae Ra cintai, sementara Hae Ra telah mengorbankan segalanya. Kebahagiaannya, hidupnya, dan nyawanya. Tidak bisa. Gyu Ri tidak mau menjalani hidup demikian. Gyu Ri menjadi orang yang jahat jika ia tetap mempertahankan Kyu Hyun disisinya selamanya. Itu sangat tidak adil bagi Hae Ra.

“Yeobo kajja kita pulang,” ajak Tuan Yoon. Yang dibalas oleh kebungkaman dari istrinya. “Hae Ra pasti sedih melihatmu seperti ini. Hae Ra tidak suka melihatmu menangis, bukankah kau tau itu? Bangunlah ayo kita pulang.” Nyonya Yoon bangkit berdiri. Tapi tetap tak membuang pandangannya ke arah lain selain gundukan tanah itu. Pasangan suami-istri tersebut perlahan mulai meninggalkan makam Hae Ra. Di susul Gyu Ri bersama Kim Hye Sook di belakang mereka. Tersisa Kyu Hyun yang masih berdiri di sisi makam Hae Ra. Lalu ia menggumamkan kalimat yang cukup panjang. “Mianhae Yoon Hae Ra. Aku tidak akan pernah melupakanmu, dan anak kita, aku akan berusaha membesarkannya dengan baik. Gomawo untuk semua cintamu. Geurigo saranghae. Maaf aku terlambat mengungkapkan kata itu,”

Tanpa dapat dilihat namja itu, di seberangnya, berdiri Yoon Hae Ra dengan menggenakan gaun putih dan rambut yang terurai. Di wajahnya mengembang senyum bahagia. Cantik. Yeoja itu amat cantik. Tatapan matanya hanya tertuju pada wajah tampan Kyu Hyun, orang yang amat ia cintai semasa hidupnya.

Setelah ini, dunia kita telah berbeda. Duniaku adalah duniaku. Dan duniamu adalah duniamu. Kita sudah tidak lagi dalam dunia yang sama. Namun cinta ini akan selalu sama. Aku akan selalu mencintaimu. Selamanya. Sekali pun kita tidak akan pernah bersatu.


FINAL.
 END.
KKEUTNASEO.


Mengecewakan? Mian?
Gomawo bagi yang udah mau meluangkan membaca ff abal-abal ini. thengKYU.

Wrong [잘못했다] Part 12 [ENDING]

4 komentar
Wrong [잘못했다]
                                                                        Part 12
                                                                                     
Author            : Chindy Agryesti.

Facebook         : Chindy Agryyesti Horvejkul

Twitter             : @Chindy404

Blog                 : http://chindyhvk.blogspot.com/

Cast                 :
  •   Cho Kyuhyun
  •  Bae Suzy


Genre               : AU!, Romance.

 Rating             : PG15

Length             : Chapter


Kesalahanku adalah mencintaimu. Namun berdampingan dengan itu, mencintaimu merupakan hal terindah dihidupku.

—Wrong—


Part 12 Begin :

Lagu berbahasa inggris itu mengalun indah memenuhi ruangan berdinding kaca putih tersebut. Siang itu, cafe tidak terlalu ramai, bahkan dapat dikatakan lenggang. Hanya terdapat beberapa pengunjung yang duduk disudut cafe. Termasuk dua orang gadis cantik yang duduk tidak jauh dari dinding kaca membuat siapa pun yang duduk disana bisa melihat langsung aktivitas jalanan kota Seoul.

“Ini pertemuan kita yang entah keberapa kali, tapi menjadi pertemuan pertama kita secara pribadi, bukankah begitu Suzy-shi?” Park Seo Yeon, akhirnya mengakhiri keheningan diantara mereka setelah beberapa menit berlalu sejak mereka duduk di cafe itu. Suzy yang sejak awal menjadikan cangkir yang ia pegang sebagai fokus matanya mendongakkan wajah, untuk melihat wajah orang yang tengah berbicara di depannya.

“Ehm, kurasa begitu. Geundae, kenapa kau ingin bertemu denganku?” Seo Yeon merubah pandangannya menjadi lebih serius dan menatap Suzy dalam sebelum mulutnya melontarkan kata-kata.

“Kau, kau pasti tau tentang aku dan Kyuhyun, bukan?” Suzy dibuat terpengarah oleh kalimat tersebut. Ia tidak menyangka, harus membicarakan hubungan masa lalu kekasihnya.

“Ye, arayo.”

“Dan aku ingin memberitahumu bahwa sampai detik ini pun perasaanku tidak pernah berubah padanya. Sekali pun kami sudah tidak berhubungan lagi untuk rentan waktu yang lama. Tapi,” Seo Yeon menjeda kalimatnya sejenak, lalu berkata beberapa detik kemudian.

“Itu sama sekali tidak merubah perasaanku padanya. Aku, aku masih sangat mencintainya. Satu kebodohanku waktu itu meninggalkannya dan lebih mengutamakan study-ku. Aku merasa yeoja paling bodoh saat ini, pernah melepaskannya dari genggamanku. Kebodohan itu menjadi suatu penyesalan tak terhingga sampai sekarang.”

“Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan padaku?” Suzy merasa akan menjadi suatu pembicaraan bertele-tele jika ia hanya diam mendengar cerita yang keluar dari Seo Yeon. Sedikit pun, Suzy tidak tertarik dengan apa yang dibicarakan Seo Yeon. Menurutnya, masa lalu bukan sesuatu yang harus diumbar dan diceritakan pada semua orang.

“Hanya untuk menceritakan penyesalan mu karena sudah meninggalkan Kyuhyun-ku?” Lanjut Suzy, dengan penuh penekanan ketika mengatakan Kyuhyun-ku. Yang ternyata cukup untuk membangkitkan emosi yeoja bermarga Park tersebut. Seo Yeon melemparkan tatapan sinisnya saat itu juga pada Suzy.

“Aku tau sekarang ini memang  Kyuhyun bukan milikku lagi, tapi bagaimana pun aku pernah menjadi bagian dari hidupnya. Aku pernah hadir disisinya. Aku pernah mengisi hidupnya, menjadi yeoja yang ia cintai.”

“Aku tau, geundae waeyo? Memang kenapa jika kau pernah menjadi yeoja yang cintai Kyuhyun? Manusia hidup bukan untuk masa lalu Seo Yeon-shi.” Seo Yeon tersenyum penuh arti tanpa mengalihkan pandangannya dari Suzy.

“Kau sepertinya yakin sekali bahwa Kyuhyun mencintaimu.”

 “Geureom, karena aku percaya padanya. Jika kau bertemu denganku hanya untuk membuatku ragu kepada Kyuhyun. Kau salah. Aku mencintainya, sehingga aku mempercayainya.”


***


Dari depan pintu, Suzy dapat melihat beberapa orang berlalu lalang melintasi gang sempit dikawasan flatnya. Yeoja itu duduk merenung di kursi rodanya dengan pandangan kosong. Beberapa helai rambutnya berterbangan kala angin sore berhembus dengan damai. Ia sungguh menikmati sapuan angin dikulit putih susunya. Namun pikirannya saat ini begitu kalut. Jadi apalah gunanya ia menikmati angin itu, jika hati dan pikiran nya tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Potongan-potongan kalimat itu terdengar nyata ditelinga nya. Masih amat begitu nyata. Suzy ingin melupakannya, tapi tak semudah itu jika pikirannnya terus mempertahankannya.

 'Kau pasti tau siapa Kyuhyun, geuchi? Dia Cho Kyuhyun. Pemilik sekaligus pemimpin Cho Corp. Dia tampan, pintar, kaya siapa pun tak mungkin bisa menolak pesona Kyuhyun. Tapi rasanya tak adil, jika ia harus disandingkan denganmu yang hanya dapat duduk di kursi roda, sementara ia bisa memilih siapa saja yang diinginkannya. Kau perlu diberikan kesadaran sepertinya. Dengan keadaanmu, kau merasa pantas berada disisi namja sesempurna Kyuhyun? Sadarlah. Wajah cantikmu itu tak cukup untuk berada disisi Kyuhyun. Dia namja sempurna yang seharusnya mendapatkan yeoja yang juga sempurna.'

Suzy meremas ujung baju yang dikenakan nya. Rangkaian kalimat itu tak enyah juga dari otaknya. Suzy menundukkan kepalanya, menatap jari-jari tangan kirinya yang terdiam diatas pangkuan pahanya. Sepasang bola mata hitam itu menatap lekat pada jari manisnya dimana sebuah benda bulat melingkar disana. Berlalu hingga beberapa menit, yeoja itu hanya menatap benda putih bernama cincin. Cincin pemberian dari orang yang ia cintai. Benda yang menjadi tanda bahwa ia telah menjadi milik seseorang. Masih dengan jelas, Suzy ingat malam dimana Kyuhyun memasangkan cincin tersebut dijari manisnya. Malam disaat Kyuhyun meminta Suzy menjadi teman hidupnya. Semua itu. Suzy ingat amat jelas. Kebahagiaan yang Suzy rasakan lenyap begitu saja dalam hitungan detik. Perkataan Seo Yeon sepenuhnya telah menyadarkan Suzy. Menyebabkan Suzy berpikiran, ia tak cukup pantas bagi sesorang sesempurna Kyuhyun.

***

Kyuhyun tersenyum mendapati gadisnya tengah menunggu dirinya. Namja itu melemparkan senyum, yang malah di balas oleh tatapan datar dari Bae Suzy. Yang lebih tak terduga lagi, yeoja itu membuang muka disaat Kyuhyun tersenyum padanya. Kyuhyun menatap Suzy dengan pandang tidak mengerti. “Waeyo chagi?” Kyuhyun berusaha bersikap seperti biasa dan mengacuhkan sikap Suzy yang kini terkesan menjadi dingin.

“Ada yang ingin ku sampaikan,” Cetus Suzy tanpa menoleh apa lagi menatap Kyuhyun.

“Bisa kita bicarakan di dalam saja. Aku ini kan tamu,”

“Aniyo!” Sambar Suzy yang semakin membuat Kyuhyun tidak mengerti dengan sikap yeoja itu.

“Ada apa dengan mu? Wae geurae (Kau kenapa)?”

“Aku tidak ingin berbasa-basi lagi. Aku langsung pada intinya saja. Aku.. Aku ingin mengembalikan cincin ini padamu.” Mata Kyuhyun membola menyaksikan bagaimana Suzy menarik keluar cincin itu dari jemari manisnya.

“Apa maksudmu?”

“Aku tidak bisa mengenakan ini lagi. Kau dan aku tidak akan pernah menjadi kita. Kau adalah Cho Kyuhyun dan aku hanyalah Bae Suzy. Kita orang yang berbeda. Sekarang ku kembali ini. Aku bukan yeoja yang pantas untukmu. Mulai saat ini, tidak ada hubungan apa pun lagi di antara kita. Pergilah dari hidupku, dan cari yeoja yang sudah sepantasnya mendampingimu. Tentu saja, yeoja itu bukan aku.”

“Kenapa kau bisa berkata seperti itu? Bagaimana bisa kau menyuruhku pergi dari hidupmu? Bagaimana bisa kau berkata kau tidak pantas untukku. Aku, hanya aku yang boleh memutuskan siapa yang pantas untuk ku dan yang bukan. Katakan, kenapa kau lakukan ini?” Desak Kyuhyun.

“Aku hanya ingin kau pergi dari hidupku. Apa itu sulit dilakukan? Mudah bukan?”

“Kau.. Dengan mudahnya kau berkata demikian. Apa aku sama sekali tidak berarti apa-apa untukmu?”

“Ya, kau memang sama sekali tidak berarti untukku. Sedikit pun tidak, kau tidak berarti. Kau mendekati ku hanya untuk mempermainkan perasaanku saja karena kebencianmu pada Eomma-ku, bukan seperti itu? Kita satu sama kalau begitu Cho Kyuhyun! Di awal bukankah kau sudah berhasil mempermainkan perasaanku? Dan sekarang biar ku beritahu kau bagaimana rasanya di permainkan oleh orang yang kau cintai. Sekarang kita impas, benar kan?” Suzy membuang wajahnya, menghindari tatapan orang itu. Karena Suzy tau, ia tidak akan kuat jika terus menatap wajah tampan itu. Ia pasti tidak akan sanggup membuat Cho Kyuhyun pergi dari hidupnya. Kyuhyun melemparkan tatapan penuh emosi pada Suzy.

“Jadi itukah tujuanmu selama ini? Berpura-pura mencintaiku, bersikap tulus padaku?  Kau rupanya sangat pandai berakting Suzy-shi. Aku baru mengetahuinya. Kau hebat! Sekarang kau berhasil, kau sukses menyelesaikan pertunjukan ini dengan sempurna. Hebat! Tak ku sangka bisa-bisanya aku mencintai yeoja bermuka dua sepertimu! Geurae, mulai sekarang kita tidak memiliki hubungan apa pun. Dan ku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi di masa depan. Ku harap kau bisa menemukan namja yang baik, Suzy-shi. Terima kasih untuk waktumu selama ini.” Kyuhyun mendesis tajam melalui kalimatnya yang menusuk siapa pun yang mendengarnya. Segera Kyuhyun bergegas meninggalkan Suzy di kursi rodanya. Tanpa namja itu tau, bulir-bulir air mata berlomba-lomba menuruni pipi mulus Suzy. Wajah yeoja itu merah, menahan tangisan sejak tadi.

Jika dengan membuat ia membenciku ia akan pergi dari hidupku. Geurae, telah ku lakukan. Dia telah membenciku sekarang. Geundae, apa bisa aku hidup tanpanya?!

***

Kyuhyun melewati setiap malamnya di temani berbotol-botol minuman beralkohol. Ia tidak akan berhenti sebelum kesadarannya benar-benar hilang. Tiba di rumah menjelang pagi dalam keadaan tak sadarkan diri. Setiap malamnya, pegawai bar bergantian memasuki rumah Kyuhyun untuk mengantar namja itu pulang. Begitu seterusnya di setiap malam. Ini sudah minggu kedua sejak hubungannya dengan Suzy berakhir. Dan nampaknya tak ada tanda-tanda Kyuhyun akan menjalankan kehidupan normal seperti biasanya. Bukan tanpa alasan Kyuhyun selalu membuat dirinya tak sadarkan diri, tentu ada alasannya. Ia hanya berharap dengan hilangnya kesadarannya ia bisa melupakan rasa sakit itu. Ia harap luka itu akan pergi.

“Kau pasti baru tiba di rumah beberapa jam lalu, geuchi?” Kyuhyun menatap sekilas pada yeoja di depannya. Kemudian membuang pandangan ke arah lain. Ia terlalu lelah meski hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan yang diajukan Seo Yeon barusan. “Benar kan tebakkan ku? Kau mau sampai kapan akan seperti ini terus? Kau sama saja menyiksa dirimu sendiri. Kau lihatlah dirimu saat ini. Kau sangat berantakan. Pekerjaanmu menjadi terbengkalai. Hidupmu menjadi tak terurus. Kasihan tubuhmu. Alkohol bisa membunuhmu perlahan.”

“Bagus jika seperti itu. Aku tidak perlu mencari-cari cara untuk mengakhiri hidupku. Aku pasti akan menikmati bunuh diri ini.”

“Kau bodoh?! Hanya karena yeoja itu kau berniat untuk mengakhiri hidupmu? Hidupmu belum berakhir hanya karena dia tidak berada disisimu. Sadarlah Cho Kyuhyun! Kau terlalu bodoh jika berpikiran untuk segera mati hanya demi dia. Jika kau mati karenanya, apa kau pikir dia juga mau mati karenamu? Belum tentu. Jangan hanya memikirkan perasaanmu saja. Pikirkan nasib perusahaan ini, pikirkan perasaan orang-orang yang mencintaimu.”

“Kau tidak akan tau rasanya.”

“Siapa bilang aku tidak tau? Aku tau, aku sangat tau rasanya. Menghadapi kenyataan bahwa orang yang kita cintai sudah tak ada lagi di sisi kita. Aku juga pernah merasakannya. Aku menjalani hidupku selama bertahun-tahun tanpamu. Aku merasakannya Kyu. Tapi lihat, aku masih dapat bertahan. Aku masih bisa menjalani hidup ini.”

“Tapi kau tidak merasakan bagaimana sakitnya di bohongi. Dia menipuku dengan sikap polosnya. Dia tidak benar-benar mencintaiku. Semua yang ia tunjukkan padaku hanyalah akting. Dia membodohiku selama ini.”

“Tapi itu tidak cukup untuk dijadikan alasan kau menyerah pada hidup ini.”

“Lalu sekarang apa yang bisa ku lakukan? Tidak ada alasan lagi mengapa aku harus hidup. Dia alasanku untuk hidup, namun sekarang saja dia telah pergi, jadi untuk apa lagi ku hidup Seo Yeon-ah? Aku sudah tidak mempunyai alasan lagi.”

“Tidak bisakah aku menjadi alasanmu untuk hidup?”

***

Suzy tersenyum kecut menyaksikan berita yang di siarkan oleh acara infotainment. Di layar televisi itu menampilkan seorang namja berwajah nampan bersisian dengan seorang yeoja cantik yang bernotabene sebagai sekertaris namja itu.

'Seiring waktu, terkuak jalinan asmara yang dijalani oleh Presdir Cho Corp, Cho Kyuhyun dengan salah seorang yeoja yang juga merupakan bagian Cho Corp. Tidak hanya sekali, mereka tertangkap kamera tengah berjalan berdua..'

Meski di bibirnya teruntai sebuah senyum, matanya tidak kuasa menahan untuk mencegah air mata ini agar tidak jatuh. Pada akhirnya usaha selalu gagal. Ia berusaha tersenyum melihat namja itu namun gagal. Ia berusaha untuk tidak menangisi lagi namja itu, namun ia juga gagal.

“Jangan memaksakan dirimu jika pada akhirnya hanya membuat hatimu semakin terluka. Berhentilah berlagak bahwa kau tidak apa-apa. Kau tidak harus memaksakan dirimu seperti ini. Itu hanya membuat lukamu semakin sakit,” Suzy menoleh pada sumber suara. Sahabatnya, Hae Rin Berdiri di ambang pintu membawa tatapan pilu di matanya melihat keadaan Suzy yang tersakiti saat ini. Suzy menggeleng dan berusaha tersenyum dengan air mata berlinangan di sudur matanya. “Ani, nan gwaenchana.” Tuturnya. Hae Rin menghampiri dan merengkuh tubuh Suzy. Berusaha menguatkan sahabatnya. Hae Rin tau jelas apa yang di alami Suzy saat ini. Konflik rumit yang melibatkan perasaan.

“Aku tidak melarangmu menangisi dia. Tapi ku rasa sudah cukup, kau meneteskan air mata karenanya. Mau berapa banyak lagi air mata yang mesti harus kau teteskan. Kau tidak boleh berlarut-larut seperti. Hidupmu masih panjang. Jika dia saja bisa semudah itu melupakanmu, maka kau juga harus bisa melupakannya. Lagi pula, bukankah ini yang kau inginkan? Kau ingin dia melepaskanmu bukan? Sekarang keinginanmu sudah terwujud, kenapa kau malah seperti ini?”

“Tapi, aku tidak tau rasanya akan semenyakitkan ini. Ku pikir aku akan baik-baik saja. Tapi ternyata tidak. Aku mencintainya Hae Rin-ah. Sangat. Sangat Hae Rin-ah.”

“Di dunia ini, setiap keputusan yang kau ambil kau harus siap mempertanggung jawabkan konsekuensinya, bukankah hidup memang seperti itu?”

***


“Kyu, apa yang ingin kau makan hari ini?” Seo Yeon mengeluarkan pertanyaannya yang di sambut oleh kebisuan dari Kyuhyun. Namja berkulit putih pucat itu hanya terdiam. Bibirnya terbungkam rapat. Seolah ia orang bisu yang tak bisa mengeluarkan suaranya. “Kyu?” Panggil Seo Yeon. Kyuhyun masih diam. Nampak ia tidak menanggapi sekitarnya.

“Kyu?”

“Eoh?!” Baru Kyuhyun mulai bereaksi. Ia menatap Seo Yeon di sebelahnya.

“Apa yang kau bilang?”

“Aniyo. Bukan apa-apa.” Seo Yeon menjawab dengan nada ketus. Siapa pun pasti akan kesal jika di abaikan sepertinya. Tubuh Kyuhyun memang berada di sampingnya, tapi tidak untuk jiwa namja tersebut.

“Eoh.. Ini sudah waktunya makan siang. Kau ingin makan apa?” Nampak jelas bahwa sejak tadi Kyuhyun tidak menghiraukan bahkan mengabaikan Seo Yeon, yeoja itu.

“Terserah kau saja.” Ketusnya. Setelah itu, giliran Seo Yeon yang terdiam menahan rasa kesal.



Kyuhyun dan Seo Yeon, mereka duduk di sudut restauran shashimi mewah ini. Keberadaan Kyuhyun disini, tentu bukan karena pilihan namja itu. Seo Yeon yang memilihkan tempat ini sebagai menu makan siang kali ini. Walau diawal pembicaraan mengenai makan siang, Seo Yeon memberi Kyuhyun wewenang untuk menentukan tempatnya. Namun pada akhirnya tetap Seo Yeon yang menentukan. Dan restauran Shashimi ini menjadi pilihan Seo Yeon.

“Entah sudah berapa lama aku tidak merasakan Shashimi. Neomu bogoshipda.” Kyuhyun menanggapi acuh tak acuh terhadap racauan Seo Yeon yang sebenarnya sangat tidak penting. Begitu melihat makanan khas Jepang tersebut, mata Seo Yeon berbinar layaknya anak kecil yang baru mendapat hadiah dari Ibu-nya. Segera yeoja itu meraih sepasang sumpit. Dan langsung melahap makanan tersebut.

“Kyu? Kenapa kau tidak memakannya?” Menyadari Kyuhyun yang hanya diam tanpa menyentuh makanan, Seo Yeon merasa bingung akan hal itu. “Kau makan saja. Aku tidak suka,”

“Ne? Kau tidak suka? Bukankah sebaliknya?”

“Ye, tapi itu dulu.”

“Kenapa kau tidak mengatakannya padaku sejak tadi? Aku tidak seharusnya memesan Shashimi. Apa kau ingin memesan makanan lain?”

“Aniyo, kau lanjutkan saja. Lagi pula aku tidak lapar.”


Keadaan membisu beberapa saat. Kyuhyun yang memilih untuk diam sementara Seo Yeon yang mengamati kediaman Kyuhyun hanya berpura-pura fokus pada makanannya. Akhir-akhir ini Kyuhyun berubah sangat banyak. Seo Yeon menyadari itu. Tapi ia bersikap tidak tau apa-apa. Selama Kyuhyun bisa di sisinya tidak ada lagi yang di harapkannya.

“Kyu, kau masih ingat dengan Kim Kyusungnim? Kim Jae Sok? Profesor yang mengajar kita saat di Kyunghee ?”

“Ah ye, aku ingat. Waeyo?”

“Akhir minggu ini, beliau akan melangsungkan pernikahannya. Kau mau datang bersamaku?”

Di waktu yang sama, seorang yeoja baru akan menduduki kursi yang tidak jauh dari tempat dimana Kyuhyun duduk. Melihat bahwa namja itu adalah Kyuhyun. Yeoja tersebut menghentikan gerakannya, dan malah berjalan menuju Kyuhyun. Tatapan sinis di lemparkan dari sepasang mata milik yeoja bernama Park Hae Rin ini. “Ku kira berita yang sering kali ku dengar dari televisi, itu hanya gosip. Tapi setelah sekarang ini, aku percaya itu bukan hanya sekedar gosip yang dijual oleh para wartawan Korea. Kau hebat Cho Kyuhyun-shi. Hanya dalam hanya waktu beberapa minggu, kau sudah dapat menggandeng yeoja lain. Dan ku dengar yeoja ini adalah sekertaris-mu sekaligus mantan yeoja chingu-mu. Apa ini yang namanya cinta lama bersemi kembali? Ku pikir itu hanya terjadi dalam drama, novel atau sejenisnya.”

“Apa yang kau maksud? Dan apa hubungannya kau dengan kehidupanku?” Sebelum Hae Rin berkata lagi, Kyuhyun buru-buru menyambar, memotong kalimat panjang yang mungkin akan ia keluarkan lagi.

“Benar. Aku memang tidak ada hubungannya denganmu. Sama sekali tidak ada. Aku hanya ingin memberitahumu, tidak hanya kau. Tapi kalian berdua. Aku tidak peduli, jika kalian memang menjalin hubungan. Tapi ku harap, tidak perlu sampai harus mengumbarnya di media. Tidak perlu sampai setiap hari gambar kalian yang menghiasi televisi. Cho Kyuhyun-shi geumanhae! Kumohon berhentilah menyakitinya.”


***


Hae Rin beserta Suzy memasuki Ballroom hotel tempat dimana terdapat pesta pernikahan yang dilaksanakan hari ini. Sekeluarnya, dua yeoja cantik itu dari lift, foto-foto kedua mempelai dalam ukuran besar menyambut mereka. Ialah foto Kim Jae Seok, salah seorang pengajar di Kyunghee bersama calon istrinya.

Hae Rin mendorong kursi roda Suzy sedikit lebih cepat. Memasuki ruangan besar tersebut. “Kyusungnim chukhaeyo,” Hae Rin lebih dulu mengucapkan selamat ketika mereka sudah bertemu dengan sang mempelai laki-laki.

“Ah gomawo Hae Rin-ah. Kau sudah datang.” Balasnya.

“Chukhae Kyusungnim. Hiduplah dengan bahagia.” Kali ini suara lembut Suzy yang terdengar. Namja itu tersenyum. “Gomawo Suzy-ah,”



“Eoh? Hae Rin-ah? Suzy-ah?” Dua yeoja cantik itu serempak menoleh bersama ketika sebuah suara menyerukan nama mereka berdua. Di lihat mereka –Suzy dan Hae Rin— seorang yeoja berjalan anggun menghampiri kearah mereka.

“Tae Ri-ya..” Sapa Hae Rin. Begitu yeoja yang di sebut Tae Ri itu telah bergabung.

“Oraen mannayo (Lama tidak bertemu) Tae Ri-ya..” Lanjut Hae Rin lalu memeluk sekilas yeoja yang merupakan teman semasa mereka kuliah dulu.

“Ku kira kita tidak akan bertemu lagi. Ku dengar bukankah kau tinggal di Jepang?”

“Ah Geurae. Tapi sekarang ini aku sedang liburan disini bertepatan pula dengan hari pernikahan ini.”

“Oh Suzy-ah Anneyong.” Tae Ri menyapa Suzy yang sejak tadi hanya terdiam.

“Anneyong  Tae Ri-ya. Bagaimana kabarmu?”

“Aku selalu baik-baik saja. Bagaimana denganmu sendiri?”

“Nado gwaenchana.” Balas Suzy seraya berusaha memamerkan senyumnya.

“Beberapa hari ini aku selalu melihat berita Cho Kyuhyun bersama wanita lain yang mengabarkan Kyuhyun berkencan dengan wanita yang kulihat di televisi itu. Lalu bagaimana hubungan kalian?”

“Tae Ri-ya jangan bahas mengenai itu,” Sambar Hae Rin. Yang langsung menatap iba terhadap Suzy. Sering kali Suzy menjadi murung setiap kali mendengar nama namja itu disebut dalam pembicaraan.

“Oh mian. Nan mollaseo.” Suasana menjadi tampak kurang bersahabat setelah nama namja itu disebut kan di depan Suzy. Tae Ri, merasa bersalah karena sudah mengungkit tentang namja itu. Semuanya menjadi diam. Tidak ada topik pembicaraan lagi di antara mereka.

“Oh itu? Benarkah itu Cho Kyuhyun?” Kasak kusuk suara dari sekitar Suzy menyebabkan yeoja itu mendengar apa yang tengah di ucapkan oleh seorang yeoja yang saat ini berdiri tak jauh dari tempat Suzy. Karena itu Suzy mendengar apa yang baru saja di ucapkan yeoja tersebut. Suzy mengikuti pandangan dari orang-orang sekitar yang menoleh pada pintu ruangan. Dan Suzy mendapati namja itu berjalan masuk bersisian dengan seorang yeoja cantik di sebelahnya. Rasa perih itu tiba-tiba saja menyeruak dalam dada Suzy. Ia tidak sanggup melihat namja itu. Suzy membuang tatapannya ke arah lantai. Di tundukkan kepalanya. Menghindari pemandangan menyesakkan itu. Sebisa mungkin, Suzy berusaha menjadi orang yang kuat. Bukankah memang ini yang di harapkan Suzy? Melihat Kyuhyun bisa bersama yeoja yang sepadan dengan namja tersebut. Ya, memang itu yang diharapkannya. Tapi ia juga tidak bisa membohongi perasaannya. Ia sakit melihat Kyuhyun bersama yeoja lain.

“Suji-ya, gwaenchana?” Tanya Hae Rin. Suzy memaksakan senyumnya lalu menatap Hae Rin.

“Gwaenchana. Memangnya aku kenapa?”

“Aniyo. Lebih baik kita pulang saja.”

“Wae? Ada apa denganmu? Kenapa kita harus pulang? Bahkan upacaranya pun belum di mulai.”

“Ani. Aku tidak ingin kau semakin terluka.”

“Gwaenchana Hae Rin-ah. Nan gwaenchana. Gokjongma!”


Meski harus menahan pedih di hatinya, Suzy memaksa untuk tetap mengikuti upacara pernikahan itu hingga selesai. Suzy menganggap ini pembelajaran baginya. Untuk bisa menahan perasaannya. Agar bisa ia hidup normal tanpa bayangan namja itu. Suzy yakin lambat laun ia pasti akan terbiasa. Ia pasti bisa.

Upacara pernikahan tersebut telah berakhir. Tak lama dari itu, Hae Rin yang sudah mengkhawatirkan Suzy sedari tadi buru-buru mengajak pergi Suzy dari sana. Hae Rin tidak ingin sahabatnya semakin tersakiti oleh namja tak berperasaan itu. Bagaimana bisa namja itu sudah menjalin hubungan dengan yeoja lain sementara baru empat  minggu lalu ia berpisah dengan kekasihnya. Setidaknya, itulah hipotesa Hae Rin terhadap namja yang sempat ia puja dulu.

“Hae Rin-ah, kau pulang saja dulu. Aku ingin ke suatu tempat.” Suzy menolak tawaran Hae Rin yang ingin mengantarkannya pulang.

“Eoddi? Biar ku antar.”

“Aniyo. Philyeo eobseo (Tidak perlu),” Tolak Suzy cepat.

“Suji-ya..”

“Gokjongma! Jangan menganggap ku seperti orang cacat. Aku bisa sendiri. Aku tidak ingin merepotkan orang sekitarku,”


Suzy menggerakkan kursi roda yang menopang tubuhnya menelusuri sisi jalan raya. Perasaan penat tak dapat disangkalnya. Ia mulai bosan menjalani hari-harinya yang selalu sama. Hanya terduduk manis di atas kursi roda. Tidak ada hal berguna yang dapat ia lakukan. Sudah pasti ia merasa sangat merepotkan orang sekitarnya dengan keadaannya yang tidak berguna. Suzy mulai mempertanyakan akan seperti apa kehidupannya nanti. Saat ini, ada Eomma-nya sebagai tempat ia bersandar dan bergantung. Namun selain itu? Suzy tidak memiliki siapa-siapa lagi. Lantas bagaimana dengan hidupnya bila Eomma-nya sudah tidak lagi di sisinya. Siapa yang akan menjadi tempat Suzy bersandar. Hae Rin? Hae Rin hanyalah sahabat Suzy yang kelak pasti akan memiliki hidupnya sendiri. Lalu bagaimana dengan Suzy? Suzy terlalu takut membayangkan hari-hari esok. Ia takut hidup sendiri dengan keadaannya seperti ini. Apakah ada namja yang ingin memperistri gadis lumpuh sepertinya? Tentu tidak. Pikir Suzy.

Suzy terus menggerakkan kursi rodanya tanpa tau akan kemana ia pergi. Dan pikirannya pun melayang entah kemana. Ia hanya memandang kosong apa yang di tatapnya.

“Suji-ya,” Suzy menoleh kala mendengar namanya dipanggil. Di seberang jalan Suzy menangkap sesosok bayangan yang sangat ia kenali. Cho Kyuhyun. Itu dia.
Kyuhyun menatap dalam ke arah Suzy. Kakinya terus melangkah menuju tempat Suzy. Tidak di hiraukan oleh namja itu kendaraan yang terus berlalu lalang di sekitarnya yang dapat saja membahayakan tubuhnya. Ia tetap melangkah, berusaha secepatnya menghampiri Suzy. Suzy menatap cemas pada Kyuhyun. Ia takut sewaktu-waktu salah satu dari banyaknya kendaraan itu bisa saja menghantam tubuh Kyuhyun. Sedetik kemudian Suzy melihat sebuah mobil sport dengan
kecepatan kencang sedang menuju ke arah Kyuhyun. Fokus mata Kyuhyun yang hanya terarah pada Suzy tampak tidak menyadari itu. Ketakutan semakin menderanya, Suzy menjerit mengingatkannya. Tapi tampaknya namja itu tak mendengar teriakannya. Tanpa sadar, Suzy beranjak dari kursi rodanya dan berlari kearah Kyuhyun. Menarik namja itu ke tepi jalan dengan sekuat tenaga Suzy. Kyuhyunm kaget dan kehilangan keseimbangan. Mereka terjatuh persis di sisi tepi jalan. Tubuh namja itu menindih Suzy.

“Bae Suzy,” Desis Kyuhyun saat beradu pandang dengan Suzy. Namja itu terkejut luar biasa.

“Kau? Kau bisa berjalan?” Setelah Kyuhyun berucap demikian, baru Suzy menyadari apa yang baru saja di lakukannya.

“Aku.. Aku..”


***


Kyuhyun duduk  bersisian dengan Suzy di sebelahnya. Tatapan mereka tertuju ke depan menatap hamparan luas pada genangan air di sungai Han yang nampak tenang. Beberapa saat, keadaan membisu. Tidak ada yang bersuara. Tapi itu hanya terjadi beberapa detik, karena Kyuhyun mulai berucap. “Aku sudah tau semuanya. Hae Rin sudah menceritakan semuanya padaku.”

“Mwoga (Tentang apa?)” Tanya Suzy.

“Semuanya. Tentang  Seo Yeon yang memintamu untuk meninggalkanku. Tentang perasaanmu, yang merasa kau tak pantas untukku karena keadaanmu.”

“Kau sudah tau.” Gumam Suzy dengan ekspresi tak terbaca.

“Lalu, untuk apa kau menemuiku dan bertingkah seperti orang bodoh?” Desisnya.

“Kau masih bertanya untuk apa aku menemuimu?”

“Aku ingin memberitahu mu bahwa bagaimana pun keadaan mu, seperti apa dirimu. Aku tidak peduli. Yang aku tau, aku mencintaimu. Aku tetap mencintaimu. Itu sudah sangat jelas bahwa kau berbohong saat mengatakan kau tidak pernah mencintaiku. Aku tau, itu bagian rencanamu untuk membuatku pergi dirimu. Karena kau merasa tidak pantas untukku. Itu pemikiran bodoh Suji-ya. Kau melakukan hal yang menyakiti dirimu sendiri. Kau juga tidak memikirkan perasaanku. Betapa hancurnya hatiku saat kau mengakhiri hubungan kita.”

“Aku melakukan ini demi kebaikanmu.”

“Demi kebaikanku? Kebaikan macam apa?”

“Orang seperti dirimu sudah sepantasnya memiliki yeoja yang sepadan dengan dirimu. Bukan yeoja lumpuh dan miskin sepertiku. Seo Yeon, dia yeoja yang pantas untukmu.”

“Sudah kukatakan. Hanya aku yang tau, siapa yang pantas untukku. Tidak peduli kau lumpuh, kau miskin. Hatiku yang memilihmu. Hanya kau yang pantas untukku Suji-ya. Jadi tolong jangan menyiksaku lagi. Aku mencintaimu semua dengan kelebihanmu maupun kekurangan.” Selesai mengakhiri kalimat panjangnya, tangan Kyuhyun bergerak cepat meraih tengguk Suzy lalu mendaratkan bibirnya pada bibir Suzy. Kyuhyun melumat bibir Suzy dengan lembut, menyalurkan semua perasaan dan kerinduan Kyuhyun pada yeoja ini.

“I love you just the way you are. Saranghae,” Ucap Kyuhyun di sela-sela ucapannya.

“Jangan pernah berfikir untuk pergi dariku. Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melepaskanmu Nyonya Cho.”

“Mwo? Nyonya Cho?” Suzy tersentak mendengar kata Nyonya Cho. Suzy menarik wajahnya lalu menatap Kyuhyun.

“Ne. Kau harus selalu di sisiku, dan menjadi Nyonya Cho bagiku.” Kyuhyun merogoh sesuatu dari dalam saku jasnya. Sebuah kotak beludru berwarna hitam pekat sudah berada dalam genggaman Kyuhyun. Namja itu mulai mengeluarkan isi dari dalamnya.

“Meski pun cincin ini pernah terlepas dari jarimu, maukah kau kembali mengenakan ini lagi? Maukah kau berjanji tidak akan pernah melepas lagi cincin ini? Maukah kau terus bersamaku dan menemaniku? Maukah kau menjadi teman hidupku di sisa hidupku? Maukah kau menjadi wanita yang akan melahirkan anak-anakku kelak? Maukah kau..”

“Aku mau. Aku bersedia Cho Kyuhyun-shi. Aku ingin menjadi Nyonya Cho-mu.” Potong Suzy cepat. Kyuhyun menyematkan cincin tersebut di jari manis Suzy. Sangat pas cincin itu berada di jari Suzy.

“Saranghae Nyonya Cho,”

“Nado saranghae Tuan Cho,” Keduanya beradu pandang lalu tersenyum bahagia.


Final..

Kkeutnaseo!


Gomawo untuk semua yang selalu menunggu FF abal-abal ini. Makasih buat apresiasi kalian. Thank you so much. Saranghae readers setiaku. Kkk~
 

Chindy Agryesti Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting